Berita Boyolali

Bisnis Cuan Degan Jelly, Omzet Pasutri di Boyolali Ini Capai Rp 10 Juta Per Bulan 

Usaha degan jelly di Boyolali ini bisa dicoba. Sebab, bisa meningkatkan harga dari degan yang biasa. Per bulan bahkan bisa menghasilkan omzet jutaan.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Ryantono Puji Santoso
TribunSolo.com/Tri Widodo
Novia Karmiama menunjukkan Degan Jelly Produksinya, Selasa (3/10/2023). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Berbagai cara bisa dilakukan untuk membuat suatu barang memiliki nilai tambah. 

Jika di pinggir jalan, sebutir kelapa muda atau yang biasa disebut degan dijual antara Rp 8-10 ribu.

Namun, ditangan  Muhammad Nur (37) dan Novia Karmiama (35) harganya bisa naik dua kali lipatnya. 

Pasangan Suami istri (Pasutri) yang tinggal di Perumahan Bhayangkara, Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan Boyolali Kota itu mengolah kelapa muda menjadi Jelly dan tumb utuh ala coconut thumb dari Thailand. 

Awalnya, kelapa muda segar dikupas kulitnya hingga menyisakan sedikit serabut kelapannya.

Degan itu kemudian direndam ke dalam air selama 15 menit.

Air kelapa kemudian dikeluarkan untuk dimasak bersama gula dan bubuk jelly hingga masak.

Degan yang telah dimasak itu kemudian dimasukkan kedalam batok kepala dan ditutup kembali.

Tak lupa, irisian buah segar dimasukkan untuk menambah variasi rasa.

Terakhir, degan siap dibungkus dan dimasukkan ke dalam lemari pendingin.

Novia Karmiana, pembuat Degan Jelly mengaku usaha ini berawal dari coba-coba.

"Awalnya kami jalan-jalan, jajan di salah satu resto di Solo itu ada degan jeli, kami coba kok enak. Itu degan bentuk jeli, itu kami tertarik. Ternyata itu reseller, itu produk dari Banyuwangi. Lalu  kita coba dulu, trial," ungkap Novia.

Namanya juga usaha, gagal itu sudah biasa.

Baca juga: Pilih-pilih Model Investasi Persiapan Pensiun, Mana yang Lebih Cuan?

Tak terhitung lagi berapa jumlah degan yang gagal dia produksi dan berakhir sia-sia.

Dia pernah mengalami degan jeli terlalu keras,  kulit kelapa yang dikupas warnanya coklat dan sebagainya.

"Pas trial ya gak kehitung (habisnya) banyak, sebulan itu. Jadi tiap suami pulang kerja, malam, kami coba begitu terus," paparnya. 

Hingga akhirnya, keduanya berhasil menemukan formula yang tepat.

Meski sudah jadi, namun mereka tak langsung menjualnya.

Degan itu malah dia bagikan ke teman-temannya.

Dia juga membagikan ke teman-temannya untuk mencicip.

Awal Juli menjadi tonggak awal produksi degan jelly ini.

Dia kemudian menitipkan ke salah satu resto temannya di Selo.

Ternyata, banyak peminatnya.

Kini, dia sudah menyetor ke enam resto dan kafe lainnya. 

Selain degan jeli dan thumb varian original, dia juga menjual degan jeli buah.

Permintaan degan jeli mulai melejit. Dari produksi awal hanya bijian sampai belasan biji saja.

Kini sehari bisa produksi sampai 50- 80 biji per hari. Tiap resto meminta kiriman dari 30 - 100 biji per minggunya.

"Meski ketahanan tujuh hari, tapi Alhamdulillah, sebelum itu sudah habis. Kalau harganya, degan jeli Rp 18 ribu - Rp 20 ribu. Sedangkan jeli buah itu Rp 25 ribu. Omzet sebulan bisa Rp 10 juta," terangnya. (*)

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved