Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kuliner Solo

Kuliner Wonogiri : Geti Wijen, Makanan Khas Wonogiri yang Banyak Diburu, Dibuat secara Tradisional

Endarti mewarisi pembuatan geti wijen dari kakeknya yang diketahui sudah membuat geti wijen sejak tahun 1965.

Tribunsolo.com/Erlangga Bima Sakti
Geti wijen, makanan khas Wonogiri 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Erlangga Bima Sakti

TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Geti Wijen merupakan salah satu makanan tradisional khas Wonogiri.

Meskipun berlabel tradisional, geti wijen justru masih banyak diminati.

Salah satu produsen geti wijen di Wonogiri adalah Endarti (39) yang beralamat di Dusun Geneng, Desa Purwosari, Kecamatan Wonogiri Kota.

Dia merupakan generasi ketiga dalam keluarga yang membuat geti wijen.

Dia mewarisi pembuatan geti wijen dari kakeknya yang diketahui sudah membuat geti wijen sejak tahun 1965.

Endarti mengatakan, di tempatnya lah cikal bakal produsen geti wijen di Dusun Geneng.

Dulu, kakeknya hanya menjual biji wijen dan kemudian berinisiatif membuat geti wijen.

"Dulu pas mbah hanya geti wijen original. Saat dipegang ibu ditambahi kacang, jadi enting kacang. Lalu saya tambahi mete, jadi enting mete. Jadi geti wijen dimix dengan kacang dan mete, agar tidak bosan," kata dia, kepada TribunSolo.com.

Baca juga: Kuliner Wonogiri: Serabi Kidul Pegadaian, Jualan Sejak 1970-an, Pertahankan Resep Jadi Kunci Eksis

Proses pembuatan geti wijen secara tradisional di Wonogiri
Proses pembuatan geti wijen secara tradisional di Wonogiri

Adapun bahan geti wijen sangatlah sederhana, yakni hanya biji wijen, jahe, gula merah dan gula pasir.

Keempat bahan itu diolah secara tradisional menggunakan kompor kayu bakar.

Mulanya biji wijen dicuci. Setelah itu, wijen ditiriskan sekitar lima menit. Wijen kemudian di sangrai hingga matang.

Terpisah, tenaga lain perlu mempersiapkan gula yang dicairkan kemudian dibuat kental seperti jenang.

Adapun komposisinya 5 kilogram gula jawa, 1,5 kilogram gula pasir dan 2 gayung air.

Jika sudah mengental, wijen dimasukkan ke dalam dan diaduk terus hingga kalis.

Setelah itu adonan diangkat dan letakkan di tepak kemudian diiris sesuai ukuran yang diinginkan.

Selanjutnya adonan diiris atau dipotong menjadi kotak-kotak kecil dan langsung dimasukkan ke plastik atau dikemas sebelum akhirnya dipasarkan.

Dalam sehari, dia memproduksi 25 kilogram biji wijen untuk diolah menjadi geti maupun enting.

Dalam seminggu, dia kadang memproduksi hingga tiga kali.

Jika Ramadan, permintaan selalu melonjak, ia bahkan bisa memproduksi 50-70 kilogram per hari.

Geti wijen tengah diolah menjadi enting-enting kacang atau mete
Geti wijen tengah diolah menjadi enting-enting kacang atau mete

Produksi itu dilakukan mulai pukul 07.00-15.00 WIB. Makanan geti wijen awet hingga dua bulan.

"Pas zaman mbah hanya dijual ke pasar sini. Mulai ibu dijual ke luar kecamatan, seperti Baturetno dan Jatisrono. Nah sejak saya mulai merambah ke Sukoharjo, Solo dan toko oleh-oleh. Bahkan ada yang sampai Bali dan Bandung," jelasnya.

Rasa geti wijen yakni manis, pedas dan sedikit pahit. Teksturnya kering dan renyah.

Jika tidak suka rasa pahit bisa dicampur dengan kacang dan mete.

Harganya juga cukup terjangkau, tergantung ukuran dan kemasannya.

Di hari biasa satu plastik geti wijen seharga Rp 8.000 hingga Rp 10.000.

Sedangkan enting kacang sebesar Rp 5.000 hingga Rp 6.000.

Sementara itu harga enting mete sebesar Rp 7.000 hingga Rp 9.000.

"Selain camilan atau oleh-oleh, saat ini geti wijen juha dihidangkan saat ada orang nduwe gawe (hajatan)," terang dia.

(*)

Caption: Geti Wijen, makanan tradisional khas Wonogiri.

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved