Harga Minyak Goreng Melejit, Warga Menjerit: Masa Pemerintah Kalah Sama Mafia?
enteri Perdagangan Muhammad Lutfi menduga ada pihak yang bermain alias mafia yang menyebabkan minyak goreng menjadi langka.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Hal senada juga diungkapkan Udin, penjual gorengan di Makassar.
Dia mengaku bingung dengan harga gorengan yang mesti dia jual setelah meroketnya harga minyak goreng.
"Harga gorengan yang saya jual Rp 1.000 per biji. Dulu sebelum harga minyak goreng naik, saya hanya untung tipis."
"Nah, kalau harga minyak goreng meroket seperti ini, bisa gulung tikar," katanya.
Harga Minyak Goreng Bakal Naik dan Turun
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi buka suara soal harga minyak yang terus naik.
Seperti diketahui, naiknya harga minyak goreng kemasan setelah pemerintah mencabut harga eceran tertinggi (HET).
Dengan kebijakan tersebut maka harga minyak goreng akan dilepas pada mekanisme pasar.
Baca juga: Mendag M Lutfi Ungkap Biang Kerok Penyebab Minyak Goreng Murah Langka: Ada Mafia Rakus dan Jahat
"Pada 16 Maret telah ditentukan Permendag Nomor 11 Tahun 2022 yang mencabut Permendang Nomor 06 tentang harga eceran tertinggi minyak goreng dan Permendag Nomor 11 Tahun 2022 tersebut baru dan sudah diundangkan," kata Lutfi dikutip dari Kompas.com via Tribunnews, Jumat (18/3/2022).
Sebagai ganti dari pencabutan HET minyak goreng kemasan, pemerintah telah menetapkan HET pada minyak goreng curah sebesar Rp 14.000 per liter atau Rp 15.500 per kilogram.
Diketahui, minyak goreng curah tersebut disubsidi melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
Lutfi pun meyakini bahwa harga minyak goreng kemasan yang melambung tinggi bisa berangsur turun.
"Ya kita lihat nanti, kan ini sekarang mereka jual di Rp 23.000, tetapi karena jumlahnya banyak nanti pasti akan turun juga," terangnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan pemerintah juga akan menaikkan pungutan eskpor minyak goreng dan mencabut kebijakan domestic market obligation (DMO).
Baca juga: Minyak Goreng Bikin Pusing, Sukarno Warga Sragen Buktikan Bisa Bikin Sendiri, Pakai Biji Kapuk
Sehingga produsen minyak goreng akan lebih tertarik untuk memberikan hasil produksinya ke pasar dalam negeri, daripada mengeskpor ke luar negeri.
"Akan terdapat keekonomian di mana akan lebih untung untuk menjualnya di dalam negeri daripada mengekspor ke luar negeri. Ini adalah mekanisme pasar.
Karena ini mekanisme pasar, mudah-mudahan dapat menjaga kestabilan nasional untuk paling tidak pasokannya kepada masyarakat," pungkasnya.
(*)