Prahara di Tubuh PPP
Tanggapan DPC PPP Wonogiri Soal Suharso Monoarfa Dicopot dari Ketum: Kami Menunggu Instruksi Pusat
DPC PPP Wonogiri belum bisa banyak berkomentar soal diberhentikannya Suharso Monoarfa. Mereka mengaku masih menunggu instruksi DPW.
Penulis: Erlangga Bima Sakti | Editor: Ryantono Puji Santoso
Keputusan tersebut diambil ditengarai karena langkah-langkah Suharso Monoarfa yang kerap menjadi sorotan dan membuat kegaduhan, yang dirasakan hingga tingkat bawah.
"Karena memang dari arus bawah terasa sekali mengenai langkah-langkah beliau yang banyak disorot belum membawa marwah PPP yang diinginkan dari umat Islam pada umumnya," jelasnya.
Baca juga: Respon Ketua DPC PPP Karanganyar, Tahu Suharso Monoarfa Dicopot dari Jabatan Ketua Umum PPP
Baca juga: Begini Efek Pencopotan Suharso Kata Pengamat UNS : Picu Dualisme hingga Bisa Menggerus Suara PPP
Selain membuat kegaduhan, Nurlia menuji sosok Suharso Monoarfa yang dinilai mampu membuat gerakan perubahan birokrasi.
Sehingga PPP bisa menyesuaikan diri dengan kondisi di era kemajuan zaman yang sangat pesat ini.
"Namun pada gerakan perubahan birokrasi yang dilakukan oleh Bapak Suharso Monoarfa menjadi lebih baik," aku dia.
"Dia bisa memposisikan PPP pada di zamannya itu patut dihargai diacungi jempol," pungkasnya.
Efek Pencopotan Suharso
Internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 'memanas' setelah Suharso Monoarfa diberhentikan sebagai ketua umum partai.
Suharso diberhentikan oleh para Majelis dan Mahkamah PPP dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) bertema 'Konsolidasi dan Sukses Pemilu 2024" di Banten.
Selain itu, Muhammad Mardiono kemudian ditunjuk sebagai Plt Ketua Umum PPP menggantikan Suharso.
Lantas prahara di tubuh partai berlambang Ka'bah akankah mempengaruhinya jelang 2024?
Menurut Pengamat Politik dan sekaligus Pakar Hukum Tata Negara UNS, Agus Riwanto, pemberhentian Suharso lebih baik disesuaikan dengan mekanisme yang ada dalam AD/ART PPP.
"Perlu dijelaskan secara organisatoris, bahwa Suharso salahnya apa, melanggar ketentuan apa dan pasal apa yang ada di AD/ART partai," kata Agus kepada TribunSolo.com, Senin (5/9/2022).
Bila sesuai dengan AD/ART partai, itu setidaknya bisa menekan gejolak internal PPP dan tidak menciptakan dualisme.
Terlebih, bukan tidak mungkin, pengikut Suharso yang ada di dalam PPP dibuat kecewa dengan keputusan pemberhentian itu.