Berita Solo Terbaru
Bocoran Bonbin Jurug yang Bakal Tata Ulang, Gibran Ungkap Ada Investor, Tapi Dananya Tak Sedikit
Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) bakal dilakukan revitalisasi untuk menarik lebih banyak pengunjung.
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo bakal dilakukan revitalisasi untuk menarik lebih banyak pengunjung.
Rencananya, TSTJ bakal dilengkapi dengan panggung edukasi satwa.
Pembangunan TSTJ ini seiring dengan adanya kucuran dana dari investor yang masuk.
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming, membocorkan gambaran kasar rencana panggung edukasi tersebut.
Dari gambar tersebut nantinya akan terdapat panggung dan tempat duduk bertingkat.
"Rencana minggu depan tim akan melakukan on site review dan design exercise," kata Gibran kepada TribunSolo.com, Sabtu (19/2/2022).
Dikatakan, kucuran dana yang diberikan untuk revitalisasi TSTJ jumlahnya tak sedikit sehingga pembangunan ikon-ikon baru di TSTJ akan tercipta.
Ditambah, investor ini merupakan orang dalam negeri, yang sering mengurusi kebun binatang.
"Kalau tidak salah desainnya jadi pada pekan depan. Ya, diperbaiki semua. Tunggu pekan depan," ujarnya.
TSTJ sendiri sebelumnya, pernah bekerjasama dengan salah satu investor beberapa waktu lalu dengan membuat taman pelangi.
Baca juga: Rahasia 400 Satwa Taman Jurug Bisa Survive Selama Pandemi : Adanya Manajemen Resiko & Kolaborasi
Baca juga: Demokrat Nilai Setahun Gibran Pimpin Solo : Biasa-biasa Saja, Belum Ada Lompatan yang Dijanjikan
"Kita rombak total, tapi nanti tunggu dulu minggu depan ya," ucapnya.
Direktur Perusahaan Daerah (PD) TSTJ, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso, mengaku belum bisa berbicara banyak mengenai investasi itu.
"Sabar, nunggu finalisasi dulu," tuturnya.
Cara Jurug Bertahan
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia, tak hanya berdampak kepada manusia, tetapi satwa pun terkena imbasnya.
Seperti yang dialami satwa di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ).
Namun siapa sangka, di tangan Direktur TSTJ Bimo Wahyu Widodo satwa-satwa itu bisa bertahan hidup di tengah pandemi yang berkepanjangan.
"Ada 400 satwa di Jurug Solo Zoo, semua mampu bertahan hidup di tengah gempuran pandemi," ungkap dia kepada TribunSolo.com, Rabu (9/2/2022).

Menurut dia, rahasia dari TSTJ tak lain adalah pemetaan melalui manajemen resiko.
Pada 2019 silam, Bimo bersama sejumlah pihak terkait sudah membuat kemungkinan terburuk perihal apa yang bisa membuat TSTJ tidak beroperasi atau tutup.
Salah satunya apabila terjadi penularan penyakit dari manusia ke hewan ataupun sebaliknya.
Hal ini mirip dengan virus Corona yang masuk ke Indonesia pada 2020.
"Salah satunya adalah Jurug bisa tutup kalau ada penularan penyakit dari manusia ke hewan ataupun hewan ke manusia," jelasnya.
"Lha ternyata beneran, kita nggak membayangkan ada Covid-19. Jadi Alhamdulilah secara manajemen siap," ujar Bimo.
Baca juga: Awal Tahun 2022, Pengunjung Kebun Binatang Jurug Capai 8.729 Orang: Mayoritas Solo Raya
Baca juga: Alun-alun Ditutup, Tapi Taman Satwa Taru Jurug Boleh Buka, Tahun Baru Bakal Didatangi 15 Ribu Orang
Bimo tak memungkiri kesiapan menghadapi kemungkinan terburuk hanya bertahan tiga hingga empat bulan.
Improvisasi lantas dilakukan dengan menggunakan prinsip pentahelix di mana TSTJ akhirnya bekerjasama dengan berbagai pihak.
Mulai dari Pemkot Solo melalui Wali Kota, media massa, perguruan tinggi hingga masyarakat.
Tak jarang masyarakat datang dengan sendirinya memberikan bantuan, terutama pakan satwa.
"Ada masyarakat yang langsung memberi beras, telor untuk primata, kemudian bekatul. Ada yang mengirimkan daging ayam dan lainnya," katanya.
"Alhamdulilah 2020 dan 2021 bisa kita lalui karena Pemkot membantu pakan. Kemudian biaya honor untuk yang mengurusi satwa, kemudian donasi-donasi," imbuhnya.
Tak jarang, TSTJ menggandeng pihak-pihak lain untuk terus meningkatkan kualitas yang akhirnya berimbas kepada keberlangsungan hidup para satwa.
Seperti bekerjasama dengan Kopassus, TNI AU, kepolisian, hingga Brimob untuk membersihkan TSTJ yang memiliki lahan seluas 14 hektar.
Belajar bersama perlindungan satwa dan perhimpunan kebun binatang se-Indonesia juga jadi cara yang diambil.
Sebab para keeper (penjaga satwa) harus benar-benar memahami cara merawat satwa yang beragam.
"Itu diajarin bagaimana merawat satwa. Karena perawatan satwa ini juga penting. Ilmu merawat satwa ini kan banyak, memelihara gajah bagaimana, buaya bagaimana," aku dia. (*)