Berita Solo Terbaru
Buku Mangkunegoro VI Sang Reformis Dirilis, Gibran : Inspirasi untuk Pemulihan Ekonomi saat Pandemi
Buku berjudul 'Mangkunegoro VI Sang Reformis-Sebuah Biografi' resmi diluncurkan, Minggu (28/11/2021).
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Buku berjudul 'Mangkunegoro VI Sang Reformis-Sebuah Biografi' resmi dirilis, Minggu (28/11/2021).
Buku tersebut mengulas kepimpinan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati (KGPAA) Mangkunegoro VI pada zamannya.
Di mana sosoknya itu, dikenal sukses membawa Pura Mangkunegaran dari era keterpurukan ekonomi hingga sangat maju memiliki usaha yang memakmurkan rakyatnya.
Buku tersebut dikupas dalam acara Virtual TalkShow The Game Changer Ala Mangkunegoro VI bersama Kompas.

Narasumber yang hadir yakni Sejarawan sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (UI), Bondan Kanumoyoso, Pemerhati Budaya Krisnina Akbar Tanjung dan Edukator Wira Usaha, Didiet Maulana.
Adapun virtual talk mendatangkan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka dan Wakil Pemred Kompas, P Tri Agung Kristanto.
Dalam sambutannya, Gibran menilai KGPAA Mangkunegoro VI memiliki banyak prestasi, terutama keberhasilannya memulihkan ekonomi dan keuangan dengan pronsip manajemen Jawa.
Dia berhasil melaksanakan reformasi dari kejaraan Mangkunegaran yang bangkrut karena hutang dengan kerajaan Belanda, hingga melunasi hutangnya.
Bahkan, dibawa kepimpinannya, Mangkonegoro bisa memajukan perekonomian.
"Stabilitas perekonomian kerajaan meningkat, sehingga standar kelayakan hidup masyarakat membaik," kata Gibran.
Baca juga: Pakar Budaya UNS Singgung Soal Wahyu Keprabon Dalam Suksesi Mangkunegaran, Apa Itu?
Baca juga: Soal Suksesi Mangkunegaran, Pakar Budaya UNS Sebut Wahyu Keprabon Melekat pada Sosok Raja
"Kisah ini menginspirasi kita dengan pemulihan kondisi ekonomi di tengah pandemi seperti saat ini," ujarnya.
Ketua Perkumpulan Keluarga Soejono Soewasti dan Koordinator Trah Mangkunegoro VI, KRMH Suryo Danisworo menambahkan, buku ini dibawakan dengan suasana kebatinan yang sama dengan mangkunegoro VI.
Setidaknya, ada tiga prinsip yang dipegang KGPAA Mangkunegoro VI saat memimpin Mangkonegoro.
Yakni tidak terbelenggu waktu, membuat kebijakan dengan membangun hati dan pikiran, serta kebijakan memanusiakan orang.
"Tidak terbeleggu waktu artinya tidak menunggu, memanfaatkan pendapatan, dan memangkas biaya yang tak perlu, sehingga efisien dan efektif," ujarnya.
Mangkunegoro VI juga mencontohkan tata kelola yang tertib dan jujur hingga memisahkan kepentingan pribadi dan Mangkunegoro.
Sementara itu, kebijakan mengorangkan orang adalah dengan saling menghormati.
"Membuat kebijakan membangun hati dan otak dengan berdirinya sekolah," aku dia.
Buku tersebut ditulis oleh para penulis muda tanah air, yakni Ihsan Praditya, Tika Ramadhini, Mega Janis dan Fachmi Ardhi.
Mereka mulai menulis buku tersebut pada tahun 2018 lalu, namun karena pandemi Covid-19, buku 'Mangkunegoro VI Sang Reformis' baru dirilis tahun ini.
Sejumlah tantangan mewarnai penulis saat membuat buku tersebut.
"Tantangan kita mencari dokumen dari mangkunegara VI yang terbatas. Tapi kita dapat suport dari keluarga," kata Tika.
Berbeda dengan buku sejarah pada umumnya, dalam buku ini terdapat gambar-gambar yang menarik pembaca.
Gambar tersebut diselipkan, agar buku ini menjadi lebih kekinian.
Pembuat ilustratornya adalah Aji Prasetyo.
