Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo Terbaru

Kebo Bule Kiai Slamet Tak Jadi Berkurang : Kemarin Mati 1 Ekor Akibat PMK, Hari Ini Lahir 1 Ekor

Kemarin kebo bule Nyi Apon mati karena terpapar PMK, kini kebo Nyai Jumintan melahirkan dengan anakan yang sehat.

Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Istimewa
Kebo bule bernama Nyai Juminten melahirkan di kandangnya di Alun-alun Selatan Keraton Solo, Sabtu (23/7/2022). Di mana lahirnya anakan kebo itu menghadirkan kabar gembira di tengah kesedihan karena kebo lain Nyi Apon mati kemarin. 

Kebo Nyai Juminten sendiri sudah berusia 10 tahun, dan sudah melahirkan sebanyak 5 kali.

Dilarang untuk Kirab Satu Suro

Sebanyak 7 ekor kebo bule keturunan Kiai Slamet milik Keraton Solo terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Ketua Pengelola Alun-alun Selatan, GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani, mengatakan hal tersebut membuat kebo bule itu tak memungkinkan mengikuti kirab malam satu suro yang jatuh pada Jumat (29/7) mendatang.

Sebab, masa pemulihan kerbau usai terpapar PMK membutuhkan waktu 2-4 minggu.

Sementara sejumlah kerbau masih terpapar PMK.

Baca juga: Kebo Bule Milik Keraton Solo Mati Terpapar PMK Diduga Lewat Manusia, Begini Penjelasan Dinas

"Kelihatannya tidak memungkinkan untuk keluar, khawatirnya akan timbul penyakit baru. Kami fokus ke pemulihan," katanya, kepada TribunSolo.com, Sabtu (23/7/2022).

Dia mengatakan, ada sekitar 18 kerbau keturunan Kyai Slamet yang dipelihara Keraton Kasunanan Surakarta.

Namun 7 kerbau inti, masih terpapar PMK, dan menjalani masa karantina di kandang khusus.

Sementara 1 kebo bule meninggal karena terpapar PMK.

"Yang sakit yang kebo inti, yang belum inti saja sudah ada yang terindikasi. Yang dua sehat," ujarnya.

"Sedangkan kirab itu pakai kebo inti, yang lain belum bisa dan belum pernah ikut kirab," tambahnya.

Hal ini juga berimbas pada larangan masyarakat untuk memberikan makan kepada kebo bule yang ada di Alun-alun Kidul.

Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta, GKR Wandansari atau yang akrab disapa Gusti Moeng, juga tidak mengizinkan kebo bule mengikuti kirab malam satu suro mendatang.

"Yang diserang itu kan mulut untuk makan, dan kuku untuk jalan. Dia kan biasa jalan di tanah, yang lebih lunak, kalau dipaksa jalan di aspal, apakah tahan? Apakah aman? Kalau terjadi sesuatu di jalan, siapa yang tanggungjawab," kata Gusti Moeng.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved