Berita Solo Terbaru
Ciptakan Dua Motif Batik, Profesor UNS Angkat Gunung Kemukus di Sragen yang Punya Sejarah Panjang
Profesor Ekonomi Pembangunan UNS, Prof Izza Mafruhah menciptakan dua motif batik.
Penulis: Eka Fitriani | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Eka Fitriani
TRIBUNSOLO.COM, SOLO – Motif batik yang dibuat ada filosofinya.
Seperti yang diciptakan oleh Profesor Ekonomi Pembangunan UNS, Prof Izza Mafruhah.
Dua mencipatkan dua motif batik bernama Bimantara dan Abhipraya.
Prof Izza Mafruhah mengatakan, kedua motif batik didesain khusus dengan mengangkat kekayaan alam Kabupaten Sragen.
Pembuatan batik ini merupakah salah satu agenda dari pelaksanaan Matching Fund Kerja Sama Dunia Usaha dan Kreasi Reka (Kedaireka).
Bahkan dia dan tim dinyatakan lolos pendanaan Kedaireka dengan nilai lebih dari Rp 1 miliar sekaligus menjadi yang tertinggi di UNS.
“Kalau Kedaireka ini agak lebih luwes ya. Batik itu hanya salah satu. Kedaireka kita mempunyai beberapa aktivitas, yang pertama ada pelatihan,” katanya kepada TribunSolo.com, Rabu (1/11/2022)
“Kemarin termasuk pelatihan bagaimana achievment motivation, business model canvas , digital marketing."
"Mereka kami ajari hal-hal simpel seperti Canva agar mereka bisa membuat marketing secara digital,” ujarnya.
Baca juga: Pemkab Klaten Targetkan Beras Srinuk Tembus Pasar Nasional, Bupati Klaten Gencar Lakukan Promosi
Baca juga: Grup Riset D-3 Teknik Mesin UNS Ciptakan Alat Serut Bambu untuk Produksi Jeruji Bambu Sangkar Burung
Motif batik pertama yang baru saja patenkan bernama Bimantara.
Motif batik tersebut dikhususkan untuk memutihkan legenda yang ada di Gunung Kemukus.
Prof Izza menjelaskan bahwa Gunung Kemukus selama ini mendapat stigma negatif di masyarakat karena ada ritual pesugihan dengan cara-cara tidak senonoh dipraktikkan di sana.
Padahal jika ditilik lebih lanjut, Gunung Kemukus memiliki sejarah panjang tentang penyebaran agama Islam.
“Kemarin tujuan Kedaireka itu salah satunya adalah pemutihan untuk sejarah Pangeran Samudra. Saya sudah pernah bercerita sebelumnya bahwa ada hal-hal yang sifatnya negatif sehingga akan kita putihkan,” katanya.
“Sekarang kan orang suka pakai batik, jadi kami membuat sebuah batik yang mewakili maksud atau tujuan kami. Bimantara itu artinya jiwa yang hebat. Saya ambil dari bahasa Sansekerta,” jelasnya.
Sementara itu, motif batik kedua yakni Abhipraya.
Berbeda dengan motif Bimantara yang hanya berfokus pada legenda yang ada di Gunung Kemukus.
Abhipraya menampung semua kekhasan dari Kabupaten Sragen.
Abhipraya memiliki arti harapan yang sebenarnya bukan asli Gunung Kemukus, namun seluruh wilayah yang ada di Sragen.
“Jadi Gunung Kemukus hanya salah satu yang syarat makna bahwa di sana itu lambang kesuburan, lambang kemakmuran,” katanya.
Gunung Kemukus dilambangkan dengan kesuburan itu padi-padian, ada juga aliran air yang kemudian menuju ke Waduk Kedung Ombo.
“Nah, aliran air ini yang kemudian dinaungi sebagai naungan ekosistem alamnya di sana, sehingga dengan indahnya bunga, kesuburan tanah," aku dia.
"Kemudian penjagaan ekosistem nanti diharapkan bisa memberikan harapan sebagai Sragen yang hebat, Sragen yang berdasarkan heritage, ecology, batik, agriculture, kemudian tourism-nya,” jelasnya.
Saat ini batik dengan motif tersebut sudah banyak dipesan.
Pemesan rata-rata berasal dari luar Sragen.
Meskipun demikian, saat ada pesanan, Prof Izza akan meminta Unit Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Sragen untuk membuatnya sehingga masyarakat Sragen bisa lebih produktif dan berdaya.
Saat ini kedua motif batik tersebut sudah tercatat di Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) milik Prof. Izza dan tim.
Dengan demikian, kedua motif tersebut sudah menjadi kuasa penuh dari pemilik HAKI. (*)