Berita Nasional
Mendag Zulkifli Hasan Sebut Harga Telur Ayam Naik Tak Seberapa, di Merauke Tembus Rp 54 Ribu Per Kg
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, kota/kabupaten dengan harga telur paling mahal sebagai berikut.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Pertama ada di Kota Medan yang dibanderol Rp 26.100 per kilogram.
Meski demikian, harga tersebut naik yang semula hanya dibanderol Rp 25.650 per kilogram periode 18 Agustus 2022.
Lalu disusul dengan Kota Jambi yang harga telur ayamnya dibanderol Rp 25.450 per kilogram.
Angka ini naik yang sebelumnya bertengger Rp 25.150 per kilogram.
Lantas, di Riau harga telur ayamnya dibanderol Rp 28.400 per kilogram.

Respons Mendag Zulkifli Hasan
Terkait naiknya harga telur yang kini sudah tembus Rp 32.000 per kilogram, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sempat angkat bicara.
Zulkifli menilai, kenaikan harga telur saat ini belum seberapa dan meminta masyarakat tidak meributkan hal tersebut.
"Oh itu (harga telur ayam naik) enggak seberapa kok. Jangan diributkan yah," ujar Zulkifli di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, yang dikutip dari Kompas.com, Selasa (23/8/2022).
Menyikapi hal tersebut, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyayangkan pernyataan Zulkifli yang lebih mendorong tidak meributkan kenaikan harga telur, dibanding berupaya menurunkan harga.
Baca juga: Jokowi Sentil Mendag Zulkifli Hasan yang Kampanyekan Anak saat Bagi Minyak Goreng : Saya Minta Fokus
"Persoalan telur ini sudah terjadi sejak beberapa minggu terakhir dari Rp 27.000 per kg, menuju Rp 29.000 kg, ke Rp 30.000 kg, bahkan sekarang sampai ke Rp 32.000 per kg," kata Ketua DPP Ikappi Abdullah Mansuri.
Menurutnya,harga telur ayam saat ini tertinggi dalam sejarah 5 tahun terakhir dan seharusnya persoalan di lapangan seperti pangan, petelur, distribusi menjadi masalah yang fokus diselesaikan Kementerian Perdagangan, bukan lari dari persoalan.

"Ikappi meminta kepada Kementerian Perdagangan untuk melakukan upaya-upaya lanjutan tidak hanya berstatement yang justru akan membuat kegaduhan," ujarnya.
Ia meminta, Kemendag mengumpulkan peternak-peternak besar atau petelur-petelur besar dalam rangka mencari solusi, dan langkah apa yang harus di lakukan ke depan bukan justru menyampaikan bahwa supply berlebih dan tidak perlu diributkan.
"Ribut ini karena ada jeritan dari emak-emak yang terus mengalir kepada kami, sehingga kami mau tidak mau harus mendorong agar pemerintah mencarikan solusi," katanya.
"Telur adalah komoditas yang cukup besar permintaannya, jika tinggi harganya maka jadi masalah,"
"Kami harapkan bisa menyelesaikan persoalan telur dalam waktu sesingkat-singkatnya," sambungnya. (*)