Cerita dari Solo
Sejarah Masjid Kiai Abdul Djalal Sragen: Berusia 232 Tahun, Didirikan Atas Perintah Pakubuwono IV
Kabupaten Sragen menyimpan sejarah panjang penyebaran agama islam. Terdapat masjid-masjid kuno yang berusia ratusan tahun yang masih berdiri.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Namun, perbedaannya hanya terletak pada ukuran serambi yang mana di Masjid Agung Djalal lebih kecil.
Bahkan, pembuat serambi tersebut merupakan orang yang sama, yakni Kiai Gubito.
Baca juga: Sejarah Solo Baru, Siapa Sangka Dulu Sepi dan Tak Dilirik, Kini Jadi Kawasan Elit di Sukoharjo
Yang lebih istimewa, di dalam masjid Abdul Jalal tersimpan pusaka dari Pakubuwono IV berupa tombak yang saat ini masih ada disalah satu tiang masjid.
"Pusaka itu dulu dari keraton, saat ini letaknya di cagak (tiang) di depan mimbar ditaruh atas, yang memberikan sinihun Pakubuwono keempat langsung," tuturnya.
Masjid tersebut pernah direnovasi sebagian sekitar tahun 1952 karena mulai lapuk dibeberapa bangunan masjid.
Karena masih terjaga keasliannya, Masjid tersebut dijadikan Cagar Budaya oleh Pemerintah Kabupaten Sragen pada tahun 2018.
Jika masuk kedalam masjid akan merasakan suasana yang tenang dan hati tentram.
Tak hanya itu, nuansa masjid kuno masih kental terasa dengan keberadaan tempat salat putri, yang berada di sebelah kanan bangunan.
Baca juga: Biodata R Surojo, Pegiat Sejarah yang Banyak Tahu Benda dan Tempat Bersejarah di Boyolali & Solo
"Ciri masjid kuno itu ada palesteren atau tempat ibadah putri berada di kanan, terus harus ada pintunya, kalau tidak, menurut fiqih salatnya tidak sah," terang Rubhan.
Masjid tersebut kemudian ditambah bangunan menara, yang berfungsi sebagai tempat pemancar suara.
Menara tersebut dibangun oleh Mantan Bupati Sragen, HR Bawono yang diresmikan tahun 1995.
"Menara itu untuk syiar saja, karena masjid zaman sekarang di Makkah dan negara Islam juga didirikan menara untuk pengeras suara," jelasnya. (*)