Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kuliner Solo

Kuliner Solo: Kue Moho di Keprabon, Kue Khas Imlek di Kota Solo yang Sudah Ada Sejak Tahun 1970

Kue moho biasanya digunakan sebagai sajian pelengkap sesajen di kelenteng namun biasanya juga dikonsumsi oleh masyarakat sebagai camilan.

Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
TRIBUNSOLO.COM/Eka Fitriani
Kue Moho khas imlek dan pembuat kue moho, Widagdo 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Eka Fitriani
 
TRIBUNSOLO.COM, SOLO – Menjelang perayaan imlek, sejumlah kue tradisional diburu banyak orang.

Salah satunya adalah kue moho.

Kue moho merupakan salah satu makanan legendaris khas Imlek di Kota Solo.

Baca juga: Kuliner Solo: Sate Kere Sumber Depan Kantor Kelurahan Sumber, Favoritnya Keluarga Jokowi dan Nunung

Kue moho biasanya digunakan sebagai sajian pelengkap sesajen di kelenteng namun biasanya juga dikonsumsi oleh masyarakat sebagai camilan.

Salah satu pembuat kue moho terkenal di Solo adalah Widadgo, lokasinya berada di Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Jawa Tengah.

Kue tradisional tersebut telah dibuat turun-temurun oleh Widadgo yang juga pemilik warung gorengan “Manunggal Rasa” yang populer di Kota Solo.

Kue moho buatan Widagdo ini merupakan kue tradisional yang dibuat secara turun-temurun di Sudiroprajan atau Balong Pecinan Solo, yang dulunya merupakan pusat kuliner.

Baca juga: Kuliner Solo: Terang Bulan Jadul di Jalan Urip Sumoharjo Solo, Satu Porsi Cuma Rp 5 Ribu

"Saya membuat kue moho ini sudah lama, awalnya dari 1985 tapi sebenarnya kalau dari orang tua sudah dari 1970,” katanya, Rabu (18/1/2023) siang.

“Saya tinggal meneruskan bisnis orangtua,” katanya.

Kue moho yang ada di Jawa Tengah kata Widadgo sendiri memang diadaptasi dari kue-kue khas Tionghoa.

Umumnya, kue moho berwarna dasar putih, yang atasnya diberi warna merah atau merah muda.

“Bentuk kue moho ini kan merekah seperti bunga, warna merah dan bentuk yang menyerupai bunga tersebut merupakan simbol keberuntungan tahun baru,” ujarnya.

Dirinya membeberkan bahwa kue Moho buatannya memiliki 2 jenis yakni yang digunakan untuk sesajen maupun untuk dinikmati sebagai camilan.

Baca juga: Kuliner Solo: Sate Kambing Mas Wal, Jualan Sejak 1995 Tetap Ramai Meski Mojok di Benteng Vastenburg

“Biasanya kalau untuk sesajen atau persembahan itu yang ukurannya besar, harganya Rp 10 ribu,” katanya.

“Kalau saya jual seperti ukuran bias aitu Rp 5 ribu,” katanya.

Menjelang imlek, pesanan Moho laris manis dipesan  bahkan dari luar kota mulai Semarang, Madiun, Wonogiri Utara, Purwokerto hingga Purwodadi.

Tanpa pengawet, kue moho buatan Widadgo bisa tahan hingga 3 hari sehingga penjualan ke luar kota menjelang imlek masih terus dilakukan.

Biasanya, kue moho tersebut bisa dimasukkan ke rice cooker untuk bisa dinikmati kembali dalam keadaan hangat.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved