15 Tahun Menabung, Kakek Nenek di Sragen Jateng Berhasil Berangkat Haji, Sisihkan Rp30 Ribu Per Hari

Seperti tak kenal lelah, Admo dan Sugi masih menerima panggilan pijat pada malam harinya.

"Untuk beli rosok libur dulu karena mau berangkat, kalau pijat sampai sekarang masih, karena nggak tega, menolak panggilan orang sakit itu, sekarang kalau malam masih memijat," jelasnya.

Dari usaha itu semua, uang yang terkumpul Sugi dan Admo sisihkan menjadi 3 tabungan, yang dimasukkan ke dalam kaleng bekas.

Kaleng bekas pertama untuk menabung pembelian hewan kurban, kaleng bekas kedua untuk kegiatan sosial, dan kaleng ketiga untuk menabung haji.

"Sehari rata-rata Rp 30.000, paling banyak Rp 50.000," singkat Admo.

Keinginan berhaji muncul ketika Admo dan Sugi telah berhasil mengantar ketiga anaknya menjadi sarjana.

Pada tahun 2008, ketiga anaknya sudah berkeluarga semua, dan saat itu, Admo dan Sugi bertekad untuk bisa berangkat haji secara mandiri.

"Alhamdulillah, ini dikaruniai Allah bisa mandiri, keinginan bisa terlaksana," kata Admo.

Baca juga: Pilu Pasutri Gagal Berangkat Haji Padahal Sudah Setor Rp 516 Juta: Ditipu Sales, Dalih Haji Plus

Hingga pada tahun 2012 awal, Admo dan Sugi memutuskan untuk mendaftar haji.

Awalnya, mereka dijadwalkan berangkat ke Tanah Suci pada tahun 2021.

Karena pandemi covid-19, akhirnya keberangkatan mereka ditunda.

"Saya tanya ke Kemenag, saya nanti berangkat tahun berapa Pa? dijawab nanti tahun 2026, saya aduh kok 2026, terus 2023 saya umroh dulu, setelah umroh diberi tahu anak-anakku, Mbah InsyaAllah 2024 berangkat," ucap Sugi.

"Alhamdulillah aku gitu, terus 2024 berangkat ini, tidak jadi berangkat tahun 2026, senang sekali," tambahnya.

"Pingin haji karena itukan rukun Islam, yang ke berapa saya kurang tahu, tapi itu kan rukun islam," pungkas Admo.