Muktamar Muhammadiyah
Istilah-istilah dalam Muktamar Muhammadiyah : Apa Itu Tanwir dan Muktamar? Berikut Perbedaannya
Namun sebelum mengikuti rangkaian acara Muktamar Muhammadiyah, kenali istilah-istilah di dalamnya. Yakni perbedaan sidang tanwir dan muktamar.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM, SOLO -- Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah bakal digelar mulai tanggal 18 hingga 20 November 2022.
Muktamar Muhammadiyah yang digelar lima tahunan sekali di antaranya akan memilih Ketua Umum PP Muhammadiyah itu, digelar di sejumlah tempat.
Mulai dari Auditorium Moh Djazman Al Kindi UMS, Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS hingga Stadion Manahan Solo.
Baca juga: Lirik Mars Muhammadiyah untuk Semarakkan Muktamar Muhammadiyah 2022 : Sang Surya Tetap Bersinar
Bahkan diperkirakan peserta dan penggembira Muktamar Muhammadiyah yang datang bisa mencapai 3 juta orang.
Namun sebelum mengikuti rangkaian acara Muktamar Muhammadiyah, ada baiknya mengenal istilah-istilah di dalamnya.

Antara lain adalah sidang tanwir dan muktamar.
Mengutip dari situs resmi Muhammadiyah.or.id, Muhammadiyah sudah pernah mengadakan permusyawaratan tertinggi sebanyak 48 kali.
Baca juga: Daftar Tempat Transit Penggembira Muktamar yang Disiapkan PDM Karanganyar : Ada Rumah Warga
Pada tahun 1912-1921, permusyawaratan ini menggunakan bahasa Belanda “Algemene Vergadering”.
Kemudian pernah [pula satu kali menggunakan istilah Belanda yang lain “Jaarvergadering” di tahun 1922.
Perubahan istilah terjadi pada tahun 1922-1946, di mana organisasi tersebut menggunakan istilah “Congres” untuk menunjuk permusyawaratan akbar di Persyarikatan.
Namun, pada 1946-1950, Muhammadiyah tidak sempat melakukan permusyawaratan tertinggi karena bangsa Indonesia sedang sibuk dengan perlawanan terhadap penjajah dan persiapan menuju kemerdekaan.
Hingga kemudian pada tahun 1951 hingga saat ini, Muhammadiyah menggunakan istilah “Muktamar”.
Baca juga: Ini Persiapan Adhiwangsa Hotel & Convention Solo Sambut Muktamar Muhammadiyah & Aisyiyah ke-48
Muktamar, definisinya bisa merujuk sebagai permusyawaratan tertinggi di Muhammadiyah yang diselenggarakan dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat.
Sedangkan, Tanwir muncul dan resmi digunakan pada tahun 1932 saat Muhammadiyah dipimpin oleh KH. Hisyam.
Istilah Tanwir pada suatu kegiatan permusyawaratan, diresmikan dalam Muktamar Muhammadiyah ke-24 di Banjarmasin pada tahun 1935.