Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Oleh oleh Khas Wonogiri

Tak Cuma Khas Madiun, Brem Ternyata juga Camilan Khas Wonogiri, Ini Perbedaannya

Ada perbedaan yang mencolok antara brem Nguntoronadi Wonogiri dan brem dari daerah lain, seperti brem Madiun. 

Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
Shopee
KULINER WONOGIRI - Foto Brem Asli Wonogiri merek Mekar Sari yang dijual di Shopee, dengan harga Rp 7 ribu per bungkus. 

TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Brem yang terbuat dari sari tape, dikenal sebagai makanan/camilan khas Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Namun di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah brem juga menjadi camilan khas daerah ini.

Sejarah brem di Wonogiri, dimulai dari Dusun Tenggar, Desa Gebang, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri. 

Sejak zaman nenek moyang, masyarakat di daerah ini mulai mengenal brem sebagai makanan yang dibuat saat musim kemarau, ketika waktu luang di tengah kesibukan bertani dapat dimanfaatkan untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat.

Baca juga: Kisah Jumiran Warga Caruban yang Jualan Pistol Mainan dari Bambu di Sragen, Dulu Pernah Jualan Brem

Mayoritas penduduk Dusun Tenggar adalah petani yang menggantungkan hidupnya pada hasil pertanian.

 Namun, saat musim kemarau datang, mereka sering kali terhambat dalam menjalankan aktivitas bertani.

Pada masa itulah, masyarakat setempat memanfaatkan waktu luang untuk menciptakan brem, sebuah makanan yang terbuat dari ketan yang difermentasi menjadi tape, kemudian dimasak kembali hingga terbentuk adonan yang dapat dikeringkan.

roses pembuatan brem zaman dahulu dilakukan dengan cara tradisional, menggunakan alat yang terbuat dari kawat berbentuk lingkaran yang digabungkan dengan kayu sebagai pegangan.

Seiring berjalannya waktu, pembuatan brem pun semakin modern dengan menggunakan triplek yang dilubangi di sisi-sisinya untuk mencetak adonan.

Baca juga: Kasus Pencabulan Anak di Wonogiri Terus Berulang, Bupati Setyo Sukarno Akui Masih Jadi PR

Proses Pembuatan Brem

Proses pembuatan brem diawali dengan ketan yang dimasak menjadi tape.

 Tape yang sudah jadi akan diambil menggunakan bagor (wadah padi) dan diperas untuk mengambil sarinya.

Sari tape yang dihasilkan kemudian dimasak lagi hingga mendidih, hingga cairannya mengental. Cairan yang mengental ini kemudian diaduk menggunakan kayu sampai teksturnya mengeras.

Setelah adonan selesai, brem dicetak dalam bentuk lingkaran menggunakan kawat dan diletakkan di atas daun pisang. Langkah selanjutnya adalah mengeringkan brem di bawah sinar matahari.

Setelah kering, brem siap untuk dikemas dan dimakan. Dulunya, brem hanya bisa dinikmati saat musim kemarau, namun kini sudah bisa dinikmati kapan saja.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved