Viral
Sosiolog Soroti Tindakan Keji Mario Aniaya David: Bentuk Protes Hidup dan Cara Mencari Perhatian
Kasus penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satriyo (20) terhadap David (17) hingga kini masih terus menjadi sorotan.
Penulis: Tribun Network | Editor: Naufal Hanif Putra Aji
TRIBUNSOLO.COM - Kasus penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satriyo (20) terhadap David (17) hingga kini masih terus menjadi sorotan.
Kini kondisi David telah mulai sadar dan melewati fase koma.
Baca juga: Terungkap Penyebab Kartu Pelajar David Ada di AGH Pacar Mario, Berujung Penganiayaan hingga Koma
Sementara itu Mario Dandy sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.
Adapun, tersangka lain dalam kasus ini adalah Shane Lukas (19) yang merupakan teman Mario.
Sementara itu, pacar Mario berinisial AG (15) juga telah ditetapkan sebagai pelaku.
Dilansir dari Kompas.com, Sosiolog Universitas Gadjah Mada, AB Widyanta mengamati perilaku yang dilakukan pelaku dalam penganiayaan ini.
Ia mengatakan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh remaja memiliki kecenderung sebagai bentuk protes dan cara mereka mencari perhatian.
"Kekerasan itu bisa disebut sebagian bagian dari protes hidup mereka, tapi juga tanpa sadar mereka juga melakukan hal-hal yang dia sendiri gak ngerti salahnya di mana," ujar Abe kepada Kompas.com, Selasa (7/3/2023).
Menurut Abe, saat melakukan protes hidup, para remaja cenderung berbuat sesuatu yang tanpa mereka sadari justru merupakan tindakan buruk.
Tindakan mereka itu juga didorong dengan keinginan untuk mendapatkan perhatian dari orangtuanya, keluarga, teman-teman dan orang-orang lain di sekitarnya.
Tindakan yang mereka lakukan itu, kata Abe, tidak lagi mempedulikan nilai positif atau negatif.
"Lalu kemudian (tidak peduli nilai-nilai dasar perilaku) itu yang membuat ke masabodohan itu tambah lagi distimulasi untuk berani melakukan segala sesuatu yang menarik perhatian orang itu, ya tentu brutal pasti," jelasnya.
Baca juga: Kasus Mario Dandy Buka Pusaran Transaksi Janggal Para Pejabat Pajak, PPATK : Jumlahnya Rp500 Miliar
Namun, kata Abe, semua tindakan buruk seperti kekerasan, tidak sepenuhnya bentuk kesalahan remaja, namun juga ada faktor kekeliruan orangtua bersangkutan.
"Nah, saya tidak melihat bahwa anak-anak remaja ini pelaku sepenuhnya saat mereka melakukan kekerasan yang mesti berkaca dan kritik atas anak remaja kita melakukan seperti ini adalah orang-orangtua yang seringkali tidak memberikan ruang dan tempat kreatif," jelasnya.
Selain itu, para orangtua juga harusnya memberikan tempat tumbuh yang baik bagi anak-anak dan remaja
"Maka mereka (para remaja) ini walaupun pelaku kekerasan, mereka ini adalah korban dari pelaku pendidikan yang tidak memadai bagi pertumbuhan mereka," tuturnya.
Terkait kasus Mario menganiaya D, Abe menjelaskan para tersangka tindak kekerasan sangat mungkin saling memengaruhi sehingga mengakibatkan kekerasan itu terjadi.
"Saat ini kan ada tersangka-tersangka baru dalam kasus ini, tetapi saya tidak tahu, apakah keterlibatan tersangka-tersangka baru itu ternyata ikut ambil bagian untuk membikin pengaruh bagi pelaku yang melakukan pemukulan," ujarnya.
Ia menjelaskan, keterlibatan tersangka-tersangka baru itu perlu diperdalami lebih lanjut, untuk dapat menegakkan hipotesis dari narasi-narasi yang beredar.
Salah satunya mengenai benar atau tidak para tersangka telah mengompori atau mendorong pelaku untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap korban.
(Kompas.com)
Kisah Haru dan Inspiratif Tukang Sepuh Emas di Solo Kuliahkan 2 Anaknya di ITB, Didatangi Rektor |
![]() |
---|
Sosok Sudewo Bupati Pati Viral Naikkan PBB 250 Persen: Lulusan UNS, Pernah Nyalon Bupati Karanganyar |
![]() |
---|
Viral di Solo, Beredar Unggahan Tanah Nganggur 2 Tahun Bakal Disita Negara, Cek Faktanya |
![]() |
---|
Setelah Terima SK PPPK, Puluhan Guru di Sejumlah Daerah Izin Gugat Cerai Suami, Termasuk di Wonogiri |
![]() |
---|
Viral Oknum Opang Maksa Hentikan Taksi Online, Padahal Ada Penumpang Ibu Gendong Bayi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.