Kisah Hidup Tokoh Legendaris
Kisah Prof Dr R Soeharso yang Dibadikan jadi Nama RS dan Jalan di Solo, Pelopor Medis dari Ampel
Prof. Dr. R. Soeharso dikenal sebagai pelopor rehabilitasi medis dan ortopedi di Indonesia, serta tokoh penting dalam sejarah kesehatan nasional.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Semasa kuliah, ia membentuk organisasi kebudayaan bernama Siwa Matayo, bukan organisasi politik.
Dedikasinya pada ilmu kedokteran membawanya menjadi dokter bedah dan mengawali karier profesionalnya sebagai asisten bedah di CBZ (RSUP) Surabaya pada 1939.
Baca juga: Kisah Raden Mas Said, Mangkunegara I yang Diabadikan jadi Nama Kampus, Jalan, dan Klub Bola di Solo
Kariernya sempat mengalami hambatan saat ia berselisih dengan seorang suster Belanda, yang menyebabkan pemindahannya ke Sambas, Kalimantan Barat pada 1941.
Ketika Jepang mulai menduduki Indonesia, Soeharso dan istrinya melarikan diri ke Solo, lalu kembali ke kampung halaman di Boyolali.
Pada masa ini, Soeharso terlibat dalam revolusi kemerdekaan.
Ia turut mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Solo tahun 1945, dan memimpin unit medis darurat Mobiele Colone, yang membantu pejuang di medan perang Ambarawa dan Maranggan.
Pelopor Rehabilitasi Medis di Indonesia
Tahun 1944 menandai awal kariernya di RSU Surakarta sebagai asisten dan kemudian kepala bagian bedah.
Pada 1950, ia diangkat menjadi Pemimpin Umum Usaha Prothese oleh Kementerian Kesehatan.
Inilah cikal bakal pengembangan pusat rehabilitasi bagi penyandang disabilitas fisik di Indonesia.
Baca juga: Kisah Oen Boen Ing, Dokter Dermawan yang Namanya Diabadikan jadi Rumah Sakit di Solo dan Sukoharjo
Puncak kontribusinya terlihat pada 1951, saat ia mendirikan Rehabilitasi Centrum Penderita Cacat Tubuh di Surakarta.
Langkah ini menjadikannya pionir dalam perawatan pasien amputasi, paraplegia, dan skoliose.
Selain itu, ia mendirikan berbagai lembaga pendukung, seperti:
- Rumah Sakit Orthopaedie Solo (1953)
- Yayasan Pemeliharaan Anak-anak Cacat
- Sekolah Pengatur Rawat Fisioterapi (1954), yang menjadi Akademi Fisioterapi pada 1964
- Yayasan Balai Penumpangan Penderita Paraplegia (1967)
- Yayasan Dana Skoliosis Risser (1968)
Semua lembaga ini menjadi pionir dalam layanan rehabilitasi medis yang modern dan holistik, tidak hanya di Indonesia, tapi juga dikenal hingga Asia Tenggara.
Prof. Dr. R. Soeharso meninggal dunia pada 27 Februari 1971 di rumahnya di Solo, pada usia 59 tahun.
Meskipun telah tiada, warisan perjuangannya dalam dunia kedokteran dan rehabilitasi masih sangat terasa hingga kini.
Namanya diabadikan menjadi nama jalan, rumah sakit, hingga pusat rehabilitasi ternama di berbagai kota di Indonesia.
(*)
Mengenal Siti Walidah, Tokoh Perempuan yang Diabadikan jadi Nama Gedung Induk di UMS Sukoharjo |
![]() |
---|
Kisah Arifin, Pemuda Pemberani yang Namanya Diabadikan jadi Nama Jalan di Solo Jateng |
![]() |
---|
Kisah Drs Yap Tjwan Bing yang Diabadikan jadi Nama Jalan di Solo, Tokoh Nasional Keturunan Tionghoa |
![]() |
---|
Kisah Dokter Moewardi, Dijuluki Dokter Gembel karena Kesederhanaannya, Diabadikan jadi Nama RS Solo |
![]() |
---|
Kisah R Maladi, Tokoh Solo Perintis TVRI dan RRI, Sempat Diabadikan jadi Nama Stadion di Sriwedari |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.