Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Terbaru Boyolali

Umat Hindu Boyolali Tak Ikuti Tawur Agung di Candi Prambanan, Pilih Lakukan Kirab Ogoh-ogoh Sendiri

Menyambut Hari Nyepi mendatang, umat Hindu Boyolali memilih tidak mengikuti acara Tawur Agung di Candi Prambanan.

Tribunsolo.com/Tri Widodo
Seorang pemuda Hindu tengah merapikan Ogoh- ogoh di Pura Bhuana Suci Saraswati, Desa Ngaru-aru, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Minggu (27/2/2022) 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Pandemi Covid-19 belum berakhir. Apalagi belakangan ini, kasusnya terus bertambah.

Untuk itu dibutuhkan kerjasama seluruh pihak untuk bersama-sama mencegah penyebaran Covid-19 ini.

Salah satunya yang dilakukan umat Hindu Boyolali saat perayaan Nyepi nanti.

Dimana, umat Hindu Boyolali biasanya mengikuti acara Tawur Agung di Candi Prambanan.

Baca juga: Situs Inilah yang Buat Jalan Tol Solo-Jogja Dibuat Melayang, Selama Ini untuk Sembahyang Umat Hindu

Menurut Ketua PHDI Boyolali, Pindandita Sutarto, umat Hindu Boyolali tidak akan mengikuti tawur agung di Prambanan sebagai puncak perayaan Nyepi.

Sebagai gantinya, umat hindu akan menggelar Tawur Agung di Pura Bhuana Suci Saraswati, Desa Ngaru-aru, Banyudono, Boyolali, Rabu Sore (2/3/2022).

Pihaknyapun telah telah menyiapkan sebuah Ogoh- ogoh setinggi 4,5 meter.

Baca juga: Kasus Covid-19 di Boyolali Melonjak, Dinas Pariwisata Sebar Tim, Pantau Prokes Tempat Wisata

Ogoh- ogoh akan dikirabkan pada saat Mecaru yang menjadi rangkaian Hari Raya Nyepi.

“Usai kirab, ogoh- ogoh akan dibakar di depan Pura Bhuana Suci Saraswati,” kata Sutarto, Minggu (27/2/2022).

Ketua PHDI Desa Ngaru- aru, Heru Kuncoro menambahkan kirab Ogog-ogoh nanti juga diikuti barisan obor.

Kemudian di belakangnya, terdapat barisan musik tradisional atau kentongan hingga kesenian Reog.

Selanjutnya Ogoh-ogoh akan dibakar di depan pura sebagai simbol pemusnahan butakala.

Baca juga: Jelang Sebulan Puasa, Harga Daging Sapi di Boyolali Masih Normal, Meski Daerah Lain Naik Rp 10 Ribu

Selain simbol kejahatan, ogoh-ogoh yang dibakar merupakan kekuatan alam yang misterius.

Alam yang sebenarnya bersahabat bisa berubah menjadi malapetaka bagi manusia.

“Dengan adanya upacara- upacara ini, diharapkan alam kembali damai, harmonis. Dan termasuk Covid-19 bisa segera sirna agar kehidupan kembali damai,” ujarnya.

“Kalau diizinkan oleh Satgas Covid-19, maka kirab akan mencakup sejumlah kampung. Namun kalau tidak, ya hanya sekitar pura saja,” pungkasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved