Berita Boyolali Terbaru
Uniknya Tradisi Lampetan : Cara Warga Jaga Umbul Tlatar Boyolali, Sembelih Bebek Putih di Dalam Air
Tradisi unik dilakukan warga sebagai bentuk syukur atas melimpahnya air yang muncul di Umbul Tlatar Boyolali yakni menyembelih bebek putih
Penulis: Tri Widodo | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
"Dulu pas ada alat berat meratakan lahan, batu itu mau di pecah. Tapi saya larang," jelasnya.
"Tidak karena apa-apa. Tapi batin saya kok ingin melestarikan atau menjaga batu itu. Kalau bisa diberi pagar," terang dia.
Misteri Alas Krendowahono
Kabupaten Karanganyar memiliki tempat peninggalan situs-situs yang bersejarah.
Bahkan, ada situs yang merupakan sebuah hutan dan berada di tengah padatnya pemukiman saat ini.
Situs yang dimaksud adalah Alas Krendowahono.
Lokasi tepatnya ada di wilayah RT 03, RW 3, Dusun Krendowahono, Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Baca juga: Kisah Pembatik Tulis Asal Desa Dayu Karanganyar: Harus Turun Gunung untuk Promosi, Akses Terbatas
Baca juga: Perempuan Asal Karanganyar Punya Nama Unik 9 Kata, Ini Penggalan Namanya: Singgasana Pelangi Jelita
Alas ini diketahui merupakan sebuah hutan yang sampai sekarang masih terkenal dengan kesan angkernya.
Juru kunci Alas Krendowahono, Darsono (76) mengatakan lokasi itu merupakan sebuah situs petilasan yang terdiri dari 5 kawasan.
"Sebenarnya di sini ada 5 lokasi, namun dua lokasi ini sekarang sudah mati. Yang mati Sendang Keputren dan Ringin Putih, sedangkan yang lain Betari Durga, Sumur Shina dan Watu Gilang," kata Darsono, kepada TribunSolo.com, Rabu (20/7/2022).
Darsono mengatakan lokasi Betari Durga saat ini digunakan tamu-tamu untuk bersembanyang atau beribadah.
Lokasi tersebut banyak dihiasi kembang setaman hingga dupa persembahan.
"Biasanya mereka meminta doa restu ke maha kuasa, baik jabatan maupun jodoh," kata Darsono.
Betari Durga sendiri disebut Darsono merupakan putra raja Kediri terakhir, yang diketahui melakukan moksa di lokasi tersebut.
"Lokasi ini dulu tempat moksanya putra raja Kediri kala itu, kemudian di sini dipakai untuk membuang mayat dari seorang napi kerajaan yang dieksekusi mati," ujar Darsono.