Breaking News
Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Alasan PKL di Sragen Tetap Berjualan Meski Ada Papan Larangan : Kita Mau Makan Apa, Tidak Ada Solusi

Pemerintah Kabupaten Sragen memiliki pekerjaan rumah yang berat untuk melakukan penataan Pedagang Kaki Lima (PKL).

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Septiana Ayu
Potret PKL di Jalan Perintis Kemerdekaan, Sragen yang tetap berjualan meski sudah dipasang papan larangan berjualan, Jumat (25/2/2022). 

Untuk itu, ia berharap dari pemerintah dapat memberikan solusi, agar ia tetap dapat berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

PKL di Jalan Diponegoro

Pedagang Kaki Lima (PKL) di Jalan Diponegoro atau di depan SDN 4 Sragen melayangkan protes kepada Satpol PP.

Hal itu dikarenakan, mereka mendadak diminta pindah oleh petugas dari tempat jualan semula disebelah utara pada Selasa (18/1/2022) lalu.

Kini, mereka pindah ke sebelah barat SD, yang berdampak kepada penurunan penghasilan dari biasanya.

Salah satu PKL, Sugiyono mengatakan semenjak diminta pindah, penghasilannya berkurang hingga 50 persen.

"Kami akui pendapatan berkurang drastis, biasanya bisa dapat Rp 500 ribu, ini hanya Rp 200 ribu, belum untuk kebutuhan keluarga yang lain," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (22/1/2022).

Sugiyono yang sudah berjualan selama kurang lebih 14 tahun, dan mengaku sebelum penggusuran tidak ada pemberitahuan langsung kepada para PKL.

"Pemberitahuannya H-1 itu, namun surat ditujukan kepada kepala sekolah, dari kepala sekolah membuat edaran agar para PKL pindah," terangnya.

Kemudian, para PKL pun menuruti aturan tersebut, dan bersedia pindah keesokan harinya.

Selama tiga hari pindah, aktivitas jual beli yang mulai bangkit pasca pandemi covid-19, kini harus kembali memulai dari nol lagi.

Selain Sugiyono, total terdapat 37 PKL yang bernasib sama dengannya.

Baca juga: Viral Kondisi Gunung Kemukus Sragen Malam Hari Bak Antrean di Mina saat Haji, Begini Faktanya

Baca juga: Reaksi Bos Aloha Pub & Karaoke Diprotes Warga Agar Kafenya Ditutup, Kalem karena Sudah Kantongi Izin

Pengusutan omzet juga dikeluhkan Broto penjual es teh.

"Biasanya sehari Rp 300 ribu, kini hanya Rp 50 ribu hingga Rp 75 ribu saja," ujarnya.

Keluhan juga disampaikan Mujiyono, yang sudah berjualan kentucky mini sejak puluhan tahun lalu.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved