Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Wonogiri Terbaru

Kisah Kampung Jagal di Wonogiri : Mayoritas Warga Bisa Sembelih Sapi, 20 Ekor Bisa Ditangani 6 Orang

Wonogiri tak hanya dikenal jadi kota gaplek, kampung bakso hingga perantau, tetapi ada sebutan lain yang khas yakni kampung jagal sapi.

Penulis: Erlangga Bima Sakti | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Erlangga Bima
Inilah Dusun Mandeyan, Desa Pucanganom, Kecamatan Giritontro, Kabupaten Wonogiri yang dikenal sebagai kampung para jagal, karena mayoritas warga bisa menyembelih dan menangani sapi. 

Para generasi muda mendapatkan keahlian itu secara otodidak.

"Awalnya hanya ikut orang tua kemudian diajari cara menjagal, lama kelamaan pintar menjagal dan mengolah hasil sembelihan," aku dia.

Sukino menyebut, saking terkenalnya keampuhan menyembelih, jagal-jagal dari Dusun Mandeyan sering dipanggil keluar daerah untuk menjagal sapi kurban.

Tak hanya diminta sampai ke Solo, tapi permintaan juga datang dari Jakarta.

Baca juga: Mobil Mendadak Berhenti Bikin Kaget Warga Pracimantoro Wonogiri, Ternyata Sopir Sudah Tak Bernyawa  

Baca juga: Kuliner Legendaris Wonogiri: Opor Ayam Kampung Bu Rumi, Daging & Sayur Khas Giriwoyo Bikin Ketagihan

Sukino mengaku, menjadi salah satu saksi kejayaan jagal sapi di Mandeyan pada masa itu.

Sebab ia ikut menyembelih sapi di salah satu pemilik jagalan sapi.

Saat itu ia bersama tim berjumlah 6 orang pernah memotong hewan sebanyak 20 ekor pada malam Idul Fitri.

"Biasanya dalam satu tim ada enam orang, kadang juga satu ekor sapi digarap 2 atau 3 orang," aku dia.

"Saya pernah garap tiga ekor sapi sendiri (rata-rata bisa segitu)," jelasnya.

Sebagai mantan penjagal, dia mengetahui biaya jagal sapi mulai pemotongan hingga bersih.

Serta daging sudah dipotong-potong sebesar Rp 400.000 sampai dengan Rp 500.000.

Menurutnya, tidak ada alat khusus yang digunakan warga.

Pisau yang digunakan untuk menjagal hanya beli dari pasar yang berkualitas bagus.

Baca juga: Viral di Twitter: Warga Wonogiri Hilang Sejak April Lalu, Keluarga Dimintai Tebusan Rp 40 Juta

Dikatakan Sukino dusun ini sempat memasuki masa kejayaan warga yang berjualan daging sapi hasil menyembelih sendiri.

Itu sekitar tahun 1990-2010.

"Kalau sekarang hanya tinggal empat tempat yang menjual daging sapi. Itu sudah generasi kedua atau anak-anak keturunannya," ungkapnya.

"Kalau yang sesepuh atau pendirinya sudah tidak ada. Sekarang juga ada yang menyambi motong ayam juga," pungkas Sukino. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved