Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Terbaru Klaten

Mitos Suara Deru Langkah Kuda Saat Malam di Situs Pringgoloyo, Sudah Ada Sejak Zaman Megalitikum

Situs Pringgoloyo berada di Dusun Sukorejo RT 01 RW 09, Desa Sukorejo, Kecamatan Wedi, Klaten. Masyarakat sekitar mengkeramatkan situs tersebut

Tribunsolo.com/Ibnu Dwi Tamtomo
Situs Pringgoloyo atau Pringgolayan yang dikeramatkan warga Desa Sukorejo, Kecamatan Wedi, Klaten 

Sementara itu, Kepala Desa Sukorejo Suryono mengaku tak mengetahui Situs Pringgoloyo merupakan ODCB. Sebab tidak ada dokumen atau catatan sejarah di kantornya mengenai tempat tersebut. 

"Yang kita tahu ini hanya pekarangan biasa, karena tidak ada catatan sejarah tentang tempat tersebut," ujar Suryono.

Baca juga: Kisah Teguh Pesepeda Asal Klaten : Pamit Istri Jelajah Indonesia, Hembuskan Napas saat Menuju ke IKN

Baca juga: Kisah Guru Honorer Klaten Jadi PPPK : Terharu Tak Bisa Berkata-kata, Gajinya Dulu Rp 100 Per Bulan

Kini, usai dirinya mengetahui sejarah dan pentingnya tempat tersebut, pihaknya berjanji akan merawat tempat tersebut. 

"Nantinya kita akan ikut merawat, syukur nanti kalau dari Pemerintah ada yang kesini agar bisa didaftarkan menjadi situs cagar budaya," tambahnya.

Humas Komunitas Pemerhati Cagar Budaya (KPBC) Klaten, Hari Wahyudi mengatakan pernah dilakukan penelitian terkait Situs Pringgoloyo dan laporannya diterbitkan pada tahun 1885. 

"Pernah diteliti, benda yang diduga cagar budaya yang berasal dari masa pra sejarah yakni situs megalitik yang lebih dikenal dengan situs Pringgolayan," kata Hari. 

Hari menjelaskan jika zaman megalitikum dikenal sebagai zaman batu besar.

Secara etimologis kata megalitikum sendiri berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang berarti batu.  

Ciri utama dari zaman prasejarah ini ialah dimana manusia dapat menciptakan bangunan-bangunan besar yang berbahan dasar batu.

Manusia pada zaman itu juga masih belum mengenal huruf atau pra-aksara, serta mulai mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme (memuja roh nenek moyang). Namun mereka sudah pandai dalam membuat simbol-simbol.

"Kalau dari kajian arkeologi, pola berbentuk setengah lingkaran dari batu-batu yang dikumpulkan adalah simbol kematian. Dapat diartikan juga sebagai kuburan zaman pra sejarah," ungkapnya. 

Dikatakan Hari, ada perbedaan dengan data yang dia baca. Diantaranya adalah jumlah batu yang ada dan lokasi tempat batu tersebut. Seharusnya batu tersebut membentuk pola oval, namun itu tidak nampak di lapangan. 

"Dibandingkan dengan foto hasil penelitian dahulu (1885), jumlah batu yang terlihat juga kurang dari 7 dengan sedangkan bentuk sudah tidak seperri lingkaran lagi (oval)," ungkapnya. 

"Perubahan ini membuat sulit untuk mendeskripsikan apakah situs ini termasuk megalitik atau tidak," tegasnya.

Hari pun menegaskan, perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap situs tersebut untuk mendapatkan kepastian data.  Namun keinginan itu terhalang pemilik tanah yang tidak mengizinkan adanya penelitian lebih dalam. 

Baca juga: Warga 5 Desa di Klaten Banjir Uang,Diguyur Rp 6,4 Miliar untuk Tanah Mereka yang Kena Tol Solo-Jogja

Baca juga: Mesin Cuci Bawa Petaka saat Ditinggal Pergi, Bikin Rumah Warga di Polanharjo Klaten Hangus Terbakar

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved