Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Bisnis Sepeda Redup Setelah Pandemi

Tren Sepeda Berangsur Menghilang di Solo, Rawan Pencurian Buat Orang Enggan Jadikan Transportasi

Meningkatnya penggemar sepeda sejak pandemi covid-19 ternyata tak serta merta mereka menggunakannya sebagai transportasi untuk kegiatan sehari-hari.

|
Tribunnews.com/Herudin
SEPEDA ROAD BIKE. Pesepeda road bike melintas di jalur khusus sepeda di Jalan Sudirman Jakarta, Sabtu (5/6/2021) lalu. Sepeda jenis road bike masih banyak dinikmati meski masa pandemi Covid-19 sudah lewat. Diketahui, banyak penggemar sepeda mengalihkan hobinya selepas pandemi berlalu, padahal saat pandemi sepeda sempat booming. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Meningkatnya penggemar sepeda sejak pandemi covid-19 ternyata tak serta merta mereka menggunakannya sebagai transportasi untuk kegiatan sehari-hari.

Hingga kini mereka lebih menggunakannya sebagai sarana hobi olahraga ketimbang berkendara untuk bekerja atau berangkat sekolah.

Koordinator Komunitas M-610 Damar Aryo Prasetyo menjelaskan rawannya pencurian sepeda membuat banyak orang enggan menggunakan sepeda sebagai alat transportasi.

“Untuk keamanannya mikir. Kita parkir was-was juga. Bikin sepedanya pakai part yang mahal. Kita parkir ada part yang hilang kita mikir. Kita was-was,” ungkapnya.

BERSEPEDA SAAT PANDEMI. Komunitas Brompton Riders Bekasi (Broder) saat bersepeda di Kota Bekasi, Jawa Barat, Minggu (5/7/2020) lalu. Saat pandemi Covid-19 lalu, harga sepeda Brompton bisa naik hingga empat kali lipat di Kota Solo, Jawa Tengah. (Foto arsip Tribunnews.com, 5 Juli 2020).
BERSEPEDA SAAT PANDEMI. Komunitas Brompton Riders Bekasi (Broder) saat bersepeda di Kota Bekasi, Jawa Barat, Minggu (5/7/2020) lalu. Saat pandemi Covid-19 lalu, harga sepeda Brompton bisa naik hingga empat kali lipat di Kota Solo, Jawa Tengah. (Foto arsip Tribunnews.com, 5 Juli 2020). (Tribunnews.com/Irwan Rismawan)

Apalagi tiap suku cadang sepeda memiliki nilai yang tinggi jika dijual kembali.

Bahkan beberapa bagian bisa dengan mudah dilepas tanpa menggunakan alat khusus.

“Sepeda balap sport equipment harganya ada juga yang 5 juta. Sepeda yang mahal 100 juta ada,” jelasnya.

Bahkan jika dikunci di tempat parkir pun tak menjamin bagian sepeda tak raib digondol maling.

“Ada part yang quick release. Sengaja ketika balapan langsung ganti. Frame digembok roda depan belakang hilang pusing juga. Itu bisa Rp 30 juta,” tuturnya.

Baca juga: Faktor Lain Menghilangnya Tren Bersepeda di Solo : Ruang Publik yang Kurang Dukung Sport Tourism

Ada pula yang menggunakan modus operandi menukar dengan sepeda bootleg. Padahal selisihnya bisa puluhan juta.

“Parkir ada yang njejerin kw-nya. Yang bawa sepeda kw balik duluan bawa yang asli,” jelasnya.

Sebagai penggemar sepeda road bike ia sering touring ratusan kilometer. Ia pun selalu berusaha membuat sepedanya tak lepas dari pandangan meski sekadar beli minuman di minimarket.

“Kita parkir mengawasi sendiri. Sepedaan jauh mampir di minimarket ngambil minum sambil ngelihatin,” ungkapnya.

(*)

 

 

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved