Berita Solo Terbaru
Diduga Tercemar Limbah Batik Printing, Kali Jenes Kembali Memerah, Pemkot Solo Didesak Turun Tangan
Air Kali Jenes di Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo kembali berwarna merah, Kamis (2/12/2021).
Penulis: Fristin Intan Sulistyowati | Editor: Adi Surya Samodra
"Lokasi ngreden, kaline abang seperti darah (Lokasi Ngrenden, sungai seperti darah)," imbuhnya.
Baca juga: Tuan Rumah Liga 2, Persis Solo Main Dikandang Stadion Manahan, Gibran Restui 4 Lapangan Latihan
Baca juga: Kesaksian Ayah di Sukoharjo Tega Setubuhi Putrinya, Gegara Dua Tahun Istri Menolak Berhubungan Badan
Kepada TribunSolo.co, warga sekitar sampai terheran-heran karena tak pernah terjadi pemandangan tersebut.
Bahkan warga ketakutan dan tak berani memegang air sungai yang selama ini menjadi saluran irigasi itu.
Warga Desa Ngreden Wiyadi (54), mengatakan kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 13.00 WIB.
Ia mengaku kaget melihat warna air sungai tersebut berubah tiba-tiba.
" Air sungai itu kan biasannya bening, kok ini merah darah, saya kaget," kata dia kepada TribunSolo.com, Kamis (16/9/2021).
Wiyadi mengaku kejadian tersebut merupakan kejadian pertama kali terjadi di Desa Ngreden.
Dikatakan, kejadian tersebut berlangsung selama 15 menit.
"Kejadian ini sempat viral, warga pada takut semua, saya tidak berani memegang air sungai waktu itu," ucap dia.
Kepala Desa Ngreden Sunarto mengaku sudah menerima laporan tersebut dari warga sehingga akan berkoordinasi dengan pimpinan lainnya.
"Air yang tercemar dapat mengganggu perkembangan tanaman padi dan mengperngaruhi kualitas padi nantinya," ujar dia.
Ikan pada Mati di Sungai
Sebelumnya, warga di Desa Cawas, Kecamatan Cawas, Klaten, sempat dibuat dengan bau amis beberapa hari terakhir.
Penyebabnya pun terjawab di Kali Dengkeng yang mengalir di wilayah desa tersebut.
Ratusan ikan di Kali Dengkeng, anak Sungai Bengawan Solo, Kecamatan Cawas, mati misterius.
Fenomena ini disebut tak lazim oleh warga, karena di tahun-tahun sebelumnya, tak pernah terjadi.
Pantauan TribunSolo.com Jumat (10/9/2021), pukul 16.00 WIB, lokasi kali tersebut berada di perbatasan antara Desa Plosowangi dan Desa Cawas, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten.
Baca juga: Bukan Mutiara, Bayi yang Dibuang Ibunya Diberi Nama Shanum Aida, Kini Dikembalikan ke Keluarganya
Baca juga: Kepulangan Ronaldo ke MU Dianggap Tak Akan Beri Perubahan Signifikan
Terlihat kali tersebut kering hingga bebatuan di dasarnya terlihat.
Meskipun begitu masih ada sedikit air sungai yang keluar dari pintu air DAM Tukuman, ke kali tersebut.
Nampak ratusan ikan mati di sungai tersebut, membuat bau bangkai ikan begitu terasa.
Baca juga: Kepanikan Napi Lapas Tangerang Selamatkan Diri dari Kebakaran, Saling Injak hingga Gedor Kamar Sel
Tukiyo (57) warga Dukuh Posakan Barat, Desa Cawas, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten mengatakan kali tersebut selalu kering setiap musim kemarau.
"Biasannya di musim kemarau kali ini kering," kata Tukiyo kepada TribunSolo.com, Jum'at (10/9/2021).
Tukiyo mengatakan, kondisi kali itu saat kemarau kering hingga tak ada airnya.
Baca juga: PDAM Solo Hentikan Pengolahan Air, Bengawan Solo Tercemar Limbah Ciu
Ia mengaku baru di musim ini, masih ada air yang mengalir di kali yang menghubungkan Kali Woro dengan Sungai Bengawan Solo.
Kemudian, dia mengaku baru mengetahui banyak ikan mati di kali tersebut.
Parno Sukoco (48), penjaga pintu air di DAM Tukuman, mengatakan kematian ikan di kali tersebut terjadi malam hari selama 6 hari terakhir.
"Dari pengalaman beberapa waktu lalu, saya cek setiap malam, ikan setengah mati," kata Parno kepada TribunSolo.com, Jum'at (10/9/2021).
Parno mengatakan matinya ikan di anak Sungai Bengawan Solo ini karena terjadi polusi udara.
Ia mengungkapkan fenomena itu sudah terjadi sejak 6 hari yang lalu.
Baca juga: Kronologi Dua Bocah Meninggal Tenggelam di Sungai Mungkung Sragen, Warga Ikut Menyelam Cari Korban
"Selain itu, kadar oksigen di dalam air itu tipis yang menyebabkan ikan mabuk kekurangan oksigen," ucap Parno.
Selain banyaknya ikan mati, bau busuk dari bangkai ikan tersebut membuat resah lingkungan di sekitar kali tersebut .
"Kami hanya pasrah dengan fenomena alam ini," ujarnya.
Baca juga: Hendak Buang Air Besar di Sungai, Warga di Kediri Digegerkan Temuan Mayat Mengapung
Sementara itu, Koordinator Penyuluh perikanan kabupaten Klaten, Wisnu Wardana mengatakan, kematian ratusan ikan di kali Dengkeng tersebut bukan disebabkan karena penangkapan ikan dengan racun.
Menurutnya, kematian ratusan ikan tersebut diduga karena terjadi Blooming Plankton atau ledakan populasi fitoplankton.
"Saya curigai dengan musim kemaru dan volume air cenderung diam, penyebab ikan mati disini karena faktor Blooming Plankton," kata Wisnu.
Wisnu mengatakan, dengan Blooming Plankton, Fitoplankton akan membutuhkan oksigen yang besar.
Hal itu membuat ikan-ikan di sungai mati kekurangan oksigen.
"Puncaknya terjadi pada dini hari, biasanya terjadi penurunan oksigen yang sangat tajam, sehingga ikan-ikan pada mati ," ujar Wisnu. (*)