Pemilu 2024
PeDenya Fahri Hamzah, Prabowo Subianto Menang Pilpres Satu Putaran, Ungkap Temuan di Lapangan
Fahri Hamzah berkaca pada beberapa lembaga survei memang memprediksi Pilpres 2024 berlangsung satu putaran.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM - Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah kembali mengungkapkan optimismenya jika Prabowo Subianto bakal memenangkan Pilpres 2024 dalam sekali putaran.
Fahri Hamzah berkaca pada rilis sejumlah lembaga survei yang memprediksi kemenangan pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dengan elektabilitas lebih dari 50 persen.
Beberapa lembaga survei memang memprediksi Pilpres 2024 berlangsung satu putaran.
Baca juga: Bukti Tak Komprehensif, Gugatan Pertama Rp 10 Juta Almas ke Gibran Gugur di PN Solo
"Saya sudah membaca semua survei, dan kemarin LSI telah menyampaikan surveinya," kata Fahri Hamzah dalam Gelora Talk bertajuk 'Pilpres Satu Putaran, Pilihan Mayoritas Pemilih', Rabu (31/1/2024) sore.
"Paparan ini semakin menguatkan bahwa madzab, aliran atau semacam pandangan bersatunya Pak Prabowo dan Pak Jokowi adalah game changernya," imbuhnya.
Fahri Hamzah lantas mengungkapkan hasil temuannya di lapangan.
Yang mana dirinya telah berkeliling di desa-desa di seluruh Nusa Tenggara Barat (NTB) hingga ke kaki Gunung Tambora, menginginkan Prabowo-Gibran yang menjadi pemimpin di 2024.
Baca juga: Cawapres Cak Imin Kritik Proyek Food Estate, Fahri Hamzah: Tanyakan Saja ke Mentan Amran Sulaiman
"Saya sudah mutar-mutar, dan alhamduillah mereka berpandangan sama," ujarnya.
"Kita punya pemimpin-pemimpin yang bisa mengantarkan terjadinya rekonsiliasi," imbuhnya.
"Sehingga apapun upaya yang ingin merusak Pak Prabowo dan Pak Jokowi, sulit dilakukan, dan bisa dibantah" katanya lagi.
Fahri Hamzah juga menyinggung Islam mengajarkan hal yang menyatukan, bukan ideologi yang memecah belah.
Dia mengatakan, Islam diciptakan sebagai umat pertengahan, sehingga apabila ada ektremis agama itu bukan berasal dari Islam.
Baca juga: NasDem Sebut Mahfud MD Harusnya Mundur dari Menko Polhukam Sejak jadi Cawapres
Ia menyadari adanya kekecewaan dan mendadak radikal dari pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) seperti budayawan Butet Kartaradjasa, karena tidak mendukung Ganjar Pranowo, calon presiden 03, padahal mereka mengklaim telah mengantarkan Jokowi menjabat selama dua periode.
Begitupun di Prabowo, di mana pendukung militan yang mengalihkan dukungan ke capres 01, Anies Baswedan, karena adanya kemarahan dari mereka melihat Prabowo bersatu dengan Jokowi sebagai hal yang tidak dapat diterima.
"Tapi rekonsiliasi ini sekarang terbukti, menjadi platform terbesar bangsa kita. Menurut saya, inilah cara kita membaca jiwa masyarakat kita dan rakyat menyambut gagasan ini," katanya.
Fahri Hamzah mengatakan, penggabungan elite nasional sekarang ini adalah keperluan yang mendesak.
Hal itu bertujuan agar bangsa Indonesia tidak terpecah belah dalam lingkaran konflik dan menjadi negara gagal.
Baca juga: Blusukan untuk Cek Harga Bahan Pokok di Pasar Kota Wonogiri, Jokowi : Harga Beras Perlu Diintervensi
"Saya menyakini ini adalah jalan yang benar tapi untuk memanggil kembali semua yang lari ke kanan dan kiri itu untuk kembali ke tengah dengan mendukung pasangan Prabowo-Gibran," katanya.
Fahri mengungkapkan, dukungan dari basis-basis Jokowi dan Prabowo dalam dua Pilpres lalu ke pasangan Prabowo-Gibran, jelang hari pencoblosan pada 14 Pebuari 2024 semakin deras.
"Kenapa survei Prabowo-Gibran sudah 50,7 persen seperti disampaikan LSI, karena adanya perpindahan dukungan Pak Jokowi yang ada di Ganjar," ucapnya.
"Sementara basis-basis Pak Prabowo juga mulai kembali, setelah kita ajak diskusi dan beri penjelasan, dan mereka kembali," imbuhnya.
Baca juga: Presiden Jokowi Tanggapi Petisi Bulaksumur Akademisi UGM: Itu Hak Demokrasi
Saat ini, lanjut Fahri, masih ada basis pendukung Prabowo yang belum kembali adalah mereka yang militan, karena mereka menutup diri untuk berdiskusi dan berdebat mengenai rekonsiliasi.
"Mereka menolak secara militan, mereka marah sama Pak Prabowo, karena gabung sama Jokowi," katanya.
"Mereka merasa umat dihina, jadi menurut Anda pemimpin itu tidak boleh bersatu. Dia harus terus berperang, tidak ada lagi jalan damai," ucapnya.
"Tidak ada lagi namanya perdamaian, rekonsiliasi dan sebagainya. Jadi menurut Anda pemimpin itu lebih baik bersengketa daripada gotong royong? Mereka tidak bisa menjawab" jelasnya.
Intinya pada basis militan pendukung Prabowo yang ada di 01 itu, menurut Fahri, di dalam dirinya telah ditanamkan bibit-bibit kebencian, sehingga tidak menerima apabila ada perdamaian.
"Umat ini menurut mereka, kalau bisa ada dalam tekanan terus menerus, ada dalam ancaman dan tuduhan-tuduhan macam-macam," ucapnya.
"Tidak mau menerima kalau umat pada akhirnya seperti dalam perjanjian Hudaibiyah di zaman Rasulullah SAW. Jadi memang di kanan ini ada yang parah," katanya lagi.
Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini terus berusaha mengajak pemilih militan Prabowo pada dua Pilpres lalu ini untuk berdialog, namun apabila masih bersikukuh dengan sikapnya, apa boleh buat.
"Kita lebih baik fokus menyusun agenda ke depan, karena krisis ada di depan mata kita," katanya.
"Kita harus berpikir kepentingan nasional, tanggal 14 Februari adalah hal yang strategis buat kita, sehingga kita berharap tidak ada gangguan," lanjutnya.
"Itulah kenapa Partai Gelora mengkampanyekan satu putaran dan aklamasi karena dunia tidak sedang baik-baik saja," pungkasnya.
Gibran Menyambut Bergabungnya PKS di Koalisi Pemerintah, Soal PDIP Tunggu Keputusan Prabowo |
![]() |
---|
Gagal Dilantik, Caleg dari PDIP Datangi Kantor KPU Lagi dan Minta Tunda Pelantikan DPRD Karanganyar |
![]() |
---|
Anggota DPRD Boyolali Periode 2024-2029 Dilantik, Susetya Kusuma Jadi Ketua Sementara |
![]() |
---|
Jalan Tarso dan Teguh di Pilkada Wonogiri Jateng Makin Terbuka, Golkar Beri Rekomendasi |
![]() |
---|
Blak-blakan Teguh Prakosa Bicara Soal Koalisi di Solo Jateng: Sebut Masih Cair, Bisa Berubah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.