Bisnis Sepeda Redup Setelah Pandemi
Tren Sepeda Berangsur Menghilang di Solo, Rawan Pencurian Buat Orang Enggan Jadikan Transportasi
Meningkatnya penggemar sepeda sejak pandemi covid-19 ternyata tak serta merta mereka menggunakannya sebagai transportasi untuk kegiatan sehari-hari.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Meningkatnya penggemar sepeda sejak pandemi covid-19 ternyata tak serta merta mereka menggunakannya sebagai transportasi untuk kegiatan sehari-hari.
Hingga kini mereka lebih menggunakannya sebagai sarana hobi olahraga ketimbang berkendara untuk bekerja atau berangkat sekolah.
Koordinator Komunitas M-610 Damar Aryo Prasetyo menjelaskan rawannya pencurian sepeda membuat banyak orang enggan menggunakan sepeda sebagai alat transportasi.
“Untuk keamanannya mikir. Kita parkir was-was juga. Bikin sepedanya pakai part yang mahal. Kita parkir ada part yang hilang kita mikir. Kita was-was,” ungkapnya.

Apalagi tiap suku cadang sepeda memiliki nilai yang tinggi jika dijual kembali.
Bahkan beberapa bagian bisa dengan mudah dilepas tanpa menggunakan alat khusus.
“Sepeda balap sport equipment harganya ada juga yang 5 juta. Sepeda yang mahal 100 juta ada,” jelasnya.
Bahkan jika dikunci di tempat parkir pun tak menjamin bagian sepeda tak raib digondol maling.
“Ada part yang quick release. Sengaja ketika balapan langsung ganti. Frame digembok roda depan belakang hilang pusing juga. Itu bisa Rp 30 juta,” tuturnya.
Baca juga: Faktor Lain Menghilangnya Tren Bersepeda di Solo : Ruang Publik yang Kurang Dukung Sport Tourism
Ada pula yang menggunakan modus operandi menukar dengan sepeda bootleg. Padahal selisihnya bisa puluhan juta.
“Parkir ada yang njejerin kw-nya. Yang bawa sepeda kw balik duluan bawa yang asli,” jelasnya.
Sebagai penggemar sepeda road bike ia sering touring ratusan kilometer. Ia pun selalu berusaha membuat sepedanya tak lepas dari pandangan meski sekadar beli minuman di minimarket.
“Kita parkir mengawasi sendiri. Sepedaan jauh mampir di minimarket ngambil minum sambil ngelihatin,” ungkapnya.
(*)
Tren Sepeda Hingga Lari di Anak Muda Hanya FOMO? Sosiolog : Lebih Baik Ketimbang Tren Mukbang |
![]() |
---|
Bukan Hanya Penjual Sepeda, Teknisi di Solo Ikut Banjir Rezeki saat Pandemi Covid-19, Kerap Lembur |
![]() |
---|
Tren Sepeda Booming saat Pandemi, Kini Jenis Lain Menghilang, Tapi Road Bike Masih Digemari di Solo |
![]() |
---|
Kisah Larisnya Sepeda Federal di Solo, Penjual Singgung Faktor Customer Ingin Nostalgia Masa Kecil |
![]() |
---|
Sepeda Federal Jadi Incaran di Solo Sewaktu Pandemi Covid-19, Sehari Bisa Cuan Hingga Rp70 Juta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.