Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Sukoharjo

Asal-usul Nama Mayang yang Kini Jadi Desa di Sukoharjo, Ada Kisah Terkenal Tumenggung Mayang

Mayang termasuk salah satu kawasan ramai di Sukoharjo, karena berbatasan dengan Kartasura di sebelah utara dan Baki di sebelah timur dan selatan.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TribunSolo.com/ Anang Ma'ruf
BAKAL DILEBARKAN - Jalan Mayang, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Sabtu (3/5/2025). Inilah sejarah Desa Mayang yang erat kaitannya dengan Tumenggung Mayang dan Joko Pabelan. 

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Mayang adalah desa di kecamatan Gatak, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia.

Mayang termasuk salah satu kawasan ramai di Sukoharjo, karena berbatasan dengan Kartasura di sebelah utara dan Baki di sebelah timur dan selatan.

Mayang juga berbatasan dengan Desa Trangsan di sebelah barat.

Baca juga: Asal-usul Nama Sangkrah yang Kini Jadi Kecamatan di Solo, Ada Legenda Jenazah Kyai Bathang

Asal-usul Desa Mayang

Penamaan Desa Mayang erat kaitannya dengan pohon jambe (pinang), tanaman yang sangat penting dalam kehidupan kraton karena buahnya digunakan sebagai bahan menginang.

Sultan Hadiwijoyo, raja Kerajaan Pajang, mengutus abdi kraton untuk mencari bunga jambe terbaik.

Ketika ditemukan, bunga tersebut dikenal dengan nama mayang.

Karena kualitas bunga dan buahnya sangat baik, sang Sultan mengangkat seorang abdi setia sebagai Tumenggung dengan gelar Tumenggung Mayang.

Ia diberi tugas khusus untuk memasok buah jambe ke kraton.

Baca juga: Asal-usul Pasar Burung dan Ikan Hias Depok Solo, Berdiri Sejak Tahun 1980, Dulu Terletak di Widuran

Tumenggung Mayang dikenal sebagai sosok yang sakti dan loyal.

Ia mengabdikan dirinya sepenuhnya kepada kerajaan, hingga kemudian kisah hidupnya menjadi titik awal legenda yang melibatkan anaknya yang tampan, kuat, namun penuh godaan.

Kisah Joko Pabelan

Joko Pabelan adalah putra Tumenggung Mayang yang tersohor karena ketampanan dan kegagahannya.

Sayangnya, kelebihan fisik tersebut justru menjerumuskannya dalam perilaku yang tidak terpuji.

Ia dikenal sering menggoda wanita-wanita cantik, bahkan istri orang.

Banyak pengaduan dari masyarakat tentang perilakunya yang membuat Tumenggung Mayang malu dan gelisah.

Baca juga: Asal-usul Nama Banmati yang Kini jadi Kelurahan di Sukoharjo, Ada Kisah Abdi Dalem Meninggal

Dalam usahanya menyelamatkan nama baik keluarga, Tumenggung Mayang berniat menjodohkan anaknya dengan putri dari Raja Sultan Hadiwijoyo (yang juga dikenal sebagai Joko Tingkir).

Dengan kekuatan saktinya, Tumenggung Mayang bahkan mampu “meratakan” benteng kraton setiap malam agar Joko Pabelan bisa diam-diam masuk ke kedaton putri pada pukul 10 malam.

Namun, ada aturan ketat: Joko Pabelan harus pulang sebelum pukul 3 pagi.

Pada saat itu, benteng yang diratakan akan kembali seperti semula.

Suatu malam, karena terlena dan tertidur pulas, Joko Pabelan gagal keluar tepat waktu.

Akibatnya, ia tertangkap oleh pengawal kraton dan dituduh sebagai pencuri.

Baca juga: Asal-usul Desa Jatikuwung di Gondangrejo Karanganyar, Dipercaya Dulu Ada Pohon Jati Misterius

Tragedi dan Kutukan

Joko Pabelan diadili langsung oleh Sultan Hadiwijoyo.

Atas tindakan yang dianggap mempermalukan ayahnya dan melanggar aturan kerajaan, ia dijatuhi hukuman mati bersama ayahnya.

Kisah ini menjadi legenda sedih yang masih dikenang oleh warga Desa Mayang hingga hari ini.

Sendang Tirto Sari dan Sendang Mertani: Warisan Spiritual Desa Mayang

Di Desa Mayang, terdapat dua sendang (mata air) yang dipercaya memiliki kekuatan spiritual: Sendang Tirto Sari dan Sendang Mertani.

Keduanya menjadi tempat populer bagi orang-orang yang ingin kungkum—berendam sambil berdoa di malam hari.

Tujuannya adalah untuk mencari ketenangan batin (cipto ening), memohon kenaikan pangkat, keberhasilan usaha, atau kemudahan mendapatkan pekerjaan.

Sendang Tirto Sari dikenal sebagai tempat untuk berdoa agar hajat terkabul dan nasib membaik.

Sendang Mertani sering didatangi oleh para pengusaha, seperti pedagang sapi atau kain, yang berharap mendapat berkah dan kelancaran usaha.

Hingga kini, tradisi kungkum masih hidup di kalangan masyarakat.

Mereka yang ingin mencoba ritual ini disarankan untuk terlebih dahulu menghubungi juru kunci Sendang Mayang agar dapat menjalankan prosesi dengan tata cara yang tepat.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved