Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo Terbaru

Mirip Haji Endang, Kini Bagong Sang Pembuat Jembatan Sesek di Solo Gembira, Sehari Untung Rp 5 Juta

Kisah Sugiono alias Bagong mirip dengan jalan cerita Haji Endang di Karawang yang viral karena membuat jembatan di atas sungai.

Penulis: Tara Wahyu Nor Vitriani | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Mardon Widiyanto-Tara
Antrean kendaraan yang akan melewati jembatan sesek yang menghubungkan Desa Gadingan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, dengan Kampung Beton, Kelurahan Kampung Sewu, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Senin (26/9/2022). Pembuatnya adalah Bagong yang kini banjir uang. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tara Wahyu NV

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Masih ingatkah dengan Muhammad Endang Juanedi yang jadi jutawan karena jembatan perahu ponton di Karawang, Jawa Barat?

Ya, sosok yang akrab dikenal dengan Haji Endang itu bisa menghasilkan puluhan juta rupiah dari jembatan perahu itu.

Kini kisah serupa menimpa Sugiono alias Bagong.

Pria 78 tahun asal Dukuh Jetis, Desa Gadingan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo itu adalah sosok pembuat jembatan sesek di atas Bengawan Solo.

Kini, setelah Jembatan Mojo penghubung Kota Solo dengan Kabupaten Sukoharjo ditutup selama dua bulan ini, dirinya bak tertimpa durian runtuh.

Bagaimana tidak, kini ribuan pengendara motor berbondong-bondong lewati jembatan sesek.

Tarifnya bagi pemotor dikenai tarif Rp 2 ribu, sementara berboncengan Rp 3 ribu.

Bagong mengakui jumlah pendapatannya meningkat drastis usai Jembatan Mojo ditutup.

"Kalau pendapatan iya pasti naik," kata Bagong, kepada TribunSolo.com, Selasa (27/9/2022).

Dalam sehari saja, khususnya Senin (26/9/2022) Bagong menyebut bisa membawa pulang pundi-pundi uang sejumlah Rp 5 juta.

"Ya biasanya yang lewat cuma 30 kendaraan, sekarang bisa Rp 5 juta," ungkapnya.

Jika dikalikan selama 60 hari atau dua bulan Jembatan Mojo ditutup, maka angkanya fantastis hingga Rp 300 juta lebih.

Baca juga: Foto-foto Antrean Pemotor di Jembatan Sasak : Imbas Jembatan Mojo Solo Ditutup, Bak Lautan Manusia

Adapun jembatan sesek itu dibuatnya beberapa waktu lalu bukan tanpa biaya.

Bagong harus merogoh kocek sekitar Rp 35 juta untuk menghubungkan dua daerah tersebut.

Selama dipenuhi pengendara, dia mengaku merekrut sebanyak 20 orang orang untuk mengoperasinalkan jembatan itu.

Jam kerja karyawannya mulai pukul 06.00 hingga 18.00 WIB.

"10 orang di barat dan 10 orang di timur. Biasanya bayarnya Rp 100 ribu/hari," jelasnya.

Selain itu, Bagong juga setiap harinya menyiapkan uang sebesar Rp 1 juta untuk keperluan yang dibutuhkan sewaktu-waktu.

"Biasanya sehari saya nyiapin satu juta, buat apa saja keperluan sehari-hari," ungkapnya.

Salah satunya adalah untuk membuat sesek baru untuk mengganti sesek yang telah rusak.

Baca juga: Potret Lautan Manusia Serbu Jembatan Sasak : Imbas Jembatan Mojo Solo Ditutup, Rela Bayar Rp 2 Ribu

Menurutnya, sesek dari bambu itu setiap harinya pasti ada yang mengalami kerusakan.

"Kalau ada yang bolong, patah kita ganti yang baru, pasti ada yang diganti karena seseknya hanya bisa bertahan dua hari," jelasnya.

Diserbu Ribuan Pengendara

Jembatan sesek dari bambu di atas Bengawan Solo diserbu ribuan pengendara, Senin (26/9/2022).

Itu terjadi saat hari pertama Jembatan Mojo yang menjadi penghubung Kecamatan Jebres, Kota Solo dengan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo ditutup karena perbaikan.

Kini, ribuan pengendara yang biasanya melintas Jembatan Mojo, kini beralih ke jembatan alternatif dari bambu tersebut meski membayar Rp 2.000.

Pembuatnya adalah Sugiyono alias Bagong, warga Dukuh Jetis, Desa Gadingan, Mojolaban.

Jarak jembatan sesek dengan Jembatan Mojo hanya puluhan meter.

Bahkan jembatan sesek itu satu-satunya sarana yang bisa dilewati karena Jembatan Mojo ditutup.

Bahkan tak hanya imbas penutupan Jembatan Mojo, tetapi sebelumnya ada Jembatan Jurug B juga ditutup karena perbaikan.

Maklum, pengendara lebih memilih jembatan sesek karena jika lewat jalur lain, lebih jauh.

Ppantauan TribunSolo.com, antrean kendaraan dari arah Solo meupaun Sukoharjo sama panjangnya bak lautan manusia.

Para Linmas juga sudah bersiaga di dua lokasi tersebut karena antrean mencapai ribuan orang.

Baca juga: Kekhawatiran Pedagang Sekitar Jembatan Mojo Terdampak Penutupan: Prediksi Jualan Sepi 8 Minggu

Baca juga: Emak-emak Boyolali Jangan Kaget Jika Ukuran Tempe Makin Menciut : Kedelai Mahal,Tembus Rp 13 Ribu/Kg

Bahkan, juga ada petugas yang menyeberangkan jika pengendaraan tidak berani melewati jembatan sesek itu.

Untuk antrean kendaraan dari arah Solo sendiri memanjang hingga pintu Ari Demangan baru.

Warga, yakni Budi yang hendak pulang ke rumah di Desa Sapen, Mojolaban mengaku harus bersabar.

Padahal biasanya dirinya mewati Jembatan Mojo.

"Ini baru pertama kali lewat jembatan ini, biasanya lewat jembatan Mojo," katanya.

Dirinya mengaku lebih dari 30 menit menunggu untuk bisa melewati jembatan sesek.

"Biasanya jam 16.30 WIB sudah di rumah, ini masih di jalan," ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ima warga Bekonang, Sukoharjo yang bekerja di Kota Solo.

Ima mengaku baru kali ini melintasi jembatan sesek.

Dia pun rela membayar Rp 2 ribu demi bisa lewat.

Ia biasanya melintasi Jembatan Mojo untuk akses perjalanan pulang pergi.

"Biasanya lewat Mojo, ini baru pertama kali," ujarnya.

Dirinya mengaku takut melintasi jembatan yang terbuat dari bambu saja.

Namun, ia tak mempunyai pilihan lain jika ingin cepat pulang ke rumah.

"Takut ya ada, besok melewati sini lagi atau tidak ya belum tahu," ungkapnya.

"Kalau mau muter harus lewat Telukan, jalannya jadi sangat jauh," lanjutnya.

Jembatan Ditutup Dua Bulan

Mulai besok Senin 26 September 2022, Jembatan Mojo di atas Bengawan Solo akan ditutup total hingga 30 November 2022.

Penutupan dalam rangka perbaikan menyeluruh jembatan tersebut.

Jembatan ini merupakan akses utama warga dari Kota Solo dengan Kabupaten Sukoharjo hingga ke Karanganyar dan Wonogiri.

Lantas bagaimana agar menghindari kemacetan?

Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Solo, Ari Wibowo menjelaskan, dempak penutupan dipastika beberapa persimpangan rawan macet.

Mulai lampu merah Gading, Gemblegan dan Dawung.

"Kami akan siagakan 20 petugas di persimpangan tersebut," jelasnya kepada TribunSolo.com, Minggu (25/9/2022).

Ia tidak memungkiri pengalihan arus lalu lintas akan berdampak pada kapasitas jalan yang berlebih.

"Beban akan bertambah, jadi traffic light pengendali kami hidupkan lama agar tidak terjadi kemacetan," terangnya.

Sementara kata dia, kendaraan dari arah Solo ke Sukoharjo atau Karanganyar dialihkan melalui Jembatan Bacem.

Mereka bisa melintas melalui Jalan Ciu menuju ke wilayah Bekonang.

"Di wilayah Surakarta peralihan mayoritas ke Selatan," jelasnya.

Sedangkan pengalihan arus kendaraan yang berjalan dari arah Sukoharjo atau Karanganyar yang akan ke Solo dialihkan melalui Simpang Pasar Nongko (Pasar Bekonang ke selatan).

Dari sana, kendaraan bisa menuju ke wilayah Telukan melalui Jalan Ciu yang kemudian menyeberangi Jembatan Bacem. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved