Mbok Yem Sakit

Profil Mbok Yem, Pemilik Warung Legendaris di Gunung Lawu, Kini Sedang Sakit dan Dirawat di RS

Bahkan Warung Mbok Yem ini sering diliput YouTuber, wartawan, hingga konten kreator pendaki gunung karena keistimewaannya.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Warung Mbok Yem di Puncak Gunung Lawu, Jawa, disebut-sebut sebagai warung paling tinggi di Indonesia.

Banyak pendaki Gunung Lawu yang tertolong dengan adanya warung tersebut.

Bahkan Warung Mbok Yem ini sering diliput YouTuber, wartawan, hingga konten kreator pendaki gunung karena keistimewaannya.

Baca juga: Ingin Segera Sembuh, Mbok Yem Mau Jualan Lagi di Puncak Gunung Lawu Layani Pendaki

Kini Warung Mbok Yem tidak lagi dijaga sang empunya.

Lantaran Mbok Yem sedang sakit, kini warung makannya itu dijaga oleh kedua putranya.

Mereka Muis dan Jarwo.

Anak Mbok Yem ini berasal dari Kediri dan Kecamatan Maospati.

Muis dan Jarwo sudah lama menjaga warung Mbok Yem di Gunung Lawu.

Baca juga: Pengakuan Mbok Yem, Pemilik Warung Legendaris di Puncak Lawu Opname di RS, Berawal Sakit Gigi

“Kalau Simbok turun, memang dua orang itu yang berjualan di warung. Seperti ini Simbok sakit, mereka ya berjualan,” kata dia.

Diketahui, Mbok Yem sedang dirawat di RSU Aisyiyah.

Meskipun sedang dirawat karena sakit, namun, dia tetap memikirkan warungnya. 

Warung Mbok Yem di puncak Gunung Lawu masih buka meskipun Mbok Yem kini dirawat di rumah sakit. 

Sehingga para pendaki yang bakal mendaki ke Gunung Lawu tak perlu khawatir masih bisa mengisi perut jika kelaparan di puncak Lawu.

Warung Mbok Yem di Puncak Gunung Lawu.
WARUNG MBOK YEM - Warung Mbok Yem di Puncak Gunung Lawu beberapa tahun lalu. Kini Mbok Yem sang pemilik warung sedang sakit. (Surya/Eko Darmoko)

Termasuk untuk istirahat melepas lelah di warung Mbok Yem yang legendaris tersebut.

Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Saelan, anak kedua Mbok Yem, yang menjaganya di rumah sakit.

“Masih buka, ada Muis sama Jarwo yang ada di warung,” ujarnya di RSU Aisyiyah, Jumat (7/3/2025).

Saelan mengatakan bahwa kedua orang asal Kediri dan Kecamatan Maospati itu sudah cukup lama membantu Mbok Yem berjualan.

“Kalau Simbok turun, memang dua orang itu yang berjualan di warung. Seperti ini Simbok sakit, mereka ya berjualan,” katanya.

Selama menjaga warung, Mbok Yem mengaku kerap memaksakan diri meski sedang sakit.

Baca juga: Bacaan Doa Setelah Shalat Tarawih dan Witir, Memohon Perlindungan Serta Banyak Keutamaan Lain

Ia tetap membuatkan telur goreng bagi pendaki yang sampai di puncak malam hari.

Bahkan, pukul 02.00 malam pun Mbok Yem tetap menyiapkan makanan jika ada yang singgah di warungnya.

“Kemarin itu sakit gigi, enggak bisa tidur. Kadang sampai jam 12 malam enggak tidur. Jam 2 malam itu masih goreng telur karena ada pendaki yang lapar," ucap Mbok Yem.

"Kalau capek baru tertidur," lanjutnya.

Profil Mbok Yem

Mbok Yem yang memiliki nama asli Wakiyem, bukan merupakan sosok asing bagi pendaki Gunung Lawu.

Ia adalah pemilik warung yang berlokasi di Gunung Lawu, tepatnya di ketinggian 3.150 mdpl.

 Mbok Yem diketahui sudah berjualan makanan di puncak Gunung Lawu sejak 1980.

DIRAWAT DI RS. Mbok Yem pemilik warung legendaris di Puncak Gunung Lawu. Dia yang dikabarkan sakit kini mulai membaik kesehatannya setelah dirawat di RSI Aisyiyah Kabupaten Ponorogo.
DIRAWAT DI RS. Mbok Yem pemilik warung legendaris di Puncak Gunung Lawu. Dia yang dikabarkan sakit kini mulai membaik kesehatannya setelah dirawat di RSI Aisyiyah Kabupaten Ponorogo. (KOMPAS.COM/SUKOCO)

Dulu, Mbok Yem berjualan bersama sang suami. Keduanya akan turun gunung untuk pulang ke rumah setiap warung tutup.

Tetapi, setelah sang suami meninggal, Mbok Yem memilih menetap di warungnya dekat puncak Lawu, Hargo Dumilah.

Dalam wawancara bersama Kompas.com pada 5 Juli 2018, Mbok Yem mengaku masih akan terus berjualan di Gunung Lawu selama fisiknya masih kuat.

Baca juga: Kronologi Kebakaran di Pabrik Plastik Mojosongo Solo, Bermula Pekerja Bersih-bersih dengan Dibakar

"Selama saya masih kuat untuk bekerja di sini, saya akan tetap bekerja," kata Mbok Yem kala itu, menggunakan bahasa Jawa.

Selain itu, untuk stok dagangan, Mbok Yem tinggal menunggu kiriman.

"Untuk stok dagangan, saya juga dibantu orang lain. Jadi, ada orang yang antar barang ke sini tiga kali dalam seminggu," ungkap Mbok Yem.

Ia mengatakan, warungnya paling ramai pada 17 Agustus dan bulon Suro.

Sebab, saat itu, Gunung Lawu dipadati pendaki sehingga warungnya kebanjiran pembeli.

Diketahui, Mbok Yem hanya turun gunung pulang ke rumah saat Lebaran atau ada acara keluarga.

Di usianya yang tak lagi muda, Mbok Yem harus ditandu setiap naik maupun turun Gunung Lawu.

(*)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved