Berita Sukoharjo Terbaru
Cara Bikin Es Gempol Pleret Khas Sukoharjo : Olah Tepung Beras Jadi Bola-bola hingga Siapkan Santan
Cara membuat es gempol pleret terbilang cukup mudah, meski membutuhkan proses lama.
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Cara membuat es gempol pleret terbilang cukup mudah, meski membutuhkan proses lama.
Minuman khas lokal ini banyak diproduksi di Desa Karangwuni, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.
Salah satu produsen gempol pleret adalah Widodo yang sudah mewarisi usaha dari kakeknya.
"Yang pertama jualan kakek buyut, saya generasi ketiganya, anak saya bantu jual lewat online," katanya kepada TribunSolo.com, Senin (21/3/2022).

Bahan baku gempol pleret sendiri adalah dari beras yang dicuci bersih kemudian direndam selama 2 jam.
Setelah direndam, beras diangkat, lalu dibersihkan lagi, dan ditiriskan.
Beras tersebut kemudian digiling agar menjadi tepung.
"Tepung beras dibuat bulat dengan diameter sekira 10 cm, kemudian dikukus 30 menit," ucapnya.
Setelah dikukus, bola tepung beras itu kemudian dijadikan adonan.
Baca juga: Cerita Satu Desa di Polokarto Jadi Juragan Es Gempol Pleret, Ternyata yang Diwariskan Turun-temurun
Baca juga: Gempol Pleret, Tempe Alakatak, dan 5 Kuliner Tradisional di Sukoharjo yang Wajib Dicoba
Dalam proses ini, bola tepung beras dipisah antara yang akan dibuat gempol, dan pleret.
"Kalau dibuat gempol, bumbunya hanya garam dan pandan, tapi kalau mau dibuat pleret diberi gula merah," ujarnya.
Dalam proses adonan ini merupakan proses paling sulit, se adonan tidak boleh terlalu lembek maupun terlalu keras.
Hal tersebut akan sangat mempengaruhi pada proses berikutnya.
"Adonan yang terlalu lembek, sulit diparut. Jika dibuat gempol juga susah, termasuk yang terlalu keras," ujarnya.
Bola adonan itu kemudian diparut, dan hasil parutannya dibuat bola-bola dengan diameter yang lebih kecil.
Sementara untuk pleret, adonannya diambil sedikit kemudian ditarik pada alas daun pisang.
"Setelah jadi, gempol dan pleret dikukus lagi selama 1 jam," kata dia.
Penyajian es gempol pleret ini cukup mudah, tinggal mumbuat kuahnya dari santan kepala dan diberi gula jawa.
"Ada santannya sebagai kuah," aku dia.
Dalam satu hari, Widodo bisa mengolah 11 kilogram beras untuk dijadikan gempol pleret.
Angka tersebut meningkat saat akhir pekan, dan saat bulan suci Ramadan.
"Saya jual per paket isi 100 gempol dan 100 pleret, harga untuk penjual es gempol langganan saya Rp 40 ribu, tapi kalau untuk umum Rp 50 ribu," ucapnya.
Langganan Widodo berasal dari Sukoharjo, Solo, dan Karanganyar.
Jika gempol dan pleret dimasukan ke dalam lemari es, bisa awet hingga 1 minggu, karena tidak menggunakan bahan pengawet.
"Nanti kalau mau dibuat es gempol pleret, tinggal dikukus lagi," ujarnya.
Sudah Turun-temurun
Minuman khas asli lokal bernama es gempol pleret ternyata turun-temurun diproduksi di sebuah desa di Kabupaten Sukoharjo.
Desa itu bernama Karangwuni yang berada di Kecamatan Polokarto.
Es gempol pleret sendiri merupakan minuman dari bahan santan yang diberi gula jawa dengan isian gempol pleret yang merupakan makanan dari olahan beras tepung.
Menurut Kepala Desa (Kades) Karangwuni, Ateng Hartono, sejak tahun 1970-an, banyak warganya yang memproduksi dan menjual gempol pleret.
"Awalnya itu jualan di desa, lalu ada yang merantau hingga ke Semarang, dan jualan di sana," katanya, Senin (21/3/2022).
Saat ini, ada sekira 9 warga Karangwuni yang menjadi produsen gempol pleret dan sekira 15 orang menjual es gempol pleret.
Sementara penjual es gempol pleretnya lebih banyak lagi, termasuk reseller gempol pleret.
Banyaknya warga yang menjadi produsen gempol pleret ini, membuat minuman tersebut menjadi ciri khas dari desa Karangwuni.
Baca juga: Gempol Pleret, Tempe Alakatak, dan 5 Kuliner Tradisional di Sukoharjo yang Wajib Dicoba
Baca juga: Rekomendasi Jajanan Legendaris di Sukoharjo : Gempol Pleret, Minuman Khas yang Mulai Langka
"Produksi gempol pleret di desa kami sudah 2-3 turunan," ujarnya.
"Saat ini, banyak yang memanfaatkan media sosial untuk menjual gempol pleretnya," aku dia.
Salah satu produsen sekaligus penjual es gempol pleret asal Desa Karangwuni adalah Paikem (48).
Dia sudah berjualan es gempol pleret ini selama 20 tahun, meneruskan bisnis dari orangtuanya.
"Saya biasa jualan keliling di Pasar Klewer Solo, dari jam 10.00-17.00 WIB," kata dia.
Setiap malam dia, sudah mulai memproduksi gempol pleret dari bahan baku beras.
Proses produksi itu ia lakukan hingga pagi hari, sebelum dia berangkat berjualan.
"Kalau es gempol pleret satu gelasnya harganya Rp 5 ribu," ujarnya. (*)