Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pasang Surut Wayang Orang Sriwedari

Kisah Ivan, Pemain Wayang Orang Sriwedari yang Konsisten Jadi Pemeran Bagong, Tiap Hari Disuruh Lucu

Eksistensi Wayang Orang Sriwedari tak lepas dari para pemainnya yang memiliki khas tersendiri dalam memerankan lakon.

TribunSolo.com/Anggorosani Mahardika
Ilustrasi pemain Wayang Orang Sriwedari saat berdandan dan bersiap untuk pementasan 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Eksistensi Wayang Orang Sriwedari tak lepas dari para pemainnya yang memiliki khas tersendiri dalam memerankan lakon.

Salah satunya Ivan ‘Bagong’ Jendro yang konsisten sejak bergabung hingga kini terus dipercaya memerankan tokoh Bagong.

“Awal mulanya tahun 2019 saya masuk sini itu saya hanya menjadi prajurit, buto, bolo kurowo. Setelah melihat lagi sutradara mencoba dijadikan bagong,” ungkapnya.

Ia sendiri sebenarnya tidak paham betul soal si bungsu Punakawan ini. Ia hanya berusaha meresapi karakter tokoh yang mirip dengan dirinya.

“Saya sebenarnya tidak tahu. Hanya tahunya bodoh lucu hanya ikut mas-masnya. Ternyata dari segi kebodohan saya di panggung menjadi keistimewaan sutradara. Dari tahun 2019 akhir sampai saat ini mbagong terus,” jelasnya.

Namun, membuat guyonan ternyata merupakan beban tersendiri. Apalagi saat ia menjadi tokoh utama dimana tiap adegan harus membuat penonton tertawa.

Baca juga: Tak Jelasnya Nasib Pemain Wayang Orang Sriwedari di Solo, Khawatir Gegara Honorer Segera Dihapus

Baca juga: Transformasi Wayang Orang Sriwedari, Dulu Hanya Tampil di Lingkup Keraton, Kini Jadi Hiburan Rakyat

“Tantangan paling berat tiap hari disuruh lucu. Capek. Paling berat saya merasakan kejenuhan. Pementasan Jumat malam menjadi tokoh Bagong Dadi Ratu. Istirahat cuma 1 adegan dari 7 adegan. Tiap adegan harus lucu,” ungkapnya.

Antusiasme penonton menjadi energi tersendiri. Ia pun sukses menyuguhkan gelak tawa dari awal sampai akhir pertunjukan.

“Antusias penonton luar biasa. Capek kaya apa kalau sudah di panggung membuat jokes penonton kecewa mengobati capeknya,” jelasnya.

Menjadi pemain wayang orang tak selamanya mendapat sambutan hangat. Ada pula penonton yang justru mengacaukan pertunjukan.

“Pernah satu peristiwa penonton rese. Saat goro-goro scene dagelan kita baru membawa satu kedua protes. Pernah sampai kita respon kalau tidak senang pulang,” tuturnya.

Apalagi mereka harus pentas tiap hari hampir tanpa jeda. Enam hari dalam sepekan terus-menerus sepanjang tahun.

“Kadang nggak ada latihan. Seumpama tokoh utama keluar adegan pertama tidak bisa latihan langsung ke panggung,” ungkapnya.

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved