Berita Wonogiri
Kisah Penunggu Makam di Wonogiri Jateng, Konon yang Meninggal Selasa dan Jumat Kliwon Wajib Dijaga
Selain di makam, ritual menunggu juga dilakukan di bekas tempat pemandian jenazah. Apa alasannya ya?
Penulis: Erlangga Bima Sakti | Editor: Hanang Yuwono
Laporan Wartawan TribunSolo, Erlangga Bima Sakti
TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Di Wonogiri Jawa Tengah ada tradisi menunggu makam orang yang meninggal di hari-hari tertentu seperti Selasa dan Jumat Kliwon dalam penanggalan Jawa.
Seperti yang dilakukan oleh warga di salah satu desa di Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri ini.
Mereka menunggu makam selama 40 hari 40 malam penuh karena kepercayaan.
Baca juga: Tradisi Tunggu Makam Wonogiri Jateng, Warga Jaga Makam Selama 40 Hari, Waspada Penganut Ilmu Hitam
Salah satu warga itu bernama Cahyo.
Dia mengaku menunggu makam mendiang ayahnya yang meninggal di hari Selasa Kliwon sekitar dua pekan lalu.
"Tradisi itu merupakan kepercayaan yang diyakini oleh sebagian besar orang Jawa, bahwa meninggal di Selasa Kliwon itu memiliki keistimewaan-keistimewaan tertentu," ujarnya.
Menurut dia, tradisi itu sudah berlangsung puluhan bahkan mungkin ratusan tahun yang lalu, bahwa jenazah yang meninggal malam Selasa Kliwon atau di hari Selasa Kliwon, maupun Jumat Kliwon itu istimewa.
Baca juga: Sejarah Waduk Bayut Sragen Jateng, Dibangun di Zaman Belanda, Dulu Area Makam Kuno Mbah Buyut
"Akan menjadi sasaran para penganut ilmu hitam, pencari pesugihan untuk mengambil bagian-bagian dari jenazah yang meninggal di hari-hari tersebut," jelasnya.
Karena keyakinan itu, kata dia, maka pihak keluarganya memutuskan untuk menunggu makam.
Menurut dia, ada juga yang hanya menunggu selama 7 hari 7 malam maupun 40 hari 40 malam.
Ia mengaku tak mempermasalahkan apabila ada pihak yang tidak mempercayai hal itu.
Pasalnya dia menilai hal itu sudah menjadi kepercayaan keluarga dan masyarakat sekitar tempat tinggalnya.
Baca juga: Makam Selfiana di Karanganyar Jateng Dibongkar, Hubungan Almarhumah dan Suami Disebut Tak Harmonis
"Kami memutuskan untuk menjalankan ritual tradisi yang sudah berjalan. Idep-idep (hitung-hitung) berbakti kepada orang tua, menjaga makam dari kemungkinan buruk yang bisa terjadi," kata Cahyo.
Ia menjelaskan, makam ayahnya itu ditunggui selama 24 jam nonstop, siang hari maupun malam hari ada yang menunggu.
Selain pihak keluarga, pihak keluarganya meminta bantuan tetangga dan kerabat.
Ada empat orang yang dikhususkan menjaga makam selama 40 hari penuh, sejak jenazah dimakamkan.
"Kita melibatkan 4 orang yang pokok menunggu. Kita kasih uang lelah, keluarga dibantu dengan tetangga. Makan dan minum disiapkan, makam tidak ditinggalkan sama sekali sejak dimakamkan sampai 40 hari," terangnya.
Baca juga: Tradisi 1 Suro di Sragen Jateng, Larap Slambu Makam Pangeran Samudro Gunung Kemukus, Ini Tanggalnya
Selain di makam, ritual menunggu menurutnya juga dilakukan di bekas tempat pemandian jenazah. Sebab, bagian yang terkena air pemandian jenazah juga menjadi sasaran empuk para penganut ilmu itu.
"Di rumah ditunggu juga, karena ceritanya yang dirumah itu bisa diambil, pada bagian yang kena air mandi itu bisa juga. Makanya dua tempat jadi konsentrasi, semuanya dijaga," imbuhnya.
Tradisi tunggu makam itu sudah ia jalani kurang lebih dua pekan setelah ayahnya meninggal dunia.
Selama dua minggu berjalan, menurut dia belum ada yang mencurigakan.
Baca juga: Sedih, Pandawa Water World Sukoharjo Jateng Mulai Besok Tutup Permanen Setelah 17 Tahun Beroperasi
Berdasarkan cerita yang dia dapatkan serta berbagai sumber literasi yang ia baca, saat ada orang jahil yang akan "menggarap" makam orang yang meninggal di hari istimewa itu akan muncul bau bangkai.
"Kemarin sempat bau didekat pemandian. Katanya ada yang bau tapi dicari tidak ketemu. Kepercayaan seperti itu masih sangat kuat di lingkungan saya. Infonya, katanya yang ambil bentuknya macan. Makanya segala antisipasi dilakukan seperti membuat pagar, intinya meminimalkan," jelasnya.
Cahyo menyebut, tradisi itu bukan hanya dilakukan oleh keluarganya saja.
Pasalnya, selama hidupnya, ia sudah beberapa kali menemui tradisi tunggu makam itu.
"Walaupun katanya mengambil itu juga tidak seperi orang menggali makam, tapi menggunakan ritual. Katanya seperti itu, nanti yang dibutuhkan keluar sendiri. Ada bagian dari jenazah, ada yang kainnya," pungkas dia.
(*)
Bangga! Wonogiri Juara Pertama Nasional Kepatuhan Penyelenggaraan Penilaian Publik dari Ombudsman |
![]() |
---|
Mobil Carry Terjun Bebas ke Rumah Warga di Wonogiri Disebut Janggal, Kades Bantah terkait Hal Mistis |
![]() |
---|
Kronologi Mobil Carry Terjun ke Rumah Warga Wonogiri Jateng, Sempat Mogok |
![]() |
---|
Insiden Mobil Carry Terjun Timpa Rumah Warga di Wonogiri, Kades Sebut Baru Pertama: Saya Heran |
![]() |
---|
Kejadian Mobil Carry Terjun Bebas ke Rumah Warga di Wonogiri Disebut Janggal, Bisa Lewati Pepohonan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.