Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pemilu 2024

Pengamat Soroti Momen Sungkem Gibran dan Kaesang ke Megawati, Singgung Soal Etika Politisi

Tampak keduanya menyalami Megawati yang duduk di sebelah Ketua Umum Partai Hanura, Oemar Sapto Odang (OSO).

YouTube KompasTV
Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep saat hendak salim kepada Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri 

Pernyataannya ini berkaca dari membelotnya Gibran dan Kaesang dengan mendukung Prabowo.

"Kalau hanya sekedar gimmick politik membungkukkan badan, cium tangan, lalu jalan seperti raja dulu sampai membungkuk, itu sebenarnya tidak terlalu penting."

"Tapi yang penting adalah perbuatan, bagaimana kita bersikap dan memperlakukan orang itu yang lebih penting daripada soal gimmick politik membungkukan badan atau cium tangan begitu," katanya kepada Tribunnews.com, Rabu (15/11/2023).

Pangi juga menduga sungkemnya Gibran dan Kaesang ke Megawati demi pencitraan di dalam kontestasi Pemilu 2024

Dia mengatakan Gibran dan Kaesang diduga tengah membangun citra bahwa mereka adalah orang beretika dan berbudi pekerti.

Pangi pun menegaskan bahwa apapun yang dilakukan elite politik termasuk Gibran dan Kaesang pasti ada maksud untuk mendongkrak elektoral.

"Jadi itu bukan berdiri sendiri atau ruang kosong," tuturnya.

Kendati demikian, Pangi juga berprasangka baik kepada Gibran dan Kaesang yang sungkem ke Megawati.

Dia menganggap hal tersebut adalah wujud permintaan maaf kedua anak Jokowi itu ke Megawati karena 'membelot' ke Prabowo.

"Memang udah wajar mereka meminta maaf karena pergi tanpa kejelasan, membelot, dan juga Pak Jokowi berkhianat ke PDIP, dan Gibran juga yang mengkhianati PDIP ketika jelas-jelas PDIP punya jagoan capres yang sudah diputuskan di Kongres," katanya.

Di sisi lain, Pangi menilai Megawati tidak akan terlalu memikirkan momen Gibran dan Kaesang sungkem kepadanya.

Megawati, sambungnya, justru ingin meminta secara tidak langsung, khususnya Gibran, untuk berpikir bahwa dirinya dibesarkan oleh PDIP.

"Karena memang yang dilihat itu, ya tidak soal hanya sungkem meminta maaf dan datang. Tapi bagaimana orang-orang yang sudah dibesarkan oleh Bu Mega itu memperlakukan Bu Mega di akhir kekuasaan terakhir (Jokowi) saat ini," jelasnya.

Lebih lanjut, Pangi menilai membelotnya Gibran ke Prabowo dan Jokowi yang diisukan sama dengan anaknya itu hanya sebatas politik pragmatis tanpa ada unsur ideologis sama sekali.

Dia mengatakan peristiwa politik semacam ini hanya dilakukan Jokowi untuk melanggengkan dinasti politik yang dibangunnya.

"Hanya lebih keputusan pribadi, kepentingan dinasti, mungkin Presiden ingin berpikir ke depan membangun Kaesang menjadi Ketua Umum, Gibran menjadi wakil presiden. Jadi hanya kepentingan personal (Jokowi)," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved