Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pemilu 2024

Sosok Marzuki Mustamar, Kiai yang Dicopot PBNU dari Jabatan Ketua PWNU Jatim

Soal pencopotan jabatan Marzuki ini juga sudah dikonfirmasi Mantan Wakil Ketua PWNU Jawa Timur, KH Abdus Salam Shohib atau Gus Salam.

|
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Tribunnews.com
KH Marzuki Mustamar yang dicopot dari jabatan Ketua PWNU Jatim. 

Ia dikenal memiliki penampilan yang sederhana dan tidak pernah neko-neko. Karena begitu sederhananya, kadang orang tidak mengira bahwa beliau adalah seorang kyai.

Namun, di balik kesederhanaannya, tersimpan lautan ilmu yang begitu luas. Gaya bicara Marzuki yang tegas dan lugas menjadi salah satu ciri khas.

Sejak kecil, Marzuki dibesarkan dan dididik oleh kedua orang tua dengan disiplin ilmu yang tinggi, belajar Al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama.

Selain dididik disiplin ilmu yang tinggi, sejak kecil, ia juga dididik tentang kemandirian agar memiliki etos kerja yang tinggi dengan cara memelihara kambing dan ayam petelur.

Saat duduk di kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah sampai sebelum belajar di Malang, anak kedua dari delapan bersaudara ini mulai belajar ilmu nahwu, shorof, tasawuf dan ilmu fikih kepada Kyai Ridwan dan Kyai-Kyai lain di Blitar.

Sejak SMP, Marzuki diminta mengajar Al-Qur’an dan kitab-kitab kecil lainnya kepada anak-anak dan tetangga beliau.

Pada usia yang masih belia tersebut, beliau sudah mengkhatamkan dan faham kitab Mutammimah pada saat kelas 3 SMP.

Selepas dari SMP Hasanuddin, ia melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tlogo Blitar.

Marzuki muda merupakan sosok pemuda yang beruntung sebab sudah mendalami ilmu agama ke beberapa orang kiai di Blitar, seperti Kiai Hamzaj, Kiai Abdul Mudjib dan Kiai Hasbullah Ridwan.

Setamat dari MAN Tlogo pada tahun 1985, Marzuki melanjutkan jenjang pendidikan formalnya di IAIN (sekarang UIN Maulana Malik Ibrahim) Malang, yang waktu itu masih merupakan cabang IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Untuk menambah ilmu agama, ia yang juga Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang ini nyantri kepada KH A Masduki Machfudz di Pondok Pesantren Nurul Huda Mergosono.

Mengetahui kecerdasan dan keilmuan Marzuki yang di atas rata-rata santrinya yang lain, akhirnya Kiai Masduki memberi amanah kepada Marzuki untuk membantu mengajar di pesantrennya, meskipun saat itu Marzuki masih berusia 19 tahun.

“Saat itu saya diminta untuk mengajar kitab Fathul Qorib bab buyuu’ (jual-beli),” Kenang kyai yang juga Dosen Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini.

Pada tahun 1994, KH Marzuqi Mustamar memulai hidup baru dengan menikahi salah seorang santriwati Pondok Nurul Huda yang bernama Saidah.

Sang istri merupakan putri Kyai Ahmad Nur yang berasal dari Lamongan. Dengan Saidah, Marzuki memiki 7 anak.

Halaman
123
Sumber: Kompas TV
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved