Berita Boyolali Terbaru
Di Boyolali Ada Kampung Tenggok: Pakai Teknik Anyaman Turun Temurun, Rata-rata Perajin Sudah Lansia
Di tengah gempuran perkakas modern, Tenggok masih dipakai untuk keperluan masyarakat sehari-hari, khususnya masyarakat yang tinggal di pedesaan.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Ryantono Puji Santoso
Namun jika tinggal menganyamnya saja, dalam sehari bisa 5-6 tenggok dihasilkan.
Tenggok-tenggok itu lantas ia jual ke pasar terdekat atau terkadang ada pengepul yang datang ke rumah membeli tenggok-tenggoknya.
Harganya bervairiasi, mulai Rp 5.000 – Rp 10.000 per buah, tergantung ukuran tenggok.
Baca juga: Kondisi Perajin Tumang Mulai Bangkit Setelah Dihantam Pandemi: Pesanan dari Jepang dan Australia
“Hasilnya memang tidak banyak tetapi bersyukur, karena setidaknya bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.
Umi (70), salah satu perajin lain mengatakan meski saat ini banyak perkakas modern, namun masih banyak yang butuh tenggok.
Menurutnya, perkakas modern tidak bisa menggantikan perkakas tradisional.
Meskipun fungsinya sama, namun masyarakat tetap lebih memilih perkakas dari Bambu ini.
Selain itu, harganya juga lebih terjangkau.
"Rumit dan lama bikinnya tidak masalah. Yang penting ada hasilnya," jelasnya. (*)