Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen

Kisah Empu Balung dari Sragen Jateng, Pernah Temukan Fosil Tengkorak Manusia Purba Usai Mimpi

Empu lainnya, yakni Parmin (60) mengatakan ia bisa menemukan fosil dengan menggunakan ilmu titen atau dengan mengingat.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Hanang Yuwono
TribunSolo.com/Septiana Ayu Lestari
Para Empu Balung dari Desa Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen saat ditemui TribunSolo.com. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Desa Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, selain menjadi bagian penting dari situs Manusia Purba Sangiran, juga menyimpan kearifan lokal tak biasa.

Salah satunya datang dari cerita Empu Balung, yang dikenal sebagai penemu fosil terbanyak, sekaligus pelestari kawasan yang telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO ini.

Seorang Empu Balung, yakni Setu Wiryorejo (66) bercerita kepada TribunSolo.com, bahwa pernah menemukan fosil tengkorak manusia purba pada 16 Maret 2016 lalu.

Baca juga: Galian C di Cagar Budaya Situs Sangiran, Bupati Sragen Jateng Akan Menertibkan

Fosil tengkorak manusia purba itu ditemukan bukan dengan menggunakan metode penelitian.

Melainkan, ditemukan usai Mbah Setu mendapatkan petunjuk lewat mimpi.

Ya, bukan salah baca, begitulah Mbah Setu bisa menemukan temuan paling penting tersebut.

Mbah Setu menyebutkan dalam mimpinya itu, ia sedang pergi ke sebuah sendang atau sumber mata air.

Baca juga: Sosok Empu Balung dari Sragen Jateng: Penemu Fosil Terbanyak, Dianggap Guru Besar oleh Arkeolog 

Setelahnya, ia mandi di sendang tersebut, lalu aliran airnya menuju ke suatu tempat.

Dan di ujung aliran air itu, adalah tempat ia menemukan fosil tengkorak manusia purba.

"Saya ambil sendiri, di sungai ini (sungai purba di Desa Manyarejo), sungainya sudah buntu, dulu ada sumbernya, sekarang dialirkan ke sawah-sawah," ujarnya kepada TribunSolo.com.

"Ada impen, petunjuk dari mimpi, jadi jam 03.00 WIB diperlihatkan, disuruh ambil ke lokasi sana, pas didatangi ya ada, kalau tidak melalui mimpi, tidak mungkin dapat, memang dari dulu, kalau menemukan fosil (penting) lewat petunjuk mimpi," jelasnya.

Dan benar, saat didatangi Mbah Setu, memang benar ada fosil tengkorak manusia purba di situ. 

Baca juga: Kontes Keris Kamardikan, 90 Keris Dilombakan, Buatan Mahasiswa Hingga Empu Solo Sampai Bali

Menurutnya, fosil tengkorak tersebut sudah tidak utuh lagi, dimana rahangnya sudah tidak ada. 

Namun, bagian tempurung kepala, bagian mata, hidung, dan pipi masih utuh. 

Tak pikir panjang, Mbah Setu langsung menyerahkan temuan tersebut kepada Museum Sangiran.

Ia menambahkan, biasanya petunjuk dari mimpi itu datang, tiap kali Mbah Setu melakukan laku tertentu, seperti tidur larut malam, mengurangi makan, dan mengurangi konsumsi garam.

Jika laku itu dilakukan, biasanya Mbah Setu akan mendapatkan petunjuk penemuan fosil.

Baca juga: Temuan Aktivitas Galian C di Kawasan Cagar Budaya Situs Sangiran di Sragen Jateng, Langsung Ditindak

"Dari mimpi itu sudah tiga kali menemukan temuan penting, tengkorak itu, selain itu ada kepala banteng, dan kepala gajah," ujarnya.

"Kalau kepala gajah harus diangkat tiga gerobak roda 4, kalau nggak gitu, tidak kuat, ya yang memberi petunjuk dari yang tidak terlihat," sambungnya.

Di luar temuan lewat mimpi itu, Mbah Setu juga sering menemukan fosil lainnya, dengan skala yang lebih kecil.

Empu lainnya, yakni Parmin (60) mengatakan ia bisa menemukan fosil dengan menggunakan 'ilmu titen' atau dengan mengingat.

Baca juga: Gempa Megathtrust Ancam Sejumlah Wilayah Jawa Tengah, Ini Imbauan Pakar UGM untuk Masyarakat

Di mana, fosil akan lebih banyak ditemukan di suatu lokasi yang dikelilingi batuan padas berbentuk bulat.

"Saya ilmunya titen, kalau ada fosil atau tidak, sudah kelihatan, biasaya tanah bulat yang sudah mengerah jadi padas, kanan kirinya ada fosil," kata Parmin.

"Tapi, juga belum pasti, tapi kebanyakan ditemukan disitu, mungkin dulunya di sini laut, lalu diterjang ombak, setelah itu menghasilkan endapan, tulang-tulang geser kini, nanti nyelepit di kanan dan kiri padas," ucapnya.

Parmin pun juga bisa membedakan fosil tulang apa saja yang ditemukan, yang dilihat dari ukurannya.

"Kalau tulang panjang dan besar, lalu tebal itu pasti gading, yang lebih kecil lagi itu kijang, jadi seperti itu," pungkasnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved