Berita Sragen Terbaru
Pendapat Dokter RS UNS Soal Vaksin Booster Berbayar 2022 : Jangan Terburu-buru, Fokus Target Saja
Isu tentang vaksin berbayar kembali mencuat. Kali ini, Kemenkes RI merencanakan akan memberlakukan kebijakan vaksin booster berbayar tahun depan.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Isu tentang vaksin berbayar kembali mencuat.
Kali ini, Kemenkes RI merencanakan akan memberlakukan kebijakan vaksin booster berbayar pada tahun depan.
Rencana itu, mulai direalisasikan pada awal tahun 2022 akhir, dengan perhitungan akhir 2021, 50 persen penduduk Indonesia telah tervaksin dosis kedua.
Baca juga: Wacana Vaksin Booster Berbayar di Tahun 2022 , Dinkes Sragen : Belum Ada Petunjuk dari Kemenkes
Baca juga: Capaian Vaksinasi Lansia di Boyolali Masih 60 Persen, Pemkab Sebut Bakal Ngebut
Lantas, perlukah pemberian vaksin booster berbayar kepada masyarakat saat ini?
Ahli kesehatan sekaligus Juru Bicara Satgas Covid-19 RS Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), dr Tonang Dwi Ardyanto mengatakan wacana dari pemerintah tersebut terkesan terburu-buru.
"Pertama, sebetulnya kita itu masih tergesa-gesa jika membahas vaksin booster sekarang," ungkapnya kepada TribunSolo.com, Kamis (18/11/2021).
"Karena apa? Saat ini kita sama-sama belum tahu, berapa lama antibodi vaksin yang kita dapatkan itu bertahan ditubuh kita," tambahnya.
Tonang menjelaskan, sebenarnya secara teori, pemberian vaksin booster dapat dilakukan paling cepat 12 bulan setelah suntikan sebelumnya.
Ia menjelaskan, memang antibodi dalam tubuh terus menurun, setelah tiga hingga enam bulan disuntik vaksin.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 untuk Usia 6-11 Tahun di Boyolali pada 2022: Tunggu Juknis dari Kemenkes
Kemudian, bulan keenam hingga kedua belas antibodi dalam tubuh stabil, yang jumlahnya masih belum bisa dipastikan apakah cukup untuk memproteksi tubuh dari serangan virus corona.
"Kalau sudah stabil, cukup tidak untuk proteksi? itu yang belum tahu, karena belum kita buktikan," jelasnya.
"Karena belum bisa dibuktikan, maka pendapat saya pemberian booster paling cepat 12 bulan setelah suntikan yang sebelumnya," imbuhnya.
Dia berpendapat, sebenarnya saat ini yang lebih penting adalah mengejar sebanyak mungkin masyarakat untuk divaksin.
"Jadi yang kita kedepankan sebanyak mungkin orang itu sudah divaksin," ujarnya.
Baca juga: Vaksinasi Anak Usia 6-12 Tahun di Solo: Sasar 50 Ribu Siswa SD-SMP, Tinggal Menunggu Instruksi Pusat