Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo

Puluhan Mahasiswa UNS Demo, Soroti Kekerasan di Kampus dan Kebebasan Berpendapat

Mahasiswa UNS melakan demo di kawasan gerbang kampus. Mereka menyuarakan soal kekerasan, dan kebebasan berpendapat di kampus.

TribunSolo.com/Andreas Chris Febrianto Nugroho
Puluhan mahasiswa UNS lakukan aksi di depan gerbang masuk kampus, Senin (28/8/2023) sore. 

Laporan Wartawan Tribunsolo.com, Andreas Chris Febrianto Nugroho

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Puluhan mahasiswa yang dikoordinasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengadakan aksi dan orasi di depan gerbang masuk kampus, Senin (28/8/2023) sore.

Dalam aksi tersebut nampak para mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini mengenakan pakaian serba hitam.

Dimulai sekitar pukul 16.15 WIB, para mahasiswa bergantian mengungkap keluh-kesahnya terkait yang ada di lingkungan kampus.

"Kegiatan ini dilakukan untuk menyuarakan beberapa isu yang ada di UNS. Kami mahasiswa UNS mencoba memberikan suatu mimbar bebas, dimana mahasiswa diberi kesempatan untuk menyuarakan apa yang menjadi keresahan dari setiap mahasiswa itu sendiri," ujar Ketua BEM UNS yang juga selaku koordinator aksi, Hilmi Ash Shidiqi.

Aksi ini bertajuk 'Kekerasan, Kebebasan Berpendapat, dan Kesejahteraan Mahasiswa'. 

Dalam aksi ini Hilmi menjelaskan tidak ada tuntutan yang dibawa. 

Namun lebih lanjut, Hilmi menegaskan bahwa mahasiswa yang melakukan aksi kali ini menyoroti tiga hal penting.

"Kita fokus dalam tiga hal, terkait kekerasan, kebebasan berpendapat dan kesejahteraan mahasiswa," urainya.

Menurut Hilmi, tiga hal tersebut harusnya menjadi perhatian lebih dari pihak kampus saat ini.

Sebagai contoh terkait kekerasan yang dialami oleh salah satu mahasiswa FMIPA UNS yang juga merupakan Ketua BEM fakultas tersebut menjadi bukti nyata.

Baca juga: Mahasiswa UIN Solo Demo, Soroti Pembekuan Dema, Sebut Sidang Etik Tidak Sesuai Prosedur

"Terkait kekerasan di dalam kampus banyak narasi-narasi di luar sana yang menarasikan bahwa ini merupakan dendam pribadi antara sopir dengan mahasiswa. Tapi menurut saya ini adalah suatu hal yang patut dicurikan bahwa pemukulan pertama terjadi di hadapan Dekanat. Melihat pukulan pertama itu kenapa tidak ada mitigasi-mitigasi yang dilakukan supaya tidak ada kejadian yang lebih besar lagi," urai Hilmi.

Ada pula sorotan terkait kebebasan berpendapat untuk mahasiswa yang disebut Hilmi dikebiri oleh pihak kampus.

"Yang kedua terkait kebebasan berpendapat yang mungkin bisa diklarifikasi ke pihak Universitas, kemarin H-3 kami mencoba menggencarkan terkait kabar aksi ini, tapi banyak dari Dekanat-dekanat mencoba untuk mensosialisasikan apa itu kode etik mahasiswa kepada mahasiswa baru dan orang tua mahasiswa baru dimana narasi itu bertujuan agar jangan sampai (mahasiswa) ikut demo hari ini," imbuhnya.

Padahal menurut Hilmi sudah ada aturan kebebasan berpendapat yang telah tertuang dalam banyak Undang-undang.

Poin ketiga, Hilmi juga menyoroti tentang kesejahteraan mahasiswa yang ia sebut sebagai hal dasar bagi peserta didik.

"Kita ada data dari BEM UNS kurang lebih ada 1.300-1.400 mahasiswa yang (semester) kemarin kesusahan membayar UKT sehingga mengajukan keringanan dan belum bayar UKT," pungkasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved