Berita Sragen Terbaru
Manfaatkan Lahan Belakang Rumah, Petani Milenial Kedawung Kaget, Panen Anggur Pertama Capai 200 Kg
Petani milenial di Kedawung Sragen menanam anggur di belakang rumahnya. Hasilnya, panen pertama bisa mencapai 200 Kg.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Bertani anggur ternyata bisa mengundang cuan yang cukup menjanjikan.
Seperti yang dilakukan Eko Suwarno (39) seorang petani milenial dari Dukuh Tegalrejo, Desa Mojodoyong, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen.
Eko bercerita baru menanam sebanyak 120 tanaman anggur di lahan seluas 1000 meter persegi pada 7 bulan lalu.
Namun, Eko sudah mampu memanen buah anggur hingga 200 kilogram.
"Panen kemarin mendapat 200 kilogram atau hampir 300 kilogram sejak ditanam 7 bulan dari 120 pohon yang ditanam," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (6/1/2023).
Pria yang memang menekuni bidang pertanian itu, awalnya mencoba menanam 6 tanaman anggur di samping rumah.
Saat itu, ia mencoba menanam dengan menggunakan teknik grafting, yakni menggabungkan tanaman anggur lokal dengan tanaman anggur impor.
Tanaman anggur lokal dijadikan batang bawah karena secara otomatis mudah beradaptasi dengan kondisi tanah lokal.
Kemudian, digabungkan dengan batang anggur impor yang menghasilkan buah anggur dengan rasa yang lebih manis.
"Dari enam pohon itu bisa panen sampai 20 kilogram, lumayan, terus kalau panen cuma sedikit, saya bagi ke teman-teman dan responnya bagus, makanya saya kembangkan," jelasnya.
Setelah itu, Eko memanfaatkan lahan kosong di belakang rumahnya dan disulap menjadi green house.
Di green house itu, ia menanam total 120 batang anggur dengan diberi jarak 2 meter antar tanaman.
Tak hanya satu varietas saja, Eko menanam total 8 varietas anggur, yakni transfigurasi, taldun, julian, jupiter, hingga veles.
Satu tanaman anggur miliknya bisa menghasilkan kurang lebih 3 kilogram buah pada tahap awal, dan diperkirakan akan semakin banyak pada musim panen selanjutnya.
Karena baru panen pertama, Eko menjual anggurnya dengan harga yang cukup murah, meski memiliki rasa lebih enak dibandingkan yang selama ini dibeli di pasar.
Baca juga: Cerita Anak Rubah Mencuri Anggur, Mengandung Pesan Agar Tak Mencuri
"Kebetulan masih saya jual Rp 50.000 untuk memperkenalkan kebun anggur dulu, jualnya cukup di media sosial saja masih kurang-kurang sampai sekarang," katanya.
Memang pada panen pertamanya ini, belum mengembalikan modal awal yang dikeluarkan Eko.
Namun, anggur merupakan tanaman yang berbuah sepanjang tahun, sehingga dengan sekali tanam dan dilakukan perawatan dengan baik, maka tinggal memetik hasilnya saja.
Perawatan pun tidak terlalu susah, yakni dengan melakukan pemangkasan cabang setelah berbuah.
Eko pun juga menggunakan pupuk dan semprot hama alami, selain mudah didapat juga bisa menekan biaya perawatan.
"Untuk membuahkan harus dipruning dulu, setelah dipangkas, baru tumbuh tunas bersamaan dengan bunga, setelah itu berbuah," katanya.
"Jadi kita bisa jadwalkan mau panen bulan apa, bisa fleksibel, fase vegetatif membutuhkan waktu hingga 6 bulan awalnya," tambahnya.
Kini, Eko tengah mempersiapkan green house baru untuk ditanami tanaman anggur dan untuk tempat pembibitan. (*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.