Fakta Menarik Tentang Sragen

Kisah Pertempuran Pasukan Pangeran Mangkubumi dan Mangkunegara di Tugu Desa Tangkil Sragen

Setelah pertempuran selesai dan Pangeran Sambernyawa melarikan diri, Pangeran Mangkubumi memerintahkan Singanegara, abdi dalam

Gmaps Desa Tangkil Sragen
Tangkil, Kec. Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah 57211 

Ringkasan Berita:
  • Pertempuran besar dan kejam antara pasukan Mangkubumi dan Mangkunegara terjadi di kawasan Tugu, Desa Tangkil, Sragen, sebagaimana tercatat dalam Babad Giyanti.
 
  • Pertempuran berlangsung sekitar empat jam dengan ratusan korban tewas, terutama dari pihak Mangkunegara.
 
  • Setelah perang, pasukan Mangkubumi memerintahkan pemenggalan kepala musuh, sementara pasukan Sambernyawa kemudian mengevakuasi jenazah para korban.

 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN – Pertempuran antara pasukan Mangkubumi dan pasukan Mangkunegara pernah pecah di kawasan Tugu, Desa Tangkil, Kecamatan/Kabupaten Sragen.

Ketua Solo Society, Dani Saptoni, mengatakan dari sekian pertempuran yang ada di dalam Babad Giyanti, setelah pecah kongsi antara Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Mangkunegara/Sambernyawa, pertempuran di Tugu tersebut merupakan pertempuran yang besar dan kejam.

"Kalau kita nonton film Viking, kita mengira bahwa sadisme hanya bisa dilakukan orang-orang Eropa. Ternyata orang-orang Jawa tidak kalah sadis," ujar Dani.

Baca juga: Gurihnya Serundeng Lebos yang Kini Sedang Dikembangkan Jadi Oleh-oleh Khas Sragen

Ia menerangkan alasan mengapa kawasan Tugu, yang sekarang berada di wilayah Desa Tangkil, menjadi medan pertempuran.

"Di dalam Babad Giyanti ada beberapa nama yang berkaitan dengan Sukowati. Salah satunya Tugu. Tugu ini tempat pertempuran yang ada di Sukowati. Kenapa Tugu dipakai medan perang? Karena tempatnya landai," kata Dani.

"Jadi ketika pasukan Sambernyawa tahu kalau dikejar pasukan Pangeran Mangkubumi, mereka menyisir tempat, mencari lokasi yang luas dan landai untuk dijadikan medan tempur," tambahnya.

Lanjutnya, perang antara pasukan Mangkubumi dan Mangkunegara di Tugu terjadi mulai pukul 13.00 hingga pukul 17.30.

Dalam kurun waktu yang cukup singkat tersebut, jatuh banyak korban jiwa dan luka-luka.

"Dalam tempo sesingkat-singkatnya itu, korban jatuh kalau tertulis di babad, kalau kita boleh mempercayai babad—dari pihak Mangkunegara ada 300 orang tewas dan 47 luka-luka, dari pihak Mangkubumi ada 6 orang tewas dan 3 luka-luka," terangnya.

Kisah kejam dalam pertempuran kali ini tidak hanya berhenti ketika ratusan korban jiwa berjatuhan.

Baca juga: Teganya Nanang, Pemuda Asal Lampung Kerja di Wonogiri Curi Uang 10 Juta Milik Teman Lewat M-Banking

Melainkan, setelah pertempuran selesai dan Pangeran Sambernyawa melarikan diri, Pangeran Mangkubumi memerintahkan Singanegara, abdi dalem yang bertugas sebagai algojo atau eksekutor.

"Pangeran Mangkubumi memerintahkan kepada Singanegara, perintahnya memenggal kepala semua korban yang jatuh dari pihak musuh. Jadi orangnya sudah meninggal, lalu dimutilasi, kepala dipenggal, ditali, dan disuruh dipasang berderet-deret di pancak-pancak. Ini tertulis di Babad Giyanti," ujarnya.

"Hal itu tidak dibiarkan begitu saja oleh Pangeran Sambernyawa. Setelah dipenggal dan ditinggal, pasukan Sambernyawa mengintai. Ketika sudah aman, mereka mengajak para perempuan untuk mengidentifikasi mayat-mayat ini, kemudian dibawa pulang," tambahnya.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved