Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Wonogiri Terbaru

Pindang Kambing Nyamleng Mbok Sinem Wonogiri : Jualan di Dapur Sejak 1988, Selalu Diserbu Pelanggan

Kuliner yang satu ini kemungkinan tidak asing bagi telinga masyarakat Kabupaten Wonogiri, terlebih warga di Kecamatan Ngadirojo.

Penulis: Erlangga Bima Sakti | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Erlangga Bima
Pindang Kambing Nyamleng Mbok Sinem di Dusun Sambirejo RT 1 RW 9 Desa Ngadirojo Kidul Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Erlangga Bima Sakti

TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Kuliner yang satu ini kemungkinan tidak asing bagi telinga masyarakat Kabupaten Wonogiri, terlebih warga di Kecamatan Ngadirojo.

Ya, Pindang Kambing Nyamleng Mbok Sinem memang rasa dan ketenarannya sudah melekat di lidah selama ini.

Bagi yang belum tahu, pindang sendiri merupakan makanan berbahan dasar tepung tapioka atau tepung gaplek dan kikil kambing yang dimasak bersamaan.

Bentuknya seperti bubur kental yang dicampur dengan jeroan, seperti kikil, babat, iso paru dan jeroan kambing lainnya.

Mbok Sinem sendiri mengaku berjualan sejak tahun 1988 lalu.

Saat ini, Mbok Sinem hanya menjajakan pindang buatannya di dapur rumahnya di Dusun Sambirejo RT 1 RW 9 Desa Ngadirojo Kidul Kecamatan Ngadirojo mulai sore hari.

Alasannyaa, tenaganya sudah tidak kuat apabila berjualan di pasar maupun memulai jualan di pagi hari.

Sebab butuh waktu untuk memproses bahan tersebut menjadi kuliner yang memanjakan lidah.

Baca juga: Kuliner Tak Lazim Boyolali : Soto Ayam Sudah Mainstream, Slamet Pilih Jualan Soto Daging Kalkun

Baca juga: Viral Pernikahan di Indramayu Bak Festival Kuliner, Tamu Boleh Makan Sepuasnya hingga Dibawa Pulang

Mbok Sinem mengaku, mulai memasak di siang hari dan matang di sore hari sekitar pukul 15.00 WIB, untuk menjaga cita rasa, dimasak dengan kayu bakar.

Pantauan lapangan TribunSolo.com, pelanggan pun sudah mulai berdatangan saat pindang Mbok Sinem masih panas-panasnya.

"Buka tiap hari, tutupnya di Idul Adha saja, kalau Idul Fitri malah rame banget. Paling sedikit menyembelih enam ekor kambing untuk kebutuhan pelanggan pas ramai," kata dia kepada TribunSolo.com.

Mbok Sinem mengaku, saat ramai, kurun waktu satu setengah jam saja, satu panci pindang dan satu wajan penuh jeroan ludes diserbu pembeli.

Harganya sesuai dengan permintaan pelanggan, minta Rp 5.000, Rp 10.000 atau berapapun akan diladeni dan dibungkus rapi oleh Mbok Sinem dengan daun jati, harum.

Soal cita rasa, tidak perlu diragukan, memasaknya saja dengan kayu bakar, terlebih membungkusnya dengan daun jati.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved