Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Tragedi Tembok Ambrol di Mojosongo

3 Fakta Tembok Ambrol di Mojosongo Jateng yang Tewaskan Ayah-Anak : Evakuasi Habiskan Waktu 3 Jam

Tembok yang ambrol itu menyebabkan dua orang tewas, dimana keduanya masih memiliki hubungan kekeluargaan, yakni ayah dan anak.

Istimewa/TribunSolo.com
Proses evakuasi korban tembok ambrol disertai longsor di Kampung Debegan, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, menggunakan alat berat pada Kamis (4/7/2024) sore. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Andreas Chris Febrianto Nugroho

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Musibah longsor terjadi di Kampung Debegan, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah.

Tembok yang ambrol itu menyebabkan dua orang tewas, dimana keduanya masih memiliki hubungan kekeluargaan, yakni ayah dan anak.

Berikut ini fakta-fakta yang berhasil dihimpun TribunSolo.com terkait musibah tembok ambrol di Mojosongo :

1. Tembok Setinggi 10 Meter Ambrol

Longsor itu disebabkan oleh tembok setinggi 10 meter ambrol pada Kamis (4/7/2024) sekitar pukul 16.00 WIB sore.

Akibat tembok ambrol hingga longsor tersebut, dua warga yang merupakan ayah dan anak menjadi korban longsoran.

Baca juga: BREAKING NEWS : Tembok Pembatas di Mojosongo Solo Jateng Ambrol, 2 Warga Meninggal Tertimbun Longsor

Dua korban bernama Wagiyo (74) dan Heri Supriyono (40) meninggal dunia akibat tertimbun tanah longsor.

Humas Pos I Basarnas, Yohan Tri Anggoro, mengungkapkan kronologi kejadian ini.

Dia menyebut  bahwa longsor terjadi sekitar pukul 16.00 WIB dimulai dari robohnya tembok pembatas.

"Kejadian sekitar pukul 16.00 WIB, subyek bernama Wagiyo awalnya sedang mengasah pisau di bawah tembok dekat kandang ayam," kata Yohan saat ditemui di lokasi.

Ia menambahkan, sesaat setelah itu tembok setinggi 10 meter yang berada di sisi utara kandang kambing tiba-tiba roboh dan mengakibatkan longsor.

"Longsoran pertama menimbun subyek Wagiyo. Anak korban yang berada di dekat lokasi mencoba menolong ternyata terjadi longsor susulan," tambahnya.

2. Evakuasi 3 Jam Pakai Alat Berat

Proses evakuasi yang dilakukan oleh pihak Basarnas dan gabungan relawan pun sempat mengalami kendala.

Akhirnya, tim evakuasi harus menggunakan dua alat berat.

Proses evakuasi sendiri memakan waktu sekitar hampir tiga jam sehingga Wagiyo yang berada di bawah timbunan longsoran.

Ketua Pos 2 SAR Kota Solo, Mulyadi BG menjelaskan bahwa dari keterangan saksi mata longsor bermula dari tembok yang roboh.

Saat kejadian, Wagiyo tengah mengasah pisau di dekat kandang ternak yang berdempetan langsung dengan tembok yang roboh tersebut.

Tiba-tiba suara gemuruh terdengar dari arah tembok tersebut dan langsung menimpa Wagiyo.

Heri yang tengah bersama 2 saksi mata di sekitar lokasi sontak berlari mencoba menyelamatkan sang ayah.

Baca juga: Rute Kirab Pusaka Pura Mangkunegaran Minggu 7 Juli 2024, Kini Tak Cuma Mengitari Tembok Puro

Namun nahas, Heri justru tak menyadari adanya longsor susulan saat tengah mencoba meyelamatkan ayahnya.

Akibatnya, Heri pun ikut menjadi korban timbunan longsor.

"Anaknya lari mau menolong ayahnya, lari mau masuk malah kena. Jadi dengar suara longsor anaknya langsung lari mau menolong tapi ternyata tertimbun longsoran," ujar Mulyadi saat ditemui di lokasi.

Saksi mata yang berada di lokasi pun langsung meminta pertolongan warga dan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwajib.

Dibantu oleh warga, evakuasi sempat menggunakan alat manual. Dan membutuhkan waktu satu jam hingga Heri bisa dievakuasi.

"Anaknya tertimbun sudah di pinggir. Jadi sama warga sudah dievakuasi karena tidak terlalu tebal longsoran di sisi pinggir," tambahnya.

3. Sang Anak Meninggal dalam Perjalanan ke RS

Heri diketahui berhasil diselamatkan terlebih dahulu.

Yang bersangkutan langsung dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis.

Namun nyawa Heri tak tertolong akibat kondisi yang dialaminya. Korban pun dikabarkan meninggal dunia saat dalam perjalanan ke rumah sakit dr Oen Kandang Sapi.

Sementara itu, sang ayah masih berada di bawah timbunan longsor.

Namun, Wagiyo ditemukan meninggal saat dievakuasi. 

Sementara itu, Mulyadi menambahkan karena sulitnya medan membuat petugas Basarnas dan relawan harus menerjunkan alat berat untuk bisa mengevakuasi Wagiyo yang masih tertimbun longsoran.

"Ini pondasinya memang banyak beton. Memang kalau manual tidak memungkinkan, korbannya tadi kan juga kenanya kena bego. Ada dua jam an (evakuasi) hampir satu jam manual. Jadi korban pertama tadi dengan pencarian manual," pungkasnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved