Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pasang Surut Wayang Orang Sriwedari

Curhat Pemain Wayang Orang Sriwedari Tak Layaknya Fasilitas Gedung : Panggung Panas Seperti Sauna

Fasilitas Gedung Wayang Orang Sriwedari jauh dari kata layak. Begitulah keluhan dari para pemain yang pentas di sana.

TribunSolo.com/Anggorosani Mahardika
Pementasan dan penampilan Wayang Orang Sriwedari di Solo, Jawa Tengah, Rabu (28/8/2024) 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Fasilitas Gedung Wayang Orang Sriwedari jauh dari kata layak.

Salah satu pemain Ivan ‘Bagong’ Jendro mengungkapkan bagaimana audio tak bisa terdengar hingga ke kursi paling belakang.

Mereka hanya memakai microphone yang digantung di atas panggung. Dialog para pemain tak semua bisa terdengar jelas.

“Penonton rata-rata 150 penonton. Ada 30 deret dikali 20 kursi. Atas balkon 80-an kursi. Sedangkan untuk audio dari deret 12 sudah sulit. Kita tidak pakai clip on. Masak Arjuna teriak-teriak. Atau Shinta, Sembadra,” tuturnya.

Apalagi jika pementasan wayang orang berbarengan dengan event pasar rakyat. Gedung yang tidak kedap suara membuat kebisingan pasar malam mengganggu pertunjukan.

“Gedung pertunjukan dindingnya kaca. Apakah itu standar gedung pertunjukan. Dinding kaca di luar ada sekaten yang terdengar bukan gamelan tapi sekatennya. Saya pernah di luar pasar rakyat kora-kora, bianglala, tong setan, dangdut,” jelasnya.

Baca juga: Kisah Ivan, Pemain Wayang Orang Sriwedari yang Konsisten Jadi Pemeran Bagong, Tiap Hari Disuruh Lucu

Baca juga: Tak Jelasnya Nasib Pemain Wayang Orang Sriwedari di Solo, Khawatir Gegara Honorer Segera Dihapus

Saking kesalnya, ia justru memasukkan gangguan-gangguan tersebut ke dalam cerita. Alih-alih mengikuti iringan gamelan, ia justru berjoged mengikuti suara musik dangdut yang sedang pentas.

“Joged ikut iringan di luar. Lebih nyaring sana dari pada sini,” ungkapnya.

Selain itu saat cuaca panas pemain wayang orang harus rela disiksa di atas panggung. Penerangan dengan bohlam membuat suhu di atas panggung cukup tinggi.

“Saat panas main wayang sama mencangkul sama keringatannya. Lampu panggung pakai bohlam. Di panggung kaya di sauna,” ungkapnya.

Beberapa pengrawit bahkan tak punya ruangan tersendiri untuk ganti baju. Mereka pun rela berganti baju di parkiran motor.

“Sama kalau boleh nambah ruangan untuk karawitan. Bajunya di jok motor, ganti baju di parkiran,” jelasnya.

 

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved