Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pasang Surut Wayang Orang Sriwedari

Upaya Wayang Orang Sriwedari Digemari Anak Muda: Keluar dari Kebiasaan,Malah Kena Tegur Para Sesepuh

Sutradara Wayang Orang Sriwedari, Harsini bercerita bagaimana awal mereka berusaha membuat perubahan agar digemari anak muda.

TribunSolo.com/Anggorosani Mahardika
Pementasan dan penampilan Wayang Orang Sriwedari di Solo, Jawa Tengah, Rabu (28/8/2024) 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Sutradara Wayang Orang Sriwedari, Harsini bercerita bagaimana awal mereka berusaha membuat perubahan agar digemari anak muda.

Sekitar tahun 1990-an tak jarang ia yang masih muda kena tegur para sesepuh karena keluar dari kebiasaan.

“Dulu langsung ditegur sama yang sepuh. Namanya manah harus ada panahnya,” ungkapnya, kepada TribunSolo.com, Rabu (28/8/2024).

Ia dan para seniman muda lain baru mulai mendapat keleluasaan ketika para sesepuh mulai pensiun. Mereka pun melakukan banyak perubahan.

“Dari sekolah tidak harus diwujudkan. Sebagai lambang sudah cukup. Bertolak belakang dari yang dulu dengan sekarang. Dulu banyak sudah pensiun lebih punya kebebasan,” jelasnya.

Meski membuat perubahan, ia tetap mempertahankan pakem. Asal masih memegang teguh pakem, selebihnya bisa berkreasi.

Baca juga: Wedangan D’Jembuk di Solo Jateng Dikenai Pajak Rp12 Juta Per Bulan, Begini Respons Konsumen

Baca juga: Curhat Pemain Wayang Orang Sriwedari Tak Layaknya Fasilitas Gedung : Panggung Panas Seperti Sauna

“Kalau untuk itu perubahan itu boleh asal tidak meninggalkan pakem atau aturannya. Di dalam wayang ada aturan-aturannya itu. Dan itu bisa diterima oleh masyarakat,” tuturnya.

Salah satunya pathet atau semacam harmoni dalam gamelan yang tetap dimainkan dengan pola yang sama.

“Kalau untuk wayang ada pathet. Pertama pathet enem, slendro songo, menyuro, baru pelog barang. Kalau wayang tidak meninggalkan pathet ini tidak masalah,” jelasnya.

Sedangkan mengenai cerita, tiap sutradara bisa menginterpretasikan kembali sesuai dengan semangat jamannya.

“Dikembangkan tidak diubah. Misalnya Buto matinya dengan Janaka. Karena Janaka pergi bersama Punakawan yang membunuh Punakawan ya tidak masalah,” tuturnya.

Inilah yang membuat kini Wayang Orang Sriwedari digandrungi anak muda. Sekarang di hari biasa penonton mencapai 170 orang. Sedangkan di hari Sabtu bisa mencapai 500 orang.

“Karena perubahan ini ceritanya juga berubah penonton semakin asyik menikmati menjadi berkembang menjadi banyak,” jelasnya.

 

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved