Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Solo

Sejarah Terminal Tirtonadi Solo, Namanya Diabadikan dalam Lagu Didi Kempot dan Gesang

Terminal Tirtonadi Solo, yang kini dikenal sebagai salah satu pusat transportasi utama di kota ini, memiliki sejarah yang panjang dan menarik.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM
POTRET TERMINAL TIRTONADI - Pintu masuk lobi Terminal Tirtonadi, Solo, Jumat (8/6/2018) siang. Beginilah sejarah Terminal Tirtonadi yang namanya abadi lewat lagu Didi Kempot dan Gesang. 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Terminal Tirtonadi adalah salah satu tempat ikonik di Kota Solo.

Terminal Tirtonadi juga diabadikan dalam sebuah lagu oleh maestro campursari, Didi Kempot.

Saat ini, Terminal Tirtonadi menjadi terminal bus tipe A terbesar di Kota Solo.

Baca juga: Sejarah Angkringan atau Wedangan, Bukan dari Solo dan Jogja, Pencetusnya Justru Orang Klaten

Terminal ini terletak di Kecamatan Banjarsari dan beroperasi 24 jam karena merupakan jalur antara yang menghubungkan angkutan bus dari arah timur (Jawa Timur) dan angkutan bus dari arah barat (Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta).

Sejarah Terminal Tirtonadi Solo

Nah tahukan Tribuners, Terminal Tirtonadi Solo, yang kini dikenal sebagai salah satu pusat transportasi utama di kota ini, memiliki sejarah yang panjang dan menarik.

Terletak di Jl. Ahmad Yani, terminal ini pertama kali beroperasi pada 18 Juli 1976.

Seiring berjalannya waktu, Terminal Tirtonadi menjadi saksi bisu perkembangan kota Solo dan peningkatan kebutuhan transportasi di Jawa Tengah.

Suasana di Terminal Tirtonadi jelang lebaran 2024.
INTERIOR TERMIMAL TIRTONADI - Suasana di Terminal Tirtonadi jelang lebaran 2024. (TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin)

Awal Mula Berdirinya Terminal Tirtonadi

Sebelum Terminal Tirtonadi berdiri, Solo memiliki terminal yang bernama Stasiun Bus atau Stanplat Hardjodaksino yang terletak di Gemblegan

 Namun, stanplat ini sangat terbatas, hanya cukup untuk menampung 10-12 unit bus.

Selain itu, lahan yang sempit juga harus dibagi untuk ruang kantor dan ruang tunggu penumpang.

Pintu masuk dan keluar hanya ada satu, sementara jumlah bus yang melayani rute antarkota dalam provinsi (AKDP) masih terbatas, seperti Solo-Semarang dan Solo-Pekalongan.

Baca juga: Sejarah Selat Viens Kuliner Ikonik Kota Solo, Dulu Restoran Tradisional, Kini Buka Banyak Outlet

Bus antarkota antarprovinsi (AKAP) juga masih sangat sedikit, sementara jumlah penumpang terus meningkat.

Kondisi ini tentu menjadi masalah bagi kelancaran operasional terminal dan kenyamanan penumpang.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Medium

    Large

    Larger

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved