Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Karanganyar Terbaru

Kesetaraan Gender di Indonesia Masih Rendah, Dekan FISIP UNS: Butuh Ratusan Tahun Capai Secara Alami

Kesetaraan gender di Indonesia dinilai baru akan tercapai secara alami dalam waktu ratusan tahun lagi. Hal ini diungkap Dekan FISIP UNS

TribunSolo.com/Mardon Widiyanto
Kegiatan sosialisasi kebijakan pengarusutamaan gender (PUG) termasuk perencanaan penganggaran responsif gender (PPRG) Kabupaten Karanganyar di ruang Podang, Kantor Setda Kabupaten Karanganyar, Selasa (6/9/2022). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto

TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Pencapaian kesetaraan gender di Indonesia dinilai masih rendah.

Bahkan, setidaknya Indonesia membutuhkan ratusan tahun lagi agar mencapai kesetaraan gender secara alami.

Dekan Fisip UNS Ismi Dwi Astuti Nurhaeni mengatakan dalam mempercepat kesetaraan gender dibutuhkan program akselerasi pengarusutamaan gender (PUG) dalam berbagai sektor.

"Kalau enggak ada kegiatan strategis, tutup gab kesenjangan gender baru bisa tercapai 135 tahun lagi," kata Ismi, kepada TribunSolo.com saat sosialisasi kebijakan pelaksanaan PUG dan perencanaan penganggaran responsif gender (PPRG), Podang 1 Kantor Bupati Karanganyar, Selasa (6/9/2022).

Baca juga: Samsat Jateng Buka Pemutihan, Angin Segar Bagi Ratusan Ribu Kendaraan Karanganyar yang Masih Nunggak

Baca juga: 5 Program Gibran-Teguh Soal Kepemudaan, Dari Penguatan Ideologi Hingga Peningkatan Kesetaraan Gender

Ismi mengatakan pemerintah sudah memasang regulasi terkait pemberdayaan perempuan.

Meskipun begitu, namun pada faktanya jurang pemisah masih terasa dan terlihat. 

"Misalnya pencapaian level pendidikan, status kesehatan dan keikutsertaan di kancah politik, saya meragukan kepentingan perempuan berpolitik yang dilindungi UU dirasakan sama oleh masyarakat," ucap Ismi.

Dia menyebutkan di dalam parpol diberikan ruang atau kesempatan perempuan untuk berpolitik dan berani maju. 

Meskipun begitu, secara politik hal tersebut juga diinginkan oleh kelompok perempuan.

"Regulasi juga ada, namun apakah itu benar-benar diinginkan? Ini yang selalu jadi problem," ungkap Ismi.

Baca juga: Fakta Baru Mahasiswa Ngaku Non-biner saat Ditanya Gender, Kini Orang Tua Datangi Kampus

Baca juga: Kunjungan Yayasan SPEK-HAM Solo ke Kantor TribunSolo.com, Bahas Isu Keberagaman Gender & Seksualitas

Kemudian, Ismi mengatakan PUG dan PPRG sangatlah penting diterapkan demi mempercepat kesetaraan gender.

Dia meminta seluruh pemegang kebijakan menyepakati upaya tersebut. 

Ia menyontohkan dalam pembangunan gedung layanan publik ataupun perkantoran bersumber uang negara, sebaiknya merancang sesuai kebutuhan semua pengguna. 

Seperti adanya ruang menyusui, akses disabilitas, dan pendampingan bagi pekerja berkebutuhan khusus. 

"Perlu analisa gender, perspektif dan kepentingan perempuan dalam rancangan kegiatan," pungkas Ismi.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved