Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Info Sukoharjo

Ada Budidaya Burung Tyto Alba di Sukoharjo, Ternyata untuk Basmi Hama Tikus di Persawahan

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo membentuk Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya atau dikenal dengan P4S.

TribunJateng.com
Ilustrasi Tyto Alba atau burung hantu 

Laporan Wartawan Tribunsolo.com, Anang Ma'ruf

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo memiliki cara sendiri untuk mengurangi hama pertanian sawah di wilayah Kabupaten Sukoharjo.

Cara yang digunakan yakni memanfaatkan pengembangan burung hantu sebagai predator alami hama tikus di lahan pertanian.

Pada tahun 2013 silam, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo membentuk Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya atau dikenal dengan P4S.

P4S ini dipusatkan di Kampung Klurahan, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo sebagi lokasi pemberdayaan Tyto Alba atau burung hantu.

Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) yang dimiliki oleh Pemkab Sukoharjo ini juga sering dikunjungi instansi atau lembaga Pemerintah dan kelompok tani.

Kampung Klurahan Sukoharjo Jateng Jadi Lokasi Budidaya Burung Hantu, Berawal Dari Keresahan Petani Soal Hama Tikus
Kampung Klurahan Sukoharjo Jateng Jadi Lokasi Budidaya Burung Hantu, Berawal Dari Keresahan Petani Soal Hama Tikus (TRIBUNSOLO.COM/Anang Ma'ruf)

Baca juga: Keren! Kampung di Sukoharjo Jadi Lokasi Budidaya Burung Hantu, Berawal dari Gangguan Hama Tikus 

Kelompok tani tersebut juga sering mengunjungi budidaya burung hantu untuk menyerap ilmu mengenai perkembangbiakan burung predator hama tikus itu.

Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Pertanian dan Perikanan Pemkab Sukoharjo dan Sri Wijiastuti menjelaskan di wilayah Kecamatan Sukoharjo ada sekitar 300-an Rumah Burung Hantu (Rubuha) yang tersebar di setiap desa maupun kelurahan.

"Tidak semua rubuha dalam kondisi bagus karena sudah berusia lebih dari lima tahun. Bila diasumsikan satu kecamatan memiliki 300 rubuha maka total jumlah rubuha di Sukoharjo diperkirakan sekitar 3.600 Rubuha," kata Tuti kepada TribunSolo.com, Jumat (2/8/2024).

Lebih lanjut Tuti menjelaskan, berkat keberhasilan melakukan karantina Tyto Alba ini, setidaknya ada peningkatan produksi padi.

Petani yang juga ingin belajar cara memelihara dan konservasi Tyto Alba bisa di kantor P4S.

"Mereka (Petani) ingin studi banding sekaligus mengadopsi cara pengembangbiakan Tyto Alba agar bisa diterapkan di daerah lain," kata dia.

Selain itu, kegiatan utama P4S Harmoni adalah di pengembangan dan pelestarian bentuk Tyto Albaa sejak tahun 2013.

Tuti bercerita, melihat kondisi permasalahan persawahan khususnya hama tikus, waktu itu memunculkan inisiatif untuk mengembangkan tempat penangkaran sederhana burung hantu.

Baca juga: Turun Langsung Kirim Air Bersih ke Warga Kamal Sukoharjo Jateng, Bupati Etik Janji Buat Sumur Dalam

Sebab, burung hantu ini adalah sahabat petani yang makanan utamanya adalah hama tikus dan dia sebagai predator sehingga kita harus kembangkan ini dan harus melestarikan.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved