Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pasang Surut Wayang Orang Sriwedari

Kisah Wayang Orang Sriwedari di Solo Jateng, dari Primadona Hingga Terpuruk Ditonton Bangku Kosong

Di umur yang menginjak 114 tahun, Wayang Orang Sriwedari di Solo, Jawa Tengah, mengalami pasang surut.

TribunSolo.com/Anggorosani Mahardika
Pementasan dan penampilan Wayang Orang Sriwedari di Solo, Jawa Tengah, Rabu (28/8/2024) 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Di umur yang menginjak 114 tahun, Wayang Orang Sriwedari di Solo, Jawa Tengah, mengalami pasang surut. 

Budayawan, ST Wiyono bercerita bagaimana kelompok seni ini menjadi primadona di tahun 1960-an hingga sempat terpuruk ditonton bangku kosong.

“Sewaktu saya kecil hampir setiap hari mendengar radio mengiklankan Wayang Orang Sriwedari suaranya Pak Rusman, Bu Darsi. Saya sudah kuliah di ASKI orang tua seusia ibu saya setiap bulan pasti nonton Wayang Orang Sriwedari. Pernah jadi primadona seni panggung. Tahun 1960-an ke atas,” tuturnya, kepada TribunSolo.com, Rabu (28/8/2024).

Legendaris Wayang Orang Sriwedari, Rusman Harjowibakso hingga Darsi Pudyorini sering bolak-balik dipanggil Presiden untuk menjamu tamu dari luar negeri dengan kemampuan mereka di atas panggung.

Tak heran jika kelompok lain seperti Ngesti Pandowo Semarang dan Bharata Jakarta mengkiblat ke Sriwedari.

“Bung Karno atau Pak Harto ada tamu dari luar negeri pasti Pak Rusman, Bu Darsi. Selebriti pada masanya. Menjadi semacam genre yang ditiru wayang di Ngesti Pandowo, Bharata pada waktu itu,” jelasnya.

Saat itu Wayang Orang Sriwedari juga tidak banyak memiliki saingan hiburan lain.

Baca juga: Jadwal Lakon Wayang Orang Sriwedari Juli 2024 di Solo Jateng, Cek Cara Nonton dan Harga Tiketnya

“Ketika itu alternatif tontonan baru sedikit. Lainnya barangkali hanya satu dua kali tarian, bioskop. Teater modern belum begitu masuk,” terangnya.

Kala itu para pemain memiliki penggemar fanatik masing-masing.

Tak jarang para penggemar mengirim makanan sebagai bentuk kecintaan kepada idola.

“Dulu namanya tokoh masing-masing punya fans yang sangat loyal. Tokoh gareng pun punya fans. Tiap pagi diantar nasi lauk pauk satu rantang. Dilempari jarik, duit,” ungkapnya.

Namun, semakin banyaknya alternatif tontonan mulai tahun 1980-an wayang orang perlahan ditinggalkan penggemar.

Hingga tahun 2000-an awal Wayang Orang Sriwedari terpuruk hingga hanya bangku kosong yang menonton pertunjukan.

“Tahun 1985 ke sini sampai 1990-1995 turun terus,” jelasnya.

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved