Kuliner Solo
3 Kuliner Unik di Solo yang Patut Dicoba, Dari Selat Hingga Mie Ayam Pocong
Bisa dicoba, sejumlah makanan atau kuliner yang ada di Kota Solo yang memiliki nama unik hingga nyeremin tapi untuk cita rasa bisa bikin nagih.
Penulis: Tribun Network | Editor: Andreas Chris Febrianto
TRIBUNSOLO.COM - Kota Solo memang terkenal sebagai surganya kuliner. Bahkan di setiap sudut jalan baik dari pagi hari hingga tengah malam, ada saja jajanan yang bisa diicip-icip.
Dikenal sebagai kota kuliner, Solo juga bisa jadi destinasi bagi pecinta icip-icip untuk bisa menyantap makanan maupun minuman dengan nama maupun bentuk unik.
Tetapi untuk rasa makanan atau minumannya pun juga tak bisa dianggap enteng karena bisa menggoyang lidah penikmatnya.
Berikut 3 kuliner unik yang bisa bikin merinding sampai ketagihan:
1. Es Jagung, Minuman yang Bikin Kenyang
Di sudut jalan Pakel, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Solo terdapat salah satu kuliner unik yakni Es Jagung.
Bila biasanya Jagung dipakai sebagai bahan dasar makanan, namun di tangan Selin (27) wanita asal Solo tumbuhan dari kategori biji-bijian tersebut justru jadi bahan baku minuman.
Menariknya Es Jagung buatan Selin dijual dengan banyak varian topping menggugah selera dan dibandrol dengan harga yang murah meriah.
Es Jagung Original dihargai Rp 5.000, sementara Es Jagung Alpukat dijual dengan harga Rp 7.000, sementara Es Jagung Durian dibandrol dengan harga Rp 10.000.
Ide usaha yang dibuka oleh Selin bermula dari video viral di media sosial TikTok yang kemudian ia modifikasi agar sesuai lidah orang-orang Solo.
"Awalnya saya melihat video viral di Tiktok, terus saya tertarik untuk membuatnya sendiri di rumah," kata Selin.
"Awalnya bikin kok begini rasanya. Tapi setelah saya campur dengan sejumlah bahan lainnya akhirnya jadi resep seperti ini," sambungnya.
Tapi jangan sampai kecele, Es Jagung dijajakan oleh Selin hanya dari pukul 10.00 WIB hingga 16.00 WIB saja tiap harinya.
2. Selat Solo
Kata Selat secara harafiah merupakan sebuah sekat yang memisahkan antar pulau. Namun di tangan orang Solo, Selat justru bisa disulap menjadi kuliner enak nan bikin ketagihan.
Ya, Selat Solo memang dikenal sebagai salah satu kuliner khas yang tak boleh terlewatkan bagi wisatawan bila tengah jalan-jalan di Kota Bengawan.
Menurut sejarawan Kota Solo, Heri Priyatmoko, bahwasanya Selat Solo adalah makanan khas asal Solo yang terinspirasi dari makanan khas Eropa khususnya Belanda.
Kata selat diambil dari Bahasa Belanda slatchje yang berarti hasi penyembelihan daging dan dibuat mengecil. Akan tetapi saat makanan asal Belanda tersebut tiba di tanah air, masyarakat Kota Solo kesulitan dalam mengeja kata slachtje.
Secara historis makanan ini terlahir saat Benteng Vastenburg yang berada tepat di depan gapura keraton dibangun. Saat bangunan tersebut hadir, kedua belah pihak antara Keraton Solo dan Kolonial Belanda sering mengadakan pertemuan.
Namun disela pertemuan saat jamuan makan, sering terjadi masalah yaitu pihak Kolonial Belanda yang menyukai hidangan berbahan daging dan pihak keraton sangat terbiasa memakan sajian berbahan sayur.
Bagi pecinta 'keplek ilat' atau kuliner, mencari atau membeli makanan khas kota Solo ini cukup mudah karena ada banyak warung Selat yang bisa dijumpai di berbagai lokasi di setiap sudut kota.
Bahkan sejumlah warung Selat Solo pun juga cukup terkenal, sebut saja seperti Selat Mbak Lies yang berada di Jl. Yudhistira No.9, Serengan, Kec. Serengan, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57155.
Mendengar nama pocong mungkin bisa membuat kita merinding. Namun tidak untuk warga kota Solo, bahkan ada salah satu warung mie ayam yang memiliki julukan mie ayam pocong.
Ya warung mie ayam 'Tugu Lilin' yang berada di jalan Joko Tingkir, Kelurahan Pajang, Kota Solo ini mungkin nampak biasa.
Memiliki nama mie ayam 'tugu lilin', tetapi tak sedikit masyarakat yang juga menyebut makanan berbahan dasar mie dan potongan kecil daging ayam ini sebagai mie pocong.
Untuk cita rasanya sendiri tak seseram julukannya. mie ayam dijajakan oleh Hadi (60) bahkan merupakan mie ayam khas solo yang memiliki cita rasa manis gurih.
Sugeng Riyadi (40) karyawan yang juga keponakan Hadi awalnya karena gosip yang disebutnya dari pesaing bisnis hingga muncul julukan mie ayam pocong pada bisnis yang dibangun oleh pamannya tersebut.
Bahkan Hadi digosipkan memiliki penglaris untuk usaha Mie Ayamnya. Meski tahu gosip miring itu digunakan untuk menghancurkan bisnisnya, Hadi justru punya ide menarik.
"Tahun 2000-an mulai muncul nama mie ayam pocong, lalu kita jadikan strategi marketing sekalian," kata Sugeng saat ditemui TribunSolo.com, Rabu (3/5/2023).
(*)
5 Rekomendasi Tempat Makan Siang di Dekat Edutorium UMS Solo, Ada Prasmanan hingga Bebek Goreng |
![]() |
---|
Sejarah Songgo Buwono, Kudapan yang Kerap Disajikan Acara Pernikahan di Solo dan Sekitarnya |
![]() |
---|
5 Rekomendasi Bakso dan Mie Ayam Enak di Wonogiri, Bisa Jadi Pilihan untuk Buka Puasa |
![]() |
---|
5 Rekomendasi Nasi Goreng Enak dan Legendaris di Solo Raya, Bisa Jadi Pilihan untuk Buka Puasa |
![]() |
---|
5 Rekomendasi Tempat Makan Tongseng Enak di Solo Jateng, Jokowi Biasanya Beli di Warung Ini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.