Berita Wonogiri Terbaru
Rumah Warga Paranggupito Tergenang Banjir Gegara Luweng, BPBD Wonogiri Imbau Buat Saringan
Hujan yang mengguyur Dusun Tlogorejo RT 02 RW 07, Desa Songbledeg Kecamatan Paranggupito membuat sejumlah pekarangan rumah warga tergenang.
Penulis: Erlangga Bima Sakti | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Erlangga Bima Sakti
TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Hujan yang mengguyur Dusun Tlogorejo RT 02 RW 07, Desa Songbledeg, Kecamatan Paranggupito membuat sejumlah pekarangan rumah warga tergenang.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri Bambang Haryanto mengatakan penyebab genangan air itu muncul adalah luweng yang tersumbat.
"Karena luwengnya tersumbat, akhirnya menyebabkan genangan. Sekarang sudah mengering, sudah normal," kata dia, Senin (8/11/2021).
Baca juga: Luweng di Pracimantoro Wonogiri: Rumahnya Makhluk Halus Hingga Tak Ada Warga yang Berani Masuk
Baca juga: Berharap Bebas Banjir, Warga Dusun Gandu Wonogiri Dukung Pengerjaan Saluran Air Luweng
Bambang menjelaskan, air hujan yang seharusnya masuk kedalam luweng, karena ada penyumbatan maka dari itu menyebabkan genangan air.
Setiap memasuki musim penghujan, kata dia, pihak BPBD sudah melakukan langkah-langkah antisipasi. Warga diminta untuk menjaga kebersihan lingkungan.
"Sebenarnya kegiatan mitigasi sudah dilakukan. Tapi kadang ketika musim hujan, ada penyumbatan lagi," terangnya.
Menurut Bambang, biasanya penyumbatan disebabkan oleh sampah-sampah hasil pertanian warga.
Baca juga: Memasuki Musim Penghujan, BPBD Imbau Warga untuk Selalu Cek Luweng: Hindari Penyumbatan
Atas dasar itu, warga diminta secara kontinu membersihkan lingkungan di sekitar luweng. Sebab, jika sudah tergenang, pembersihan harus menunggu sampai air benar-benar surut.
Sehingga pembersihan secara rutin memang sangat diperlukan untuk mencegah kejadian serupa.
Warga juga diminta untuk membuat semacam penyaring di sekitar luweng, namun akan lebih baik jika penyaring itu dibuat dengan menata batu agar bisa mencegah sampah masuk kedalam luweng.
"Itu bentuk kearifan lokal, karena kalau pakai yang permanen dengan besi itu masyarakat akan abai, karena menganggap sudah aman," imbuhnya. (*)