Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Boyolali Terbaru

Makam Tua di Bawah Pohon Besar di Mliwis Boyolali : Diyakini Makam Ibunda Bupati Pertama Blora

Ada makam yang disebut berusia ratusan tahun di Kompleks Pemakaman Umum Desa Mliwis, Boyolali. Makam tua itu berada di bawah pohon besar

TribunSolo.com/Tri Widodo
Ali Sadhali selaku Juri Kunci makam Slogohimo, Desa Mliwis, Kecamatan Cepogo, Boyolali sedang membersihkan makam Mbah Nyai Blora, Kamis (6/10/2022). Makam Mbah Nyai Blora diyakini adalah ibunda dari Bupati pertama Blora. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI -  Makam tua yang ada di bawah pohon besar di dalam kompleks pemakaman umum Dukuh Slogohimo, Desa Mliwis, Kecamatan Cepogo, Boyolali, bukanlah makam biasa.

Makam tersebut diyakini sebagai makam Nyai  Blora, atau isteri dari Kyai Blora.

Kyai Blora sendiri diyakni sebagai cikal bakal nama kabupaten Blora.

Bahkan dari cerita-cerita yang sudah termasyhur, jika Bupati pertama Blora dilahirkan dari rahim Nyai Blora.

Pengurus makam tersebut, Ali Sadhali, mengisahkan makam tua tersebut sudah ada puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu.

Baca juga: Fakta Penggalian Situs Gumuk Tlawong di Boyolali : Izinnya FGD, Nyatanya Lakukan Penggalian

Baca juga: Kisah Sukses Pria di Boyolali : Resign dari Konter, Kini Bisnis Ikan Channa, Sebulan Raup Rp 50 Juta

Hanya saja, para orang tua dulu tidak mengetahui jasad siapa yang dimakamkan di sana.

Makam itu memang unik lantaran penutup makamnya terbuat dari papan kayu.

"Kemudian para orang tua melakukan riyadhoh (usaha batin) untuk mengetahui sosok yang ada di makam tersebut," kata Ali, saat berbincang dengan TribunSolo.com, Kamis (6/10/2022).

Hingga akhirnya ada salah satu sesepuh dukuh ini yang bernama Mbah Damsiri yang mendapatkan penglihatan.

Kala itu, dia hendak ke ladang, tapi dirinya malah bertemu dengan seseorang yang berbaju putih keluar dari makam.

Orang yang tampan dan bersih itu kemudian berdialog dengan sesepuh dukuh dan menjelaskan asal usulnya.

"Aku Abdurohim, omahku Blora. Kalau mau kesana, dibelakang madrasah," cerita Ali menirukan kisah yang didengarnya.

Mbah Damsiri awalnya belum sadar jika yang barusan bertemu dengannya bukanlah orang biasa.

Baca juga: Agenda Sholawatan Rangka Maulid Nabi SAW di Boyolali : Malam Minggu Besok, Dipandu Habib Ali Zaenal

Baca juga: Tradisi Unik di Boyolali : Kenduri Udan Dawet, Tujuannya Memohon Kepada Tuhan Agar Turun Hujan

Dia baru tersadar setelah sampai di ladang.

Lantas, Mbah Damsiri bersama beberapa sesepuh lain pun kemudian pergi ke Blora untuk memastikan makam tersebut.

"Alhamdulillah ketemu. Ternyata Mbah Abdurohim itu tidak ada yang lain. Yang di sekitar Alun-alun Blora yang Mbah Abdurohim itu. Setelah ditanyakan kepada sesepuh disana, tenyata makam tersebut merupakan makam isterinya," jelasnya.

Setelah mendapat kepastian itu, warga kemudian membangun makam tersebut agar lebih terawat.

Begitu juga dengan makan Mbah Abdurohim yang kemudian dikenal sebagai Sunan Pojok itu juga belum dibangun seperti sekarang ini.

Baru setelah beberapa rombongan para sesepuh ini datang ke sana, makam tersebut kemudian dibangun.

"Konon yang membangun makam Sunan Pojok ini orangnya sukses semua. Semua yang diberikan untuk makam itu semuanya. Itu tak lepas dari karomah Mbah kyai Abdurohim atau yang dikenal sebagai Sunan Pojok," tambahnya.

Baca juga: Asal-usul Nama Desa Tlawong di Boyolali : Banyak Yoni, Berawal dari Batu Penanda Menuju Prambanan

Baca juga: Mitos Ular Raksasa Penjaga Situs Gumuk Tlawong Sawit Boyolali, Bila Ditangkap Bisa Celaka

Dia pun berharap ada masyarakat yang mau membantu dalam membangun makam Mbah Nyai Blora ini.

"Secara swadaya masyarakat sudah mulai membangun halaman makam yang ada di sisi timur," jelasnya.

Hanya saja, alat berat yang digunakan untuk meratakan lahan di makam ini sempat mengalami kendala. Saat  beroperasi, tiba-tiba mesinnya mati.

Berulangkali dihidupkan tidak mau nyala. Padahal saat dilakukan pengecekan tidak ada masalah apapun.

"Hampir setengah hari, mesin tidak mau hidup. Diperbaiki juga tidak bisa. Baru setelah dibacakan dzikir, alat bisa kembali beroperasi," pungkasnya. 

Mitos Makam Kukun di Jaten Karanganyar: Kawin Gencet hingga Suara Musik Gamelan

Ada mitos di Tempat Pemakamanan Umum Kukun, Desa Ngringo, Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar.

Mitos yang beredar adalah tentang adanya kawin gencet di lokasi tersebut. 

Slamet Kromo Semito (88) warga sesepuh di Dusun Serut, Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar mengatakan makam Kukun sudah ada lama, bahkan sebelum dirinya lahir.

"Sejarah dari makam Kukun, Kukun itu dulu dari kata sami rukun, dan di sana ada pohon kukun, (TPU) sudah ada sejak dulu, sebelum saya lahir, sebelum 1930," kata Slamet kepada TribunSolo.com, Kamis (29/9/2022).

Slamet mengatakan TPU yang biasa dikenal Makam Kukun merupakan pemakaman umum masyarakat sekitar.

Saat ditanya terkait mitos Kawin Gencet di lokasi tersebut, dia mengaku belum pernah mendengar kebenaran kabar tersebut.

Meskipun begitu, ia mengaku pernah mendengar suara musik gamelan di sebelah selatan makam, seolah-olah terdapat adannya pesta di makam tersebut.

Bahkan dia mengatakan ada warga sekitar yang sakit-sakitan saat mengambil ikan lele yang hidup di saluran irigasi yang memisahkan makam tersebut.

"Di selatan makam terdengar suara gamelan, tapi tidak ada apa-apa, namun ada cerita, ada warga ambil lele di irigasi tersebut, langsung sakit-sakitan," ucap Slamet.

Sementara itu, Winardi (64) warga sekitar mengaku pernah mendengar adanya kabar mitos terkait kawin gencet di TPU Kukun.

Meskipun begitu, dia tak bisa memastikan mitos tersebut benar adanya karena tidak pernah melihat secara langsung mitos tersebut benar terjadi.

"Cerita itu (mitos kawin gencet) pernah saya dengar, namun saya tidak tahu persis kapan, karena saya hanya dapat info tersebut hanya dari mulut ke mulut saja," ucap Winardi.

Meskipun begitu, dia mengaku memiliki pengalaman mistis saat berada di TPU Kukun.

Baca juga: Mitos Keberadaan Makhluk Onggo-inggi di Jembatan Jurug A Solo, Rumor Berhembus dari Para Pemancing

Dia mengatakan peristiwa mistis itu terjadi, saat ia bersama warga akan memakamkan jenazah warga setempat ke makam Kukun.

Saat akan menaruh jenazah ke liang lahat, tiba-tiba terdapat dua ekor ular keluar dari liang lahat tersebut dan saat dicari, tiba-tiba ular tersebut lenyap.

"Waktu saya memakamkan jenazah, itu tidak ada lubang kecil di liang lahat tersebut tiba-tiba 2 ular kecil bentuk warna dan rupanya sama keluar dari sana dan setelah jarak sekitar 3 meter, ularpun menghilang," ungkap Winardi.

Winardi mengatakan selain itu, sekitar tahun 1990an, juga terjadi kejadian mistis di sana.

Kejadian mistis tersebut terjadi karena ada seseorang mengambil batuan Padas mengalami kesurupan saat mengambil batuan padas di sekitar makam Kukun itu.

"Ada yang mengambil batuan Padas untuk urug jalan, seseorang menemukan batu yang bersinar, lalu batu kecil ikut ke ambil, tiba-tiba di sana terjadi kesurupan dan ditangani kiayi setempat, setelah batu itu dikembalikan efek kesurupan hilang," ujar Winardi.

Dia mengatakan nama makam Kukun sendiri merupakan singkatan dari TPU Walikukun.

Ia menuturkan dulunya di sekitar makam merupakan rawa-rawa dengan banyak pohon berdiri.

"Namannya aslinya TPU Walikukun, namun orang-orang di sini suka mempersingkat menjadi TPU Kukun, dulu rawa-rawa banyak pohon-pohon, kemudian masyarakat dan relawan mulai dibenahi sekitar 2017 (5 tahun lalu)," ungkap Winardi.

"TPU ini, sudah sudah lama ada sebelum saya lahir, tempat paling keramat yang paling ujung, saya sering melewati tpu tersebut, saya pernah mendengar suara musik rebananan di sana," imbuh Winardi.

Supriyatno, Kadus Silamat, mengatakan makam Kukun itu berada di wilayah Dukuh Serut, meliputi Dusun Silamat dan Dusun Plosokerep, Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.

Supriyanto mengatakan makam tersebut memilki luar 6 meter persegi di atas tanah kas Desa Ngringo.

"Pemakaman ini untuk warga kebayanan Silamat dan Plosokerep," ucap Supriyatno.

"Menurut cerita dari masyarakat kami, disini ada pohon kukun di kawasan makam," imbuh Supriyatno.

Supriyatno mengatakan dulunya makam Kukun gelap gulita.

Bahkan, masyarakat yang melintasi di TPU Kukun membunyikan klaksonnya.

"Suasana sebelum dipasang lampu, gelap gulita, dulu saat warga melintasi TPU ini memencet klakson, kemudian mulai 6 tahun lalu, kita mulai berdoa bersama di makam  Kukun menjelang Ramadan mendoakan arwah di sana,"ungkap Supriyatno.

Saat ditanya soal mitos kawin gencet di makam itu, dia mengaku pernah mendengar kabar tersebut.

Meskipun begitu, ia belum bisa memastikan kebenaran kabar tersebut karena hingga saat ini, belum mendapatkan kabar tersebut.

"Terkait mitos Kawin Gencet, saya pernah dengar, namun faktanya saya belum pernah melihat, hanya sebatas perbincangan warga ke warga," ujar Supriyatno. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved