Berita Sragen Terbaru
Kejadian Aneh di Lokasi Amblasnya Jembatan Kedawung Sragen : Sering Muncul Ular Raksasa Nogo Sosro
Jembatan yang amblas di Dukuh Mlokolegi, Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen dikenal angker.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Jembatan yang amblas di Dukuh Mlokolegi, Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen dikenal angker.
Jembatan tersebut sendiri, berdekatan dengan lokasi pemakaman dukuh setempat, dan berada di bawah cekungan.
Namun, bukan karena lokasinya yang berada di dekat makam yang membuat angker.
Menurut cerita dari warga sekitar, Mulyadi (59) mengatakan tak jauh dari lokasi jembatan terdapat air terjun kecil.
"Ada air terjun, setiap bulan sura pasti ada orang yang bertapa di sana satu bulan penuh, katanya mengambil keris Nogo Sosro penunggunya," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (28/1/2022).
Namun, ia tidak mengetahui secara pasti sosok Nogo Sosro tersebut, karena ia hanya mendengar cerita turun temurun dari para tetua dulu.
Kejadian aneh pun sering terjadi di jembatan tersebut menurut penjelasan Mulyadi.
"Pernah ada penjual sandal yang menggunakan mobil, nggak ada apa-apa nabrak pembatas jalan, rodanya sampai lepas, katanya melihat orang lewat," jelasnya.
"Ada juga orang yang lewat disitu pas malam hari, melihat ada ular besar yang menyeberang jalan pelan-pelan, ditunggu lama tiba-tiba ularnya hilang entah ke mana," terangnya.
Tak hanya itu, ada seorang laki-laki yang tengah mengendarai sepeda onthel tiba-tiba juga terjatuh tanpa sebab.
"Kadang juga ada orang yang diikuti, dia ngobrol sendiri kalau nggak disyarati pakai gula," singkatnya.
Mulyadi menceritakan pohon terdapat pohon juar yang ada di lokasi kejadian pernah terbawa longsor yang kemudian menutup akses jalan.
"Waktu itu ada 3 orang pakai motor yang terjebak di pohon juar itu, dari arah berlainan ketemu jadi satu disitu," terangnya.
Lokasi sekitar jembatan pun sering terjadi longsor, bahkan hingga menutup aliran sungai.
Anehnya, setiap kejadian longsor pasti terjadi di hari Jum'at dini hari.
"Sudah tiga kali kejadian longsor itu pas hari Jumat, waktunya selalu malam hari, tidak tahu kenapa itu," ucapnya.
Jika menilik ke belakang lagi, waktu pembangunan jembatan tersebut sekitar akhir tahun 1970an, menurut Mulyadi ada salah satu pekerja yang meninggal dunia.
"Yang bangun ada yang meninggal satu orang, sekitar tahun 1979 atau 1980, lokasinya memang terkenal angker," jelas dia.
Jembatan Memakan Korban
Jembatan di Dukuh Mlokolegi, Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen yang amblas memakan korban.
Pasalnya, jembatan yang tiba-tiba amblas pada Jumat (28/1/2022) sekira pukul 02.30 WIB itu, membuat dua pengendara sepeda motor terperosok ke dalamnya.
Warga sekitar, Mulyadi (59) yang ikut menolong korban pertama kali menceritakan awal mula kedua pengendara sepeda motor bisa terperosok.
Ketika itu, Mulyadi masih tertidur, yang kemudian terbangun merasakan getaran tanah longsor sekitar pukul 03.00 WIB.
Dari dalam rumah, Mulyadi mendengar ada orang berteriak dari arah jalan.
Kemudian ia bangun dan langsung menuju sumber suara, yang mana ia dapati kondisi jembatan sudah amblas dan dua orang terperosok kedalamnya.
"Saya datang, sudah ada dua orang yang terperosok ke dalam itu, satu ibu-ibu dan satu lagi seorang laki-laki," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (28/1/2022).
Baca juga: 3 Prajurit Gugur Ditembak KKB, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa Akan Kejar Pelaku Penembakan
Baca juga: Misteri Jembatan di Kedawung Amblas, Kini Akses Jalan Sragen-Jambangan Putus Total, Warga Terisolir
Yang terperosok pertama yakni Sunanti (58) warga Dukuh Sumberjo, RT 13, Desa Wonorejo, Kecamatan Kedawung.
Kemudian, korban kedua yakni Fajar Yayan (26) warga Dukuh Kajen, Desa Celep, Kecamatan Kedawung.
Diceritakan Mulyadi, awalnya Sunanti melintas di jalan tersebut hendak pergi ke Pasar Jambangan untuk kulakan.
Memang kondisi sekitar lokasi kejadian dalam keadaan gelap tidak terdapat lampu penerangan jalan.
"Ibunya itu mau belanja ke pasar Jambangan, menggunakan sepeda motor Supra X dengan beronjong dibelakangnya, jatuh ke bawah, menabrak pembatas jembatan yang ikut longsor juga," jelasnya.
"Kondisinya terjepit beronjong yang dibawanya itu, nggak bisa bergerak, kakinya berdarah sama luka di punggungnya," tambahnya.
Setelah dilakukan pemeriksaan di rumah sakit, Sunanti mengalami patah tulang di bagian kaki dan tangan.
Sesaat setelah Sunanti terjatuh, Fajar yang berjalan dari arah Sragen yang akan pulang kerumahnya mengalami kejadian serupa.
Beruntungnya, Fajar tidak mengalami luka yang cukup serius, dan masih mampu menolong Sunanti.
Karena tidak mampu mengevakuasi Sunanti seorang diri, Fajar yang dalam keadaan sadar langsung memanggil orang yang ada disekitar lokasi.
Kemudian warga datang, dan mencoba mengevakuasi Sunanti, dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat dengan menggunakan ambulan warga sekitar.
"Motornya juga masuk ke dalam, tapi kondisinya nggak rusak parah, bahkan sepeda motor milik masnya masih hidup," ujar Mulyadi.
"Setelah itu semua datang, dari Basarnas, BPBD, Pak Lurah, semua langsung kesini," pungkasnya.
Akses Warga Terputus
Jembatan di Dukuh Mlokolegi, Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen amblas, pada Jumat (28/1/2022).
Jembatan yang ambrol memiliki lebar 5 meter, dengan panjang dan ketinggian sekitar 5 meter.
Pantauan TribunSolo.com di lapangan, jembatan tersebut benar-benar amblas, yang menyebabkan jalan Sragen-Jambangan terputus aksesnya.
Nampak, pembatas jembatan yang berada di sisi kanan dan kirinya juga ikut jatuh ke bawah.
Baca juga: Apa Kabar Terbaru Anak Kedua Gibran & Selvo, La Lembah Manah? Ternyata Kini Sudah Lincah Bicara
Baca juga: Kondisi Terkini Banjir Laweyan : Kali Jenes Meluap,Jembatan Penghubung Solo-Grogol Tak Bisa Dilewati
Sedangkan, akses jalan ditutup total dengan diberi penghalang dan garis polisi.
Warga sekitar, Mulyadi (59) mengatakan jembatan tersebut ambrol sebanyak dua kali.
"Jembatan ambrol pertama sekitar pukul 02.30 WIB, sedangkan yang kedua ambrol lagi sekitar pukul 03.00 WIB," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (28/1/2022).
Saat jembatan tersebut ambrol, Mulyadi yang tengah tertidur sontak terbangun, karena merasakan getaran dari jembatan yang ambrol tersebut.
"Ambrol pertama itu yang tahu istri saya, terdengar bunyi greeg, dan getarannya dirasakan sampai rumah," aku dia.
"Kemudian yang kedua sama, sampai saya terbangun, rasanya seperti mimpi itu," jelasnya.
Menurut Mulyadi, jembatan tersebut sudah ada sekitar tahun 1980an.
Karena kondisinya yang sudah tua, pondasi jembatan menjadi lapuk tergerus air, hingga akhirnya tidak mampu lagi menyangga jembatan.
Terlebih, beberapa hari belakangan, curah hujan yang turun di wilayah Sragen juga tinggi.
"Sudah ada cirinya sebelum amblas itu, tanahnya sudah retak-retak, pondasinya sudah rusak," pungkasnya.
Jembatan Bawa Petaka
Gadis pesilat DP tewas usai hanyut di Sungai Pleret, di Dukuh Bawang, Desa Poleng, Kecamatan Gesi, Kabupaten Sragen.
Remaja berusia 13 tahun itu sebelumnya menyeberangi jembatan tanpa pembatas.
Pantauan TribunSolo.com di lapangan, kondisi jembatan itu mengerikan, karena tanpa pelindung di sisi kanan dan kiri.
Sedangkan, kedudukan jembatannya berada di cekungan rendah.
Sedangkan sungai cukup lebar dan besar, dengan arus yang cukup deras.
Warga sekitar, Suminto mengatakan air akan meluber hingga menutupi Jembatan Pleret ketika diguyur hujan deras.
"Jika turun hujan deras, air selalu naik, menutup jembatan, karena tersumbat sampah dibawahnya," ungkapnya kepada TribunSolo.com, Rabu (19/1/2022).
Ketinggian jembatan dari dasar sungai hanya 1,5 meter saja, yang mana saat meluap arus yang lewat sangat deras.
Ia menuturkan jembatan tersebut sudah dibangun sejak puluhan tahun lalu, sekitar tahun 1990an.
Baca juga: Gadis Pesilat yang Hanyut di Sungai Pleret Sragen Ditemukan, Tetapi Kondisinya Sudah Meninggal Dunia
Baca juga: BREAKING NEWS : Pulang Latihan Silat, Dua Gadis Hanyut di Sungai Pleret Sragen, Satu Orang Hilang
Awalnya, jembatan tersebut dibangun untuk sementara, namun tidak dibangun hingga kini.
Banyak warga yang memilih melewati jembatan tersebut, karena kondisinya lebih baik, dan merupakan jalan yang bisa tembus hingga Pasar Tangen.
Sebenarnya terdapat jembatan lainnya yang lebih aman dengan pembatas, namun kondisi jalan menuju jembatan tersebut rusak parah dan gelap.
"Kalau saat ini sudah tidak ada, dulu masih ada, sudah diajukan, tapi belum ada sampai sekarang," jelasnya.
Menurut Suminto, kejadian orang hanyut di jembatan Pleret bukan kali pertama terjadi.
"Dulu ada warga Bawang, hanyut dan meninggal dunia, waktu mau mengambil pohon pisang yang hanyut, titik awalnya ya di jembatan Pleret," jelas dia.
Ditemukan Meninggal Dunia
Remaja putri DP (13) warga Singge RT 15, Desa Poleng, Kecamatan Gesi, Kabupaten Sragen yang hanyut berhasil ditemukan pada Rabu (19/1/2022).
Sebelumnya DP diketahui hanyut ke sungai saat pulang latihan silat, pada Selasa (18/1/2022) sekira pukul 23.00 WIB.
DP pulang bersama seorang temannya, MO (14) menggunakan sepeda motor melewati jembatan yang sedang meluap.
Beruntungnya MO berhasil selamat, sedangkan DP dan sepeda motornya hanyut terbawa arus sungai yang deras.
Sepeda motor berhasil ditemukan sekitar pukul 03.00 WIB tadi pagi tak jauh dari jembatan.
Kepala pelaksana BPBD Sragen, Agus Cahyono mengatakan korban DP berhasil ditemukan sekira pukul 08.40 WIB.
"Korban sudah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia sekira pukul 08.40 WIB, ini langsung dibawa ke rumah duka," ujarnya kepada TribunSolo.com.
Baca juga: Buntut Pencopotan Kasat Reskrim Polres, Kasus Pelecehan di Boyolali Kini Diambil Alih Polda Jateng
Baca juga: Kronologi Petaka Malam Seberangi Sungai : Dua Gadis Sragen Hanyut, Satu Selamat, Satu Masih Dicari
Dia melanjutkan, korban ditemukan 500 meter dari lokasi awal hanyut.
Diketahui, korban ditemukan menyangkut pada pohon bambu, yang ada di tengah Sungai Pleret.
"Ditemukan 500 meter dari titik lokasi awal," jelas dia.
Kini, korban telah disemayamkan di rumah duka, dan selanjutnya akan dimakamkan oleh pihak keluarga.
Pencarian Korban
Pencarian ABG yang hanyut di Sungai Pleret di Dukuh Bawang, Desa Poleng, Kecamatan Gesi, Kabupaten Klaten masih dilakukan, Rabu (19/1/2022).
Informasi yang dihimpun TribunSolo.com, ABG yang hanyut yakni DP (14) dan MO (14) warga Dukuh Singge RT 15 Desa Poleng, Selasa (18/1/2022) malam.
Satu di antaranya yakni DP hingga pagi ini masih dalam pencarian karena hanyut terbawa arus, sementara MO berhasil menyelamatkan diri.
"Benar, masih pencarian di TKP," ungkap Anggota SAR Himawalawu, Totok Marwoto kepada TribunSolo.com.
Adapun peristiwa mengerikan itu terjadi saat langit sudah gelap yakni sekitar pukul 19.30 WIB.
Saat itu menurut dia, keduanya tengah berjalan pulang setelah ikut latihan silat menggunakan sepeda motor Supra X 110 dengan menyeberangi jembatan di Sungai Pleret.
"Airnya tiba-tiba meluap dan tersapur arus, tapi satu orang bisa menyelematkan diri," aku dia.
"Yang terbawa arus sampai detik ini belum ditemukan, mau penyisiran lagi. Sementara motor sudah diangkat tadi malam," terangnya.
Baca juga: Kronologi Warga Boyolali Hanyut di Pantai Glagah Jogja, Para Korban Menyebrang ke Gundukan
Baca juga: Kata Gimana, Enak? Ini yang Bikin Kapolda Jateng Marah Besar & Copot Kasat Reskrim Polres Boyolali
Warga Boyolali Hanyut di Pantai
Kecelakaan air menimpa 4 orang warga Dukuh Jlombong, Desa Pusporenggo, Kecamatan Musuk, Boyolali.
Empat orang hanyut di pantai Glagah, Kulonprogo, Yogyakarta, Rabu petang (6/1/2022).
Akibat peristiwa itu, satu orang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, 2 orang selamat dan satu korban sampai saat ini masih dalam upaya pencarian.
Sunarjo yang ikut dalam rombongan menceritakan sebenarnya berwisata ke pantai Glagah ini hanya sebagai ampiran saja.
Baca juga: Warga Boyolali Korban Hanyut di Pantai Glagah Dimakamkan, Tinggalkan Duka Bagi Keluarga dan Teman
Baca juga: Empat Warga Boyolali Hanyut di Pantai Glagah Jogja, Satu Korban Belum Ditemukan
Dimana, niat keluarga sebenarnnya hanya untuk membantu pindahan rumah anaknya yang ada di Wates, Kulonprogro, Jogja.
Awalnya hanya dia dan keluarganya saja yang ke rumah anaknya itu.
Namun, keponakan-keponakannya serta adik-adiknya yang mendengar rencana ini kemudian berencana ikut membantu.
Termasuk keluarga Ismandi, ayah korban meninggal yang datang ke rumah dan meminta diajak untuk membantu pindahan di Wates, Kulon Progro, Jogjakarta.
“Akhirnya kita ber 15 berangkat, dari sini setengah sembilan. Sampai disana itu jam 11.00 WIB. Setelah itu beres-beres pindahan setelah itu tidur,” ujarnya.
Berhubung sudah sampai di Jogja, tak lengkap rasanya jika tak mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada.
Baca juga: Kesaksian Pemancing Temukan Mayat Perempuan Misterius di Pantai Glagah: Gelap, Lihat Kaki Terlentang
Rombongan kemudian berniat untuk mengunjungi Yogyakarta International Airport (YIA), Kulon Progo untuk swafoto.
Berlanjut ke Pantai Glagah sekitar pukul 15.00 WIB. Di sana mereka bermain air cukup lama. Awalnya hanya di bibir pantai saja.
Namun, empat orang, yakni Ismandi, anak pertama Andra, anak bungsu Radinka Putri (9) dan satu keponakan Zulfa Ulil Absa (16) menyebrang ke gundukan pasir di tengah-tengah Sungai Serang.
Sedangkan rombongan lainnya masih asyik bermain di bibir pantai, termasuk ibu korban dan anak laki-laki kedua Ismandi.
"Sekitar pukul 17.00 WIB keluarga saya empat orang mentas. Kami naik untuk pesan makan malam, seafood. Selesai pesan, kok mereka gak naik-naik ke warung,” katanya.
Baca juga: Empat Warga Boyolali Hanyut di Pantai Glagah Jogja, Satu Korban Belum Ditemukan
“Saya sama anak saya ini coba menelepon berkali-kali, tapi gak ada yang mengangkat. Perasaan saya sudah tidak enak. Lalu ada satu ponakan yang bisa di telepon, saya diminta ke sana cepet, bahaya ini. Dia gak bilang kalau tenggelam," kenangnya.
Kagetnya dia saat mendengar anaknya diminta datang cepat.
Apalagi, banyak warga yang jalan mulai meninggalkan pantai sambil membicarakan kejadian yang baru saja dilihat wisatawan lain itu.
Hatinya semakin tak karuan, saat wisatawan itu bicara mengenai jumlah korban selamat dan tidak selamat.
Benar saja, saat melihat kondisi adiknya dan keponakannya telah terhanyut dan ada relawan yang mulai melakukan pencarian.
"Ombaknya tinggi lalu pas arus balik gak bisa nahan. Yang gak bisa renang gak bisa balik (Hanyut,). Yang selamat adik saya (Ismandi,red) dan keponakan Zulfa karena bisa berenang,” imbuhnya.
Masih Satu Keluarga
Kecelakaan tragis menimpa 4 orang warga Desa Pusponegoro, Kecamatan Musuk, Boyolali.
Empat orang, hanyut di Pantai Glagah, Kulonprogo, Yogyakarta.
Keempat korban tersebut merupakan bagian dari 15 orang rombongan keluarga yang berwisata ke Jogja.
Baca juga: Empat Warga Boyolali Hanyut di Pantai Glagah Jogja, Satu Korban Belum Ditemukan
Dari 4 korban hanyut itu, dua diantaranya ditemukan dalam kondisi selamat, satu korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia dan satu masih dalam upaya pencarian.
Sekdes Pusponegoro, Kecamatan Musuk, Listiyanto mengungkap rombongan tersebut berasal dari satu keluarga besar.
"Itu (rombongan) masih satu keluarga. Masih satu trah gitu," ujarnya.
Rombongan keluarga besar itu berasal dari Jlobong, Desa Pusponegoro, Kecamatan Musuk.
Keluarga tersebut pergi berwisata pada Rabu pagi (5/1/2022).
Dia yang berada di rumah duka menyebut korban meninggal, F, rencananya bakal dibawa pulang malam ini.
Saat ini di rumah duka, selain banyak warga sekitar yang datang, anggota dari Polsek, Koramil dan Kecamatan juga berada di berada di rumah duka.
"Kalau yang dua korban selamat sudah membaik. Yang satu sudah sadar dan yang satu sudah membaik," ujarnya. (*)