Dia menuturkan, sempat ingin berziarah ke makam Mangkunoro VI sebelum menggambar ilustrasinya.
"Saya menghormati beliau (KGPAA Mangkunegoro VI), sehingga saya berniatan tidak ingin menampilkan sosok beliau," terang dia.
"Karena saya tidak punya cukup nyali, jadi gambarnya kita buat fun," ujarnya.
Dekan FIB UI, Bondan Kanumoyoso mengatakan, gaya kepemimpinan KGPAA Mangkunegoro VI merupakan role model era modernisasi.
"Inovasi beliau luar biasa, sebagai tantangan zaman saat itu pada abad ke-20," tuturnya.
"Kepemimpunan KGPAA Mangkunegoro VI adalah model kepimpinana Indonesia jaman sekarang dan masa kedepan yang membawa kita kearah kemodernan," jelas dia.
Siapakah Dapat Wahyu Keprabon?
Sebelumnya, Pakar Budaya UNS, Prof Dr Andrik Purwasito menyebutkan perlu adanya kebersatuan keinginan kontekstual dan situasional saat suksesi Mangkunegaran X.
Baca juga: Pendapat Pengamat Sejarah Soal Pola Suksesi Mangkunegaran: Bisa Situasional
Baca juga: Alasan Himpunan Kawula Muda Deklarasi Paundra Cucu Bung Karno, Layak Jadi Raja Baru Mangkunegaran X
Ada sejumlah syarat Wahyu Keprabon yang dimaksud yakni sebuah tanda yang dipercayai sebagai bentuk 'cahya' yang melekat dalam sosok raja.
Nantinya Wahyu Keprabon ini akan memilih sendiri terkait sosok calon raja yang akan memegang kekuasaan Pura Mangkunegaran.
Saat ini muncul tiga nama, calon raja Mangkunegaran di antaranya putra KGPAA Mangkunegara IX GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo, GPH Paundrakarna Jiwa Suryanegara, serta cucu Raja Mangkunegara VIII yakni KRMH Roy Rahajasa Yamin.
Berikut syarat menjadi KGPAA Mangkunegara, jika ingin dipilih oleh Wahyu Keprabon.
Baca juga: Pantau Vaksinasi Covid-19, Gibran Didampingi Calon Raja Pura Mangkunegaran Bhre Cakrahutomo
Wicaksono atau unggul dalam pengetahuan lahir dan batin, berpandangan jernih, waskito (mampu merasakan hal yang gaib, bisa memberantas kejahatan, tutur bahasa halus seperti Dewa Surya hingga teliti dan detail seperti Dewa Bayu).
Tak berhenti sampai situ, menurutnya Wahyu Keprabon di antaranya suka bersedekah, tegar dan tegas dan berani melawan kejahatan.
"Itulah yang akan ketiban Wahyu Keprabon. Ada spirit wicaksono artinya cenderung orang yang bijaksana. Jadi jika diberikan orang sembarangan tidak mungkin, karena Wahyu Keprabon itu memilih. Istilahnya jika ada orang yang haus memberi air. Maka kalau ada yang seperti itu ya jadi Gusti Mangku ke X," tuturnya.
Baca juga: Prediksi Siapa Raja Mangkunegaran, Jatuh ke GPH Paundra atau GPH Bhre? Begini Kata Pakar Budaya UNS
Andrik menjelaskan, sosok KGPAA Mangkunegara bisa jadi tidak 'orang dalam' keturunan Raja.
"Tidak harus orang dalam, artinya 'rembesing madu'. Orang yang suka bertapa dan bijaksana. Saya tidak mengomentari dalam Pura. Hanya ada kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di lingkungan Jawa yang bisa dilihat," ungkap dia.
Dia menjelaskan, Raja dan masyarakat itu keris dan warangka.
Raja itu keris, sementara masyarakat itu warangka atau selubung yang terbuat dari kayu.
"Ada hubungan timbal balik di situ. Tentang sesuai situasi. Meskipun tidak punya suara yang menentukan pengganti Gusti Mangku IX, tapi ada spirit memberikan masukan. Mengingat Pura Mangkunegaran sangat luar biasa asetnya dan SDM-nya, harus dikelola dan dimaksimalkan kembali," jelasnya. (*